Penelitian Bidang Pendidikan Agama Kristen yang dimaksudkan disini yaitu konsep-konsep yang bersifat variabel yang dapat dipahami sebelum mengadakan penelitian. Untuk maksud ini silakan membaca artikel saya berikut ini.
Bila seseorang, katakanlah mahasiswa S1, S2 dan S3 dalam bindang Pendidikan Agama Kristen hendak mengadakan penelitian maka sebaiknya pahami dulu apa yang dikemukakan oleh Andreas B. Subagyo (2004:31) yaitu ada sejumlah konsep-konsep dasar tentang penelitian yang patut atau normatifnya harus memperhatikan konsep-konsep dasar tentang penelitian. Memahami konsep-konsep dasar tentang penelitian akan membantu dan memudahkan serta memberi arah yang baik dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, Subagyo juga menambahkan bahwa perlunya “motivasi” yang cukup bahkan menurut saya harus tinggi (motivasi tinggi) dalam memilih variable dan menelitinya. Saya katakana harus motivasi tinggi karena jika tidak demikian maka peneliti (mahasiswa) akan gampang menyerah bahkan menjadi manusia yesmen dalam bimbingan dan ujian tesis. Jadi, konsep-konsep dasar tentang penelitian dan motivasi tinggi dalam mengadakan penelitian perlu dimiliki oleh mahasiswa atau dosen yang hendak mengadakan penelitian.
Selain yang dikemukakan di atas, perlu juga mengetahui alasan pemilihan metode penelitian. Baru baru ini saya ditanya tentang metode apa yang dipakai dalam meneliti. Saya menjawabnya berdasarkan tujuan penelitian. Bila seseorang meneliti dengan tujuan menguji teori maka pilihan yang tepat adalah metode penelitian kuantitatif, sebailknya bila tujuan penelitiannya hendak menemukan konsep-konsep baru atau teori baru tentang variable yang diteliti maka pilihlah metode penelitian kualitatif. Disini seorang mahasiswa dan dosen yang hendak meneliti wajib memahami paradigma penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Aspek lain yang wajib diperhatikan sebelum mengadakan penelitian yaitu populasi penelitian. Sering ada rekan dosen yang menyatakan penelitian mahasiswa S2 harus 1 kecamatan atau 1 kabupaten dan seterusnya untuk S3 itu se Indonesia. Mendengar komentar rekan dosen ini saya menjadi ketawa karena penetuan populasi penelitian hendaknya didasarkan pada alasan statistic dalam memilih populasi penelitian. Boleh jadi rekan saya ini mewarisi metode penelitian riset Pustaka yang dulu saya pakai untuk level S1 dan S2 (M.Div.) tetapi setelah berembus penelitian kuantitatif ke berbagai perguruan tinggi teologi maka saya dan beberapa rekan belajar metodologi penelitian kuantitatif dan saya paham untuk itu. Sering mereka yang tidak punya pengalaman penelitian kuantitatif beragumentasi tanpa alasan metodologis yang jelas, yang diungkapkan adalah pengalamannya dulu di sekolah asal yang mungkin belum menggunakan metode penelitian kuantitatif. Bahkan juga penelitian kualitatif juga secara sempit dimaknai hanya sebatas studi literatur, padahal setiap metodologi pasti memerlukan dasar teori dan dasar teori itu tentu dari buku. Oleh karena itu paradigma penelitian kualitatif yang ada pada rekan-rekan dosen yang belum mengadakan penelitian kualitatif dengan riset empiris harus memperluas cakrawala bidang metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Saya sudah menggunakan penelitian kualitatif pada level S3 untuk disertasi saya dan paham bahwa penelitian ini membutuhkan kemampuan tertentu karena ia hendak menemukan teori-teori baru.
Ada juga materi yang sangat signifikan dalam melaksanakan penelitian ilmiah di bidang Pendidikan Agama Kristen maupun bidang-bidang lain seperti Teologi dll yaitu perlu memahami Filsafat Ilmu dalam 3 kajian utama yaitu Ontologi Ilmu, Epistemologi Ilmu dan Aksiologi Ilmu. Mengapa demikian karena penelitian berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar memerlukan beberapa teori kebenaran. Misalnya dalam suatu ujian tesis, ada mahasiswa yang menggunakan model sitasi body note yaitu sumber referensi yang diletakkan dalam tubuh teks. Menurut rekan dosen ini, cara seperti itu bukan cara penulisan di skripsi, tesis dan disertasi melainkan itu cara penulisan di jurnal dan di google. Mendengar ini saya ketawa karena teman say aini belum paham tentang “teori Citasi”. Saya kemudian menjelaskan bahwa penulisan mahasiswa yang menggunakan sumber dalam tubuh teks seperti: Menurut Andreas B. Subagyo (2004:31) sebelum seorang mengusulkan, melaksanakan penelitian … adalah salah satu bentuk citasi, yaitu CItasi Gaya Body Note, ada pula Citasi Style Turabian, Style APA, Style Harvard, dan setrusnya. Jadi, apa yang dilakukan oleh mahasiswa itu sudah benar yaitu ia menggunakan gaya sitasi Body Note dalam mengutip pendapat orang lain ke dalam tesisnya. Namun ada beberapa kesalahan penulisan Body Note. Saya katakana salah karena cara penulisan beberapa citasi bentuk atau gaya Body Note tidak sesuai teori body note. Bila tidak sesuai dengan aturan penulisan body note maka dapat disebut salah. Tentu kalua kita belajar teori kebenaran, misalnya teori koherensi maka kita akan menilai apakah cara sitasi itu sudah sesuai dengan teori Body Note? Jika belum sesuai maka penulisan tersebut dikategorikan salah menulis sitasi style body note. Penulisan Daftar Pustakapun demikian, bila dalam sitasi sudah menggunakan body note maka perhatikan gaya penulisan Daftar Pusaka menurut teori sitasi body note itu seperti apa. Ada yang menggunakan sitasi body note tetapi daftar pustakanya menggunakan Style APA. Bila menggunakan fote note maka gunakan gaya penulisan Daftar Pustaka dengan Styl Turabian. Demikian seterusnya.
Apa yang saya sebutkan di atas dapat dipahami dalam teori penelitian oleh Subagyo (2004:33), yaitu seoernag peneliti hendaknya memperhatikan aksioma: 1. Pertanyaan Ontologis yaitu realitas seperti apa yang hendak diteliti/diketahui
Aspek lain yang wajib diperhatikan sebelum mengadakan penelitian yaitu populasi penelitian. Sering ada rekan dosen yang menyatakan penelitian mahasiswa S2 harus 1 kecamatan atau 1 kabupaten dan seterusnya untuk S3 itu se Indonesia. Mendengar komentar rekan dosen ini saya menjadi ketawa karena penetuan populasi penelitian hendaknya didasarkan pada alasan statistic dalam memilih populasi penelitian. Boleh jadi rekan saya ini mewarisi metode penelitian riset Pustaka yang dulu saya pakai untuk level S1 dan S2 (M.Div.) tetapi setelah berembus penelitian kuantitatif ke berbagai perguruan tinggi teologi maka saya dan beberapa rekan belajar metodologi penelitian kuantitatif dan saya paham untuk itu. Sering mereka yang tidak punya pengalaman penelitian kuantitatif beragumentasi tanpa alasan metodologis yang jelas, yang diungkapkan adalah pengalamannya dulu di sekolah asal yang mungkin belum menggunakan metode penelitian kuantitatif. Bahkan juga penelitian kualitatif juga secara sempit dimaknai hanya sebatas studi literatur, padahal setiap metodologi pasti memerlukan dasar teori dan dasar teori itu tentu dari buku. Oleh karena itu paradigma penelitian kualitatif yang ada pada rekan-rekan dosen yang belum mengadakan penelitian kualitatif dengan riset empiris harus memperluas cakrawala bidang metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Saya sudah menggunakan penelitian kualitatif pada level S3 untuk disertasi saya dan paham bahwa penelitian ini membutuhkan kemampuan tertentu karena ia hendak menemukan teori-teori baru.
Ada juga materi yang sangat signifikan dalam melaksanakan penelitian ilmiah di bidang Pendidikan Agama Kristen maupun bidang-bidang lain seperti Teologi dll yaitu perlu memahami Filsafat Ilmu dalam 3 kajian utama yaitu Ontologi Ilmu, Epistemologi Ilmu dan Aksiologi Ilmu. Mengapa demikian karena penelitian berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar memerlukan beberapa teori kebenaran. Misalnya dalam suatu ujian tesis, ada mahasiswa yang menggunakan model sitasi body note yaitu sumber referensi yang diletakkan dalam tubuh teks. Menurut rekan dosen ini, cara seperti itu bukan cara penulisan di skripsi, tesis dan disertasi melainkan itu cara penulisan di jurnal dan di google. Mendengar ini saya ketawa karena teman say aini belum paham tentang “teori Citasi”. Saya kemudian menjelaskan bahwa penulisan mahasiswa yang menggunakan sumber dalam tubuh teks seperti: Menurut Andreas B. Subagyo (2004:31) sebelum seorang mengusulkan, melaksanakan penelitian … adalah salah satu bentuk citasi, yaitu CItasi Gaya Body Note, ada pula Citasi Style Turabian, Style APA, Style Harvard, dan setrusnya. Jadi, apa yang dilakukan oleh mahasiswa itu sudah benar yaitu ia menggunakan gaya sitasi Body Note dalam mengutip pendapat orang lain ke dalam tesisnya. Namun ada beberapa kesalahan penulisan Body Note. Saya katakana salah karena cara penulisan beberapa citasi bentuk atau gaya Body Note tidak sesuai teori body note. Bila tidak sesuai dengan aturan penulisan body note maka dapat disebut salah. Tentu kalua kita belajar teori kebenaran, misalnya teori koherensi maka kita akan menilai apakah cara sitasi itu sudah sesuai dengan teori Body Note? Jika belum sesuai maka penulisan tersebut dikategorikan salah menulis sitasi style body note. Penulisan Daftar Pustakapun demikian, bila dalam sitasi sudah menggunakan body note maka perhatikan gaya penulisan Daftar Pusaka menurut teori sitasi body note itu seperti apa. Ada yang menggunakan sitasi body note tetapi daftar pustakanya menggunakan Style APA. Bila menggunakan fote note maka gunakan gaya penulisan Daftar Pustaka dengan Styl Turabian. Demikian seterusnya.
Apa yang saya sebutkan di atas dapat dipahami dalam teori penelitian oleh Subagyo (2004:33), yaitu seoernag peneliti hendaknya memperhatikan aksioma: 1. Pertanyaan Ontologis yaitu realitas seperti apa yang hendak diteliti/diketahui
2. Pertanyaan Epistemologis yaitu pertanyaan tentang hubungan antara yang mengetahui dan dapat diketahui atau bagaimana cara dapat memperoleh kebenaran dan apa kriterianya
3. Pertanyaan metodologis yaitu pertanyaan tentang cara apa yang dapat dipakai dalam mengetahui kebenaran
4. Pertanyaan aksiologis yaitu pertanyaan mengenai jenis pengetahuan apa yangbernilai. Artinya variable yang diteliti harus dipertimbangkan sisi kegunaanya bagi peneliti dan orang lain
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu mempengaruhi pandangan seseorang terhadap fungsi penelitian (Subagyo, 2004:33). Dalam penelitian, seorang peneliti tidak dapat mengabaikan bidang ontologi ilmu (apa yang ditelit). Apakah yang diteliti itu secara ontologi itu ada. Apakah ada secara real atau ada secara rohani (Empiris dan non empiri/Nir akali). Misalnya meneliti tentang Malaikat. Apakah secara ontologi, malaikat itu ada? Apakah secara real atau non real. Tentu mendekatinya dengan tafsir ilmiah sesuai bidang PAK dan Teologi dll. Tidak ada yang bebas tafsir. Mau menggunakan bahasa Asli seperti Ibrani dan Yunani juga tetap ada tafsir. Tafsir seperti itu berpeluang untuk unsur subjektivitas. Jadi, ada aspek ontologi dari variabel yang diteliti. Selanjutnya bagaimana menemukan pengetahuan yang benar tentang konsep yang diteliti? Tentu ini masuk dalam ranah epistemologi Ilmu dan Metodologi Ilmu. Selanjutnya apa kegunaan pengetahuan yang akan diperoleh melalui penelitian. Apakah hasil enelitian itu dikemas secara tafsir ilmiah yang bersifat estetika dan etika? Disini menyadarkan kita tentang betapa pentingnya pemahaman dasar tentang penelitian. Sebaiknya para dosen penguji di bidang Pendidikan Agama Kristen dan Teologi belajar tentang Filsafat Ilmu dalam 3 kajian yaitu ontologi ilmu, Epistemologi Ilmu, Metodologi dan Aksiology Ilmu agar dengan tepat menguji dan membimbing para mahasiswa dalam penelitian.
Selalu update pengetahuan, khususnya dalam hal cara mengutip (Citasi) ang sesuai teori dan bukan berdasarkan pengalaman yang kadang tidak sesuai teori Sitasi seperti yang dilakukan oleh rekan saya dalam soal Sitasi. Ia menyampaikan sesuatu yag salah dalam ujian tesis yaitu model penulisan seperti Menurut andreas Subagyo (2004:39) cara penulisan ini katanya hanya untuk jurnal ilmiah dan di google. Tentu ini kesalahan bahkan penyesatan ilmiahtentang Style Citasi. Kalau tau bahwa ini merupakan salah satu bentuk citasi maka rekan saya tidak berkomentar demikian. Jadi, mari kita terus membenahi diri dengan membaca perkembangan ilmu, khususnya Style Citasi dan penulisan Daftar Pustaka yang sesuai dengan Style Penulisan karya Ilmiah. Ada cara penulisan Daftar Pustaka dengan Style Turabian atau Chicago, Ada model penulisan Daftar Pustaka yang disebut dengan American Psycology Asociation (APA) dll.
Teori.
Apa yang dimaksud denan teori? Menurut Newen dalam Sugiyono (2008:79) teori adalah sejumlah konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang berguna untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar konsep yang diukur (variabel) sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Berdasarkan defini ini, dalam teori yang biasanya dalam skripsi, tesis dan disertasi dituangkan dalam Bab 2. Dalam Bab II penelitian mahasiswa maupun dosen dikemukakan tentang konsep-konsep yang dijadikan sebagai variabel penelitian yang elanjutnya mesti dibangun berdasarkan teori yang berhubungan dengan variabel tersebut. Misalnya saya membuat judul: Pentakostalisme, Kharsismatik, Calvinisme, Lutheranisme terhadap Tingkat Episteme Guru PAK Tentang Doktrin Alkitab tidak bersalah dalam tulisan aslinya. Dalam judul ini ada beberapa konsep yang dijadikan sebagai variabel Penelitian, yang dirinci sbb:
1. Pentakotalisme
2. Kharismatik
3. Calvinisme
4. Lutheranisme
5. Tingkat Episteme Guru PAK Tentang Inneranci Alkitab
Pokok ke-5 biasanya dikenal dengan Doktrin Alkitab tidak bersalah dalam tulisan aslinya
Berdasarkan konsep-konsep di atas maka dibutuhkan 5 teori yang akan dikemukakan dalam Bab II. Variabel utamanya (Terikat) yaitu Inneransi Alkitab. Inneransi Alkitab ini hanya dilihat dalam diri Guru PAK, yaitu sejauh mana Guru PAK memiliki pemahaman tentang Doktrin ketidak salahan Alkitab (Innerancy). Apakah pemahaman para guru PAK dalam inneransi Alkitab itu berada pada tingkat sangat tinggi, tinggi,cukup tinggi, atau tidak tinggi bahkan sangat tidak tinggi. Dalam konteks ini, teori yang dipakai adalah teori Innerancy. Sedangkan variabel bebas seperti: 1. Pentakostalisme menggunakan teori Pentakosta. Cari buku-buku yang membahas Pentakosta. Tentu penelitian diarahkan pada latar belakang guru dengan denominasi Gereja Pentakosta, demikian juga konsep k-2 yaitu Kharismatik dan seterusnya untuk Calvinisme (penganunut ajaran reformasi John Calvin) dan Lutheranisme yaitu Guru-guru PAK dengan latar belakang Gereja Lutheran seperti HKBP dll.
Salam sukses