Pada masa kenormalan baru atau yang sering disebut dengan New Normal,
saya merumuskan 10 judul karya ilmiah untuk para mahasiswa teologi dan Pendidikan Agama Kristen untuk jenjang S1, S2 dan S3
yang sedang berusaha mencari inspirasi mendapatkan judul, atau tepatnya
variabel penelitian. Maka saya berusaa menghadirkan 10 Variabel berikut ini untk dapat dirumuskan menjadi
beberapa variabel penelitian seperti 2 variabel, 3 variabel bahkan sampai
pada 5 variabel penelitian dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif (uji teori), sedangkan yang hendak menemukan teori baru
sebaiknya menggunakan metode penelitian kualitatif. Bila menggunakan
metodologi penelitian kualitatif maka judul penelitian cukup dirumuskan
dalam bentuk konsep dan dapat dikembangkan sampai konsep tersebut menjadi
tuntas. Untuk itu, mereka yang menggunakan metodologi penelitian
kualitatif dapat juga memilih 10 judul berikut ini dan dijadikan sebagai
sebuah penelitian yang akhirnya menghasilkan sebuah penemuan baru.
Judul Skripsi, Tesis dan Disertasi di New Normal (Kenormalan Baru)
1. Pendidikan Agama Kristen di New Normal (Kenormalan Baru)
2. Teknologi Pendidikan Agama Kristen di Era New Normal (Kenormalan Baru)
3. Dasar Teologis Penggunaan Zoom dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
4. Penggunaan Masker di Era New Normal sebagai tanda kurang iman dan kuat iman?
5. Hubungan Cuci Tangan di Masa Era New Normal dengan Kurang Iman
6. Hubungan Cuci Tangan di Masa New Normal dengan Kuat Iman
7. Hubungan Menjaga Jarak Sosial dengan Hubungan Persaudaraan
8. Kepatuhan Civitas Akademika di Sekolah Tinggi Teologi Kristen Terhadap PSBB
9. Efektivitas Konseling Pernikahan di Masa Era New Normal
10. Efektivitas Ibadah Online Terhadap Pertumbuhan Iman
Contoh Rumusan Judul atau tepatnya variabel penelitian untuk 2 variabel berdasarkan 10 judul di atas.
1. Cuci tangan (X1), Kurang Iman (Y) . Rumusan judulnya menjadi: Hubungan mencuci tangan dengan Kurang Iman di warga Gereja .....
Ju dul di atas memiliki objek penelitian yaitu warga gereja, mengapa? karena di zaman New Normal belum ada sekolah yang dibuka sehingga belum memungkinkan untuk membahas pendidikan agama Kristen di sekolah. Oleh karena itu dipilih pendidikan AGama Kristen di Gereja.
Bagi mereka yang hendak menjadikan menjadi 5 variabel dari judul-judul di atas, dapat memilih variabel yang disukai seperti: Cuci tangan, Pakai masker, kuat iman, kurang iman, konseling pernikahan, Era New Normal. Sekarang pilih mana yang akan dijadikan sebagai variabel tetap (Y) dan yang lainnya dijadikan variabel bebas. Misalnya kita memilih Efektivitas Pelayanan di Era New Normal menjadi variabel terikat. Sekarang kita dapat merumuskan variabel dengan 5 variabel penelitian sbb:
PPengaruh cuci tangan, menggunakan masker, kuat iman, kurang iman terhadap Efektivitas Pelayanan Guru Pendidikan AGama Kristen di Era New Normal di Gereja ......
Y= Efektivitas Pelayanan Guru Pendidikan AGama Kristen
X1= cuci tangan
X2 = menggunakan masker
X3= Kuat Iman
X4= Kurang iman
Sedangkan untuk mereka yang menggunakan metode penelitian kualitatif, rumusan judul penelitiannya tentu tidak sama dengan penelitian kuantitatif. Misalnya dari 10 judul di atas, seorang yang meneliti secara kualitatif dapat merumuskan judul peneltian sbb:
Efektivitas Pendidikan Agama Kristen di New Normal di Gereja ...... (Bisa satu Sinode)
Judul di atas sudah cukup bagi seorang peneliti kualitatif yang ingin mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang Efektivitas Pendidikan AGama Kristen di Era New Normal di Gereja tertentu atau lembaga pendidikan teologi tertentu.
Penelitian kualitatif yang saya maksudkan disini adalah penelitian yang mengadakan penelitian lapangan tetapi tidak menggunakan analisis statistik. Peneliti tetapmengadakan penelitian lapangan dengan kata kunci, peneliti adalah key instrumen. Oleh karena peneliti adalah key instrumen maka ia dapat menggunakan wawancara, angket dll untuk mendapatkan data dan mendalami lagi data yang diperoleh sampai ia memastikan bahwa data sudah valid. Untuk analisis datanya bisa menggunakan beberapa analisis data kualitatif, salah satunya misalnya dengan trianggulasi. Jadi, penelitian kualitatif yang saya maksudkan disini adalah bukan penelitian yang berhenti di riset pustaka. Karena riset model ini hanya menemukan kebenaran teoritis sementara kebenaran empirisnya tidak ditemukan. Jadi, kekurang riset pustaka ada pada kekurangannya masuk pada dunia nyata. Misalnya meneliti tentang kucing terkuat di wilayah A.
Bila hanya menggunakan kajian pustaka (riset literatur) maka pengetahuan yang diperoleh tentang kucing terkuat hanya sebatas buku sementara kucing terkuat yang ada di wilayah tertentu berbeda dengan kucing terkuat yang dibicarakan di buku. Disinilah kelebihan penelitian kualitatif. Setelah membaca buku tentang kucing terkuat, pekerjaan selanjutnya yakni masuk di lokasi penelitian dan mengamati kucing mana yang masuk kategori kucing terkuat. Misalnya setelah mengadakan pengamatan beberapa bulan diperoleh hasil yakni kucing belang-belang yang terkuat. Kucing ini tidak disebutkan dalam buku-buku yang dibaca oleh peneliti, kucing itu hanya ditemukan dalam penelitian lapangan (lokasi penelitian).
Bila contoh di atas belum mendarat di otak kita maka saya ambil contoh di
bidang Tridarma Perguruan Tinggi. Salah satu masalah terbesar dalam tirdarma
perguruan tinggi di Sekolah Tinggi Teologi yaitu darma tentang "penelitian
ilmiah". Kita dapat merumuskan judul penelitian Kualitatif: "Dosen Teologi
yang unggul dalam penelitian ilmiah Terindeks secara dunia atau internasional". Memang tidak mudah
untuk menulis artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal-jurnal ilmiah
berstandar internasional bereputasi atau terindeks secara Internasional. Bila artikel kita
masuk dalam kategori di jurnal bereputasi internasional maka nilainya tentu sangat besar, kira-kira pada kisaran 40
poin itu setara dengan menulis buku referensi.
Buat Bab I Pendahuluan dengan inti masalah "tidak banyak dosen teologi yang hasil penelitian ilmiahnya terindeks scopus" sementara semangat menjadi profesor menjaid tinggi. ini menjadi inti masalah. Kita membaca buku-buku dan jurnal tentang pokok ini. Ternyata kita menemukan dalam sejumlah literatur bahwa untuk mendapatkan profesor paling tidak ada dua karya ilmiah yang terindeks Scopus. Lalu kita masuk ke fakta empirisnya yaitu meneliti seberapa banyak dosen teologi sebagai penulis jurnal yang terindeks scopus, saya yang menulis artikel ini belum punya. Kita juga bisa mengubahnya menjadi terindeks secara Nasional di jurnal ilmiah yang sudah terakreditasi oleh lembaga akreditasi pemerintah. Artinya kita meneliti tentang dosen teologi yang hasil penulisan artikel ilmiah yang dipublikasi di Jurnal telah terindeks secara nasional. Masih banyak lagi yang dapat kita perdalam untuk penelitian. Namun 10 judul di atas paling tindak menjadi kontribusi saya untuk saudara-saudara yang sedang mencari variabel penelitian.
Semoga bermanfaat
Salam
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.