Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Sunday, June 5, 2016

Karya Allah Tritunggal Melalui Gereja Pentakosta


Sejarah Gereja Penta Kosta

Pentakostalisme adalah sebuah gerakan dalam Kekristenan yang menaruh perhatian pada Baptisan Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh Kudus. Maka dalam pembahasan ini, sejarah pentakosta akan dikaitkan dengan pembahasan tentang Roh Kudus yang dimulai dari PL dan PB. Uraian ini kemudian dilanjutkan dengan sejarah pentakosta di Amerika dan pengaruh misi pentakosta ke seluruh dunia, khususnya ke Indonesia.
1. Pentakosta di dalam Alkitab
Gereja Pentakosta tidak dipisahkan dengan sejarah gerakan Pentakosta atau yang di Indonesia disebut dengan Pantekosta selalu dihubungkan dengan Pentakosta dalam Kisah Para Rasul dan teks-teks lain dalam Alkitab yang berbicara tentang Roh Kudus, dan juga gerakan pentakosta yang terjadi di Amerika pada tahun 1901 yaitu di Topeka, Kansas USA atau disebut dengan ledakan Pentakosta pertama di Topeka, Kansas Amerika Serikat.( Nicky Samual: 41) Dengan demikian maka pembahasan dalam bab ini dimulai dengan membangun pemahaman dengan membahas Roh Kudus dalam kesaksian Alkitab, dan secara khusus pentakosta dalam Kisah Para Rasul dan I Korintus 14 tentang karunia-karunia Roh.
Penjelasan tentang Roh Kudus dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) pembahasan tentang Roh Kudus sebagai oknum atau pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, (2) pembahasan tentang Karya Roh Kudus. Dalam penelitian ini, bagian kedua yang akan lebih banyak dibicarakan. Dalam hubungan dengan pembahasan karya Roh Kudus maka uraian berikut ini akan menyinggung secara selayang pandang tentang Roh Kudus sebagai oknum. Kemudia akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang karya Roh Kudus dalam diri orang percaya, khususnya dalam konteks dipenuhi Roh Kudus.
Di dalam kitab Kejadian 1:2b dinyatakan bahwa Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. David Atkinson menyatakan: “Kata Ibrani ruakh bisa berarti angina tau roh”… dalam PL ruakh mengacu kepada energy Ilahi, yang menciptakan dan memelihara”.( David Atkinson:26)
Roh Allah yang diperkenalkan dalam Kejadian 1 adalah Roh Allah yang kreatif, menciptakan kesatuan dan persekutuan. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Trinitas, atau pribadi ketiga dari Trinitas atau Tritunggal adalah Roh Kudus. Nama Roh dipakai dalam Alkitab kira-kira 500 kali, dari 500 kali ini, 100 kali dipakai untuk kata “Roh Kudus”, sisanya untuk kata Roh. Nama atau sebutan Roh itu menunjuk pada pribadi ketiga dari Tritunggal (Elmer L. Towns, 2005:5). Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada Yesus. Roh Kudus pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh Kudus tinggal di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Mengapa penulis menyatakan demikian karena tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh (I Kor. 3:16). Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong' (paracletus dalam Bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, Parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah Roh. Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (bnd.Gal. 5:22-23).
Orang Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia (kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan karunia hikmat atau pengetahuan.
Orang Kristen arus utama percaya bahwa pengalaman pentakosta setelah kanonisasi Alkitab telah berhenti, akan tetapi kepercayaan kaum Pentakostal percaya bahwa pengalaman baptisan Roh Kudus masih berlangsung. Dasar teologi kaum Pentakosta adalah pada kitab naratif yaitu kitab Kisah Para Rasul. Orang Kristen percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Roma 12:6-8). Dalam kelompok-kelompok atau aliran-aliran Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja Afrika-Amerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu "kesukacitaan".( Junifrius Gultom, 2008:147). Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan "Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes 14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk peristiwa itu (Kis. 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah ps. 2, yang biasa disebut pentakosta.
2. Pentakosta atau Pengalaman Dipenuhi Roh Kudus Menurut Kisah Para Rasul 2
Kisah 2:1-13 memperhatikan beberapa hal yang penting: ada suara yang besar, angin yang kencang, lidah api yang turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti-tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ada 15 bahasa dari 15 tempat yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2:1-13. Peristiwa para rasul berbicara dalam 15 bahasa merupakanperistiwa pertama Roh Kudus kepada mereka. Hari ini disebut hari pentakosta, hari pentakosta adalah hari jadinya gereja, yaitu gereja yang kudus dan am. (Stephen Tong, 1995:44-45). Gereja yang ada di seluruh danuia dari berbagai dominasi apapun Gereja Katolik, Protestan (Lutheran, dan Calvinis), Gereja Pentakosta, Baptis dan lain-lain adalah bagian atau pos-pos kecil dari Gereja yang kudus dan am. Di dalam Kis para Rasul 2 disebutkan bahwa pada waktu pencurahan Roh Kudus, para rasul itu berbicara dalam 15 bahasa yang mewakili 15 daerah, yaitu Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapodokia, Pontus,Asia, Frigia,Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta dan orang Arab. Gereja yang pertama adalah gereja yang melintasi daerah, batas negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka Glosolalia diberikan. Istilah glosolalia, atau karunia lidah, dicantumkan sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap kali istilah itu dipakai, harus dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai suara yang tidak berarti. Sekarang banyak orang yang mengaku berglosolalia, tetapi tidak seorangpun yang tahu apa yang diucapkannya. Istilah glosa di dalam Alkitab berarti bahasa. Glosa berarti bahasa yang bisa dimengerti (Stephen Tong, 1995).
Istilah glosalalia dipakai sebanyak 50 kali di dalam PB. Dari seluruh pemakaiannya, dapat dikatakan tidak satupun istilah tersebut dikaitkan dengan suara-suara yang tidak ada artinya, memenuhi mereka, dan mereka berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari sebelumnya, tetapi pendengar mendengar dengan jelas. Seoalh-olah pengkhotbahnya sedang menyampaikan khotbah dalam bahasa daerah yang mereka mengerti (Stephen Tong, 1995) selalu mempunyai arti: bahasa. Pada waktu pentakosta, Roh Kudus Pembahasan tentang Roh Kudus dapat dilihat dari dua sisi, yakni (1) kepribadian Roh Kudus, dan (2) Karya Roh Kudus. Pokok pertma yaitu kepribadian Roh Kudus tidak lain yaitu Roh Kudus memiliki kepribadian yang sama dengan Bapa dan Anak.Dalam konsili Nicea 325 dipertegas bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki hypostasis atau pribadi yang berbeda tetapi sehakikat atau homoousios, yaitu sama-sama kekal. Maksudnya Bapa, Anak dan Roh Kudus sama-sama kekal (Tony Lane, 2007). Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada karya Roh Kudus, khususnya dalam hubungan dengan pentakosta. Pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa. Masing-masing memberi dirinya dibaptis (Kitab Kis pasal 2).

Dalam Injil Yohanes, penekanannya tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh Kudus bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada murid-muridnya. Meskipun bahasa yang digunakan untuk melukiskan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil Yohanes paralel dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa.
Karya Roh Kudus demikian penting sehingga sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi orang yang diutus untuk memberitakan Injil atau rasul. Dari pemberitaan itu maka lahirlah gereja (Th Van den End, 1999)
Roh Kudus sebagaimana yang dibicarakan dalam Alkitab adalah Roh Kudus yang berpribadi. Sebagai pribadi dari oknum Allah Tritunggal, Roh Kudus itu memberi karunia-karunia kepada para rasul atau para pengikut-Nya. Dalam konteks pantekosta sebagaimana yang disaksikan dalam Kisah Para Rasul 2 dan surat Paulus kepada jemaat Korintus dalam I Korintus 14:1-25. Roh Kudus itu memberi karunia-karunia kepada orang percaya, para pengikut Yesus. Karunia-karunia Roh Kudus ini lahir dalam dalam bentuk bahasa Roh. (Kis. 2:1-13). Karunia Roh Kudus dalam pengertian dibaptis dalam Roh Kudus atau pentakosta menurut Kis. 2 yaitu para rasul berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti, seperti bahasa Media, Elam, Mesopotamia dan lain-lain sebagaimana yang disaksikan dalam Kis. 2:8-11. Sedangkan dalam I Korintus 14:1-25 membicarakan karunia Roh Kudus dalam pengertian nubuat dan bahasa lidah. Karunia nubuat dan bahasa lidah menjadi popular di jemaat Korintus, diantara keduanya yang diutamakan adalah bahasa lidah (David L. Baker, 2004).
Pentakosta yang pertama yaitu pengalaman murid-murid Yesus ketika dipenuhi Roh Kudus dan mereka dapat berbicara dalam bahasa lain, serta keberanian untuk berkhotbah seperti keberanian Petrus berkhotbah dan menghasilkan petobat baru sebanyak 3.000 orang merupakan awal terbentuknya gereja mula-mula. Pada perkembangan berikutnya, karunia-karunia Roh Kudus itu berupa kemampuan untuk menafsirkan bahasa Roh, berkata-kata dengan hikmat, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, bernubuat, dll. (I Kor. 12-14).
Berdasarkan kesaksian dalam Kisah para Rasul 2, yaitu pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surge atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Tidak hanya kemampuan berbicara dalam bahasa-bahasa lain, tetapi peristiwa pentakosta juga memberi kemampuan atau keberanian untuk mewartakan atau mengkhotbahkan Yesus Kristus.
Pengalaman pentakosta tidak hanya disaksikan dalam Kis. 2 tetapi dalam Injil Yohanes, focus penekanan yaitu tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh Kudus bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada murid-muridnya, pengalaman itu kemudian disebut pengalaman pentakosta. Dalam pengalaman pentakosta, Yesus Kristus menganuerahkan Roh Allah kepada umat manusia.
Bahasa yang digunakan untuk menerangkan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil Yohanes berkorelasi dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa. Dalam Yohanes, karunia Roh itu sama dengan kehidupan yang kekal, pengetahuan tentang Allah, kuasa untuk menaati, dan persekutuan satu dengan yang lainnya dan dengan Sang Bapa.

Orang Kristen arus utama berpandangan bahwa karunia-karunia ini hanya diberikan pada masa Perjanjian Baru. Namun kaum pentakostal percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh " yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Rom. 12:6-8). Dalam sekte-sekte Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja Afrika AMerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu "kesukacitaan".
Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan "Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes 14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk peristiwa itu (Kis. 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah pasal. 2.
Pengalaman dibaptis dalam Roh sebagaimana yang dikisahkan dalam Kisah Rasul 2, menurut keyakinan kaum Pentakosta dapat terjadi pada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dalam pemahaman yang demikian maka apa yang terjadi di Amerika tahun 1901 dapat disebut sebagai ledakan pentakosta pertama di Topeka Amerika Serikat. Namun sebelum membahas ledakan pentakosta di Amerika perlu memperhatikan gerakan pentakosta di Eropa. Kisahnya dapat diikuti dalam sejarah pentakosta berikut ini.
3. Pentakosta di Eropa
Gerakan pentakosta merupakan lanjutan dari gerakan kesucian atau Holiness Movement yang dimulai di kelompok methodis pada tahun 1930-an atau pada pertengahan abad ke-19. Gerakan ini disebabkan karena pertumbuhan rohani yang dirasakan mulai mengalami stagnan di kalangan gereja-gereja yang berada di Eropa pada waktu itu. Gerakan methodis inipun dipengaruhi oleh gerakan Pietisme yang terjadi di Jerman yaitu sebuah gerakan yang terjadi di tengah-tengah jemaat Lutheran dan Calvinis di Jerman. Gerakan pietisme menekankan tentang kesalehan hidup secara perorangan. Dengan kata lain, anggota kelompok Pietisme menaruh perhatian pada kesalehan hidup pribadi. Sekita tahun 1677 di Darmstadt, muncul sebuah istilah yang sangat populer yaitu “pietisme” di kalangan gereja-gereja Lutheran. Kata pietisme dipergunkan sebagai ejekan terhadap kelompok-kelompok orang yang hidup saleh yang pada waktu itu berkembang secara pesat di gereja-gereja Lutheran. Pietisme didirikan oleh Spener. Ia menyatakan:
Dari dalam seminggu anggota-anggota Jemaat hanya menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan, berjudi atau bermain kartu, maka lebih baik mereka memanfaatkan waktu itu untuk hal-hal yang membangun. Misalnya dengan cara berkumpul bersama-sama, membahas dan membaca buku-buku tentang kesalehan.( Leonard Hale , 1993:4)


Gerakan pietisme ini kemudian mempengaruhi gerakan yang menamakan diri “methodis”. Gerakan methodis kemudian mempengaruhi sekelompok orang Kristen yang menekankan tentang pengalaman dibaptis Roh Kudus atau sering disebut kelompok pentakosta ( J. Gultom, 2008)
Beberapa denominasi baru dari latar belakang kesucian mulai berkembang di Eropa dan Amerika. Ada yang tetap setia kepada Gereja Methodis tetapi ada pula yang mulai independen (memisahkan diri/berdiri sendiri) dengan membentuk suatu orgnasiasi baru, seperti Church of God yang dimulai oleh Daniel S. Warner tahun 1880 di Anderson. Sejak itu muncul organisasi-organisasi baru: Church of God in Christ (1895), Church of God di Cherokee Country, North Carolina (1989), Fire Baptised Holiness Church (1895). Kelompok-kelompok ini merupakan mata rantai yang menghubungkan gerakan kesucian dengan gerakan Pentakostal di awal abad ke-20 atau tahun 1901 di Amerika yang dihubungkan dengan Pendeta Charles Fox Parham. Ia adalah seorang pendeta Gereja Metodis yang meninggalkan gereja Metodis karena kurangnya penekanan kesucian hidup dan penekanan pada peran dan karunia-karunia Roh Kudus serta penyembuhan ilahi yang terabaikan dalam gereja Metodis pada waktu itu ( Junifrius Gultom, 2008)
Gerakan Pentakosta juga menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyuran Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: [Kami mengundang] semua orang - apapun juga alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus.
4. Pentakosta di Topeka, Kansa Amerika Serikat
Jan Aritonang menyatakan, aliran Pentakostal atau kadang-kadang dikenal di Indonesia dengan nama Pantekosta yang perkembangannya sangat spektakuler. Gereja ini dengan begitu cepat tersebar ke seluruh dunia dan berhasil menghimpun jumlah pengikut yang banyak (Jan S. Aritonang,2005:165). Awalnya gerakan Pentakosta ini menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyuran Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: Kami mengundang semua orang - apapun juga alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus. Gerakan/aliran Pentakostal ini muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, sebagai lanjutan dari suatu gerakan yang mendahuluinya, yakni Holiness Movement (Gerakan Kesucian) yang muncul di Amerika Serikat pada dasawarsa 1830-an. Gerakan ini muncul terutama dalam Gereja Metodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley.(weblog profilgereja.wordpress.com)
Berkenaan dengan gerakan pentakosta tersebut di atas, berkembang dua versi tentang awal kemunculan gerakan pentaksota. Kedua versi itu dapat dipaparkan sebagai berikut.
Versi pertama, penganut versi pertama mengatakan bahwa awal kemunculan Pentakostal adalah Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham tanggal 1 Januari 1910 di kota Topeka, Amerika Serikat, oleh karena pada tanggal tersebut Agnes N. Ozman (salah seorang murid Sekolah Alkitab Bethel) memperoleh Baptisan Roh disertai dengan bukti berbahasa lidah, setelah Pdt. Charles F.Praham (yang mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh) menumpangkan tangan ke atas kepalanya. Seperti apa pengalaman Agnes Ozman, Nicky J. Samual menyatakan:
Nona Agnes Ozman minta kepada Pendeta Parham agar beliau meletakkan tangan atasnya supaya beliau menerima Rohul Kudus sesuai firman Tuhan. Setelah beberapa kali mengulangi permintaannya Pendeta Parham menyetujuinya. Ia meletakkan tangannya atas kepala Nona Agnes dan berdoa beberapa kali bersungguh-sungguh, dan .... tiba-tiba nona ini mulai berkata-kata dalam bahasa Cina, dan hal itu terjadi beberapa saat dan kemudian ia tidak dapat lagi berbicara bahasa Inggris selama 3 hari.( Nicky J. Sumual, t.th.:41)


Pengalaman Agnes Ozman bila dihubungkan dengan peristiwa pentakosta dalam Kisah 2:8-11 maka ada kemiripan yaitu bahwa para rasul itu berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti, seperti bahasa Partia, bahasa Media, bahasa Elam, bahasa Mesopotamia, bahasa Yudea, bahasa Kapodokia, bahasa Pontus, bahasa Asia, bahasa Firgia, bahasa Pamfilia, bahasa Mesir, bahasa Libia, bahasa Roma, bahasa Kreta dan bahasa Arab. Sementara pengalaman Agnes Ozman di Amerika yakni Agnes Ozman yang warga Amerika dapat berbicara dalam bahasa Cina.

Pengalaman yang terjadi dalam diri Agnes Ozman kemudian tersebar ke berbagai tempat. Gerakan ini disebut gerakan Pentakosta atau dibaptis dengan Roh Kudus. Leon Morris menyatakan: “dibaptis dengan Roh Kudus berarti menerima Roh seperti pada hari Pentakosta” (Leon Moris, 1996, 267).

Versi kedua, versi kedua mengatakan bahwa awal kemunculan Pentakostal adalah pada tanggal 9 April 1906 di kota Los Angeles, oleh karena pada tanggal tersebut Roh Kudus turun dan terdengar bahasa lidah di kawasan pantai barat negeri itu, setelah tiga hari berturut-turut Pdt. William J. Seymour (seorang pendeta kulit hitam) berkhotbah di Los Angeles. akhirnya gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. (profilgereja.wordpress.com)
Pentakostalisme modern sesungguhnya dimulai sekitar tahun 1901. Pada umumnya gerakan ini diakui berasal pada waktu Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh, yaitu berbicara dalam bahasa Cina,( Nicky J. Samual ) pengalaman ini disebut dengan bahasa lidah (glossolalia) pada suatu persekutuan doa di Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas, tahun 1901. Parham, seorang pendeta yang berlatar belakang Metodis (Junifrius, 28), merumuskan ajaran bahwa bahasa roh adalah "bukti alkitabiah" dari baptisan Roh Kudus. Tahun 1901 oleh beberapa kelompok Pentakosta dilihat sebagai awal kemunculan gerakan Pentakosta, acuannya pada peristiwa luar biasa yang berlangsung di Topeka pada bulan Januari 1901 dengan Charles F. Parham sebagai tokoh utama. Peristiwa di Topeka ini dijadikan kelompok Pentakosta sebagai peristiwa pencurahan Roh Kudus atau Baptisan Roh, yang ditandai dengan karunia bahasa lidah (glossolalia) (profilgereja.wordpress.com)
Gerakan Pentakosta sebagaimana yang dimaksud di atas, tidak hanya terjadi di Eropah tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar) mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh. (Barry Chant, 1984)
Parham meninggalkan Topeka dan memulai pelayanan kebangunan rohani yang membawanya kepada Kebangunan Rohani Azusa Street melalui William J. Seymour yang menjadi muridnya di sekolahnya di Houston. Seymour, karena ia seorang kulit hitam, saat itu hanya diizinkan duduk di luar kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliahnya. Gerakan ini meluas yang dimulai dari Kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9 April 1906 di rumah Edward Lee di Los Angeles. Ia menggambarkan pengalamannya dipenuhi oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, koran Los Angeles Times memberitakan gerakan ini pada halaman mukanya. Pada minggu ketiga April 1906, gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai diorganisir sebagai Misi Iman Kerasulan Apostolic Faith Mission (Barry Chant, 1984:20).

Dasa warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian-kebaktian antar-ras, "... Orang-orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak keagamaan,..." demikian laporan sebuah koran setempat. Hal ini berlangsung hingga 1924, ketika gereja ini terpecah mengikuti garis ras (lih. Apostolic Faith Mission). Namun demikian, ibadah-ibadah antar-ras berlanjut selama bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah selatan A.S. yang tersegregasi. Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara terbentuk pada 1948, organisasi itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi Pentakostal kulit putih Amerika. Karena itu United Pentacostal Church tidak bergabung dan kebijakan antar-rasnya bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada 1994, gereja-gereja Pentakostal yang tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka dan mengusulkan penyatuan kembali secara resmi kelompok-kelompok Gereja Pentakostal hitam dan putih, dalam sebuah pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis. Penyatuan ini terjadi terjadi pada 1998, juga di Memphis, Tennessee. Penyatuan gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan Persekutuan Pentakostal Amerika Utara ditata ulang menjadi Gereja-gereja Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentacostal/Charismatic Churches of North America). (Barry Chant, 1984)
Pada awal abad XX, Albert Benjamin Simpson sangat terlibat dengan gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para pendeta dan misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang didirikan oleh Simpson. Karena itu, Simpson dan CAMA (sebuah gerakan penginjilan yang didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap Pentakostalisme, khususnya gereja-gereja Sidang Jemaat Allah, dengab penekanan pada penginjilan, doktrin CAMA, nyanyian-nyanyian dan buku-buku karya Simpson, dan penggunaan istilah ‘Tabernakel Injil yang berkembang menjadi gereja-gereja Pentakostal yang dikenal sebagai Tabernakel Injil Sepenuh . Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain: kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara ?spontan?, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda orang percaya. (Barry Chant, 1984)
Sejak akhir tahun 1950-an, gerakan Karismatik, yang sebagian besar diilhami dan dipengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang di kalangan denominasi-denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan Gereja Katolik Roma. Berbeda dengan "Pentakosta Klasik" yang melulu membentuk gereja-gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan, "Berkembang di manapun Allah menempatkanmu."Di Inggris, gereja Pentakostal pertama yang dibentuk adalah Apostolic Church (Gereja Kerasulan), yang kemudian diikuti oleh Elim Church (Gereja Elim). Di Swedia, gereja Pentakostal yang pertama adalah Filadelfiaforsamlingen (Persekutuan Filadelfia) di Stockholm. Gereja yang dipimpin oleh Lewi Pethrus ini mulanya adalah sebuah Gereja Baptis, yang kemudian dikeluarkan dari Gabungan Baptis Swedia pada 1913 karena perbedaan-perbedaan doktrin. Saat ini gereja ini mempunyai sekitar 7000 anggota, yang merupakan jemaat Pentakostal terbesar di Eropa utara. Pada tahun 2005, gerakan Pentakostal Swedia mempunyai sekitar 90.000 anggota dengan hampir 500 gereja. Gereja-gereja ini semuanya independen namun mereka melakukan banyak kerja sama. Kaum Pentakostal Swedia sangat aktif dalam melakukan misi dan mendirikan gereja di banyak negara. Di Brazilia, misalnya, gereja-gereja yang didirikan oleh misi Pentakostal Swedia mengaku mempunyai beberapa juta anggota. (Barry Chant, 1984:20)
5. Pentakosta di Indonesia
Gerakan pentakosta secara tidak terencana masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang asal Inggris, J. Barnhard yang kemudian menetap di Temanggung, Jawa Tengah. Dari Temanggung, gerakan ini menyebar ke beberapa kota di Jawa, seperti Cepu dan Surakarta. Mulai tahun 1922, ajaran Pentakosta dibawa ke sana oleh Cornelius E. Groesbeck dan Richard van Klaveren, yang diutus oleh Bethel Temple dari Seatle, Amerika Serikat. Pada tahun 1923, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1923 di Cepu berdiri Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie (Jemaat Pentakosta di Hindia Timur Belanda). Dan pada tanggal 30 Maret 1923, badan tersebut mendapat SK Gubernur Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 2924, tertanggal 4 Juni 1923 di Cipanas, Jawa Barat, serta diakui sebagai Kerkgenootscap (Badan Gereja) dengan Beslit No. 33, Staatblad No. 368. Perkembangan selanjutnya, gerakan ini dengan cepat menyebar dari Surabaya ke seluruh Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan, Minahasa, Maluku dan Papua.( http://profilgereja.wordpress.com/)
Pada tahun 1937 jemaat tersebut berganti nama menjadi De Pinksterkerk in Nederlands Oost Indie (Gereja Pentakosta di HTB), dan sejak tahun 1942 mulai disebut Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI). Gerakan/aliran Pentakostal pada mulanya masuk ke beberapa tempat di Indonesia (Temanggung-Jateng, Cepu, Surabaya, dan Bandung) pada waktu yang kira-kira sama, sekitar 1919-1923. Yang membawa dan menyebar-luaskannya sebagian adalah para penginjil professional dan sebagian lagi warga gereja yang tak kalah besar dalam menyaksikan keyakinan dan ajaran gerejanya. Mereka berasal dari Inggris, Belanda, dan (belakangan) Amerika. (http://profilgereja.wordpress.com/)
Orang-orang Pentakosta mengakui perbedaan antara bahasa roh sebagai bukti pertama dalam menerima Baptisan Roh dan sebagai “karunia” berkata-kata dengan “bahasa roh”. Bahasa roh sebagai bukti Baptisan adalah pengalaman Kristen yang biasa dan bagi “semua” (Kis. 2:4,38,39), tetapi sebagai karunia maka pemberiannya itu terbatas (I Kor. 12:30). Karunia bahasa roh adalah “kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak diketahui oleh si pembicara. Kemampuan itu diberikan oleh Roh Allah kepada orang-orang tertentu di dalam Gereja. Bahasa roh itu dapat ditafsirkan melalui suatu “karunia” yang juga bersifat alam atas, supaya pengucapan itu dapat dimengerti oleh jemaat”. Apabila “karunia” menafsirkan itu bekerja bersama-sama dengan karunia bahasa roh, maka keduanya itu setara dengan karunia bernubuat (I Kor. 14:5) (frank M. Boyd, 2005:106)
Sejarah Pentakostal di Indonesia dimulai lebih terkordinir dengan berdirinya De Pinkstergemeente in nederlandsch indie dicatat dalam buku Sejarah Gerakan "Pentakosta dan Karismatik di Indonesia" oleh David DS. Lumoindong. Pada awalnya dengan pelayanan missi dari Weenink Van Loon bersama Johanes Thiessen, John Bernard dari Liverpool, Inggris. Weenink Van Loon Hoofd On-derwyzer (Kepala Sekolah), mereka dari satu persekutuan yang bernama ‚’’De Bond Voor Evangelistie’’ yang membentuk suatu yayasan” De Zendings Vereeniging”.(Nicky Samual)
Yayasan De Zendings Vereeniging” mengelola/mengasuh sebuah sekolah Kristen yakni Hollands Chineesche school met de Bijbel, sebagai pimpinan Sekolah ditunjuk Wenink Van Loon. Di samping itu, di Kota Temanggung terdapat pula yayasan Zwakzinhigenzorg yg disponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut bergerak di bidang penampungan anak-anak terlantar yang mempu-nyai sebuah Panti Asuhan yang pimpinannya adalah suster M. A. Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata adalah simpatisan Gereja Gerakan Pentakosta yang diperkenalkan oleh John Bernard. Pada waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua penginjil dari,” Bethel Tempel” dari Seatle Amerika Serikat yakni Rev. C.E.Grosbeck dan Rev. DR. Van Kalveren, keduanya membawa serta keluarganya. Mereka tiba di pelabuhan Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada bulan Maret 1921.(Nicky Samual)
7.1. Pentakosta di Bali
Setelah tiba di pelabuhan Batavia, Rev. C.E. Grosbeck dan Rev. DR. Van Klaveren, beserta keluarganya langsung berangkat menuju ke Denpasar Bali, tapi waktu itu oleh pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk penginjilan sebab Pulau Bali telah dijadikan sebagai pulau wisata untuk menarik para pelancong dari luar negeri supaya boleh meningkatkan pendapatan keuangan dari pemerintah yang ada. Oleh karena itu kedua penginjil tadi tidak dapat berbuat banyak sekalipun sempat memberitakan injil di pulau dewata ini tapi hasilnya tidak menggembirakan.
7.2. Pentakosta di Surabaya dan Cepu
Dan pada bulan Desember 1922 keduanya berangkat menuju ke Surabaya. Di Surabaya mereka berpisah, Rev R Van Klaveren menuju Jakarta dan melayani dengan Rev.J Thiessen. Sedangkan Rev Groesbeck tetap di Surabaya dan giat mangadakan penginjilan (Camp Meetings) dan kebanyakan yang hadir di dalam camp meeting itu adalah pemuda-pamuda berdarah campuran Belanda Indonesia. (Ambon, Minahasa, Timor). Kemudian Rev Groesbeck bertemu dengan Rev Van Gesel seorang karyawan BPM di Cepu. Dan mereka bersama-sama bergabung pada persekutuan De Bond Voor Evangelisatie. Ibu Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini, dan dialah memperkenalkan penginjil dari Seatle USA ini pada organisasi tersebut. De bond Voor Evangelisatie berpusat di Bandung dan pimpinannya adalah antara lain Wenink Van Loon. Pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev. Johannes Thiesen bersama Wenink Van Loon (pimpinan‚ De bond Van Evangelistie dari Bandung dan mengadakan kebaktian. Yang hadir dalam ibadah tersebut sebagian besar adalah pimpinan dan karyawan BPM Cepu dan keluarga mereka diantaranya SIP Lumoindong, Tn Agust Kops, Tn Win Vincentie, dan lainnya. Kemudian keesokan harinya adalah hari Jumat Agung (Goede Vrijdag) Tanggal 30 Maret 1923 diumumkan akan diadakan baptisan air di daerah pasar sore. Jumlah yang dibaptis pada waktu itu adalah 13 jiwa yang nama-nama mereka sbb: Jan Jeckel, Ny Jeckel, tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch C De Vriew, Tn Frits Salem Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP Lumoindong Vincentie. Mereka dibaptis oleh Pdt Thiessen dan Pdt Groesbeck, dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu Tanggal 29-30 Maret 1923 itu terjadi pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan air. Papa Thiessen dan Wenink Van Loon kembali ke Bandung dan meneruskan pelayanan disana. Sedangkan dari Cepu Api Pentakosta terus menjalar dengan disertai kuasa dan mukjizat – mukjizat ke Surabaya dan hampir seluruh Jawa Timur. Para Pelopor aliran Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka. Rev Johannes memilih Kota Bandung sebagai basis pelayanannya. Pada mula pelayanannya di Bandung Rev Thiessen menyewa gedung pangadilan negeri (Landraadzaal) sebagai tempat kebaktian, kemudian pindah ke temapat sekarang jl. Marjuk No. 11 untuk dibangun gedung gereja. Dengan pertolongan Tuhan berdirilah gereja (gedung) Pinkster Beweging yang pertama di Bandung (http://profilgereja.wordpress.com/)
Ny.Kawulur seorang yang buta huruf tapi setelah bertobat dan dipenuhi Roh Kudus maka yang sangat bersemangat memberitakan injil melalui buku-buku atau majalah (warta) rohani Pinkstergemeente yang dibagi-bagikan, padahal ia sendiri tidak dapat membaca. Suatu saat ia masuk ke daerah terlarang bagi umum karena lokasi mereka yang berpenyakit Kusta, ia masuk dan membagikan bacaan tersebut. Seorang yang membacanya kemudian bertanya apa benar Tuhan dapat menyembuhkan segala penyakit?. Iapun menjawab ya pasti jika ia percaya. Orang tersebut memintanya untuk mendoakan, karena Ny.Kawulur belum mendalami ajaran kekristenan maka ia hanya menghafal doa bapa kami, maka orang tersebut didoakan dengan doa Bapa Kami. Tetapi ternyata TUHAN tidak mendengar doa orang karena indahnya dan pandainya seorang berdoa tapi melihat iman dan ketulusan. Mujizat ternyata si penyakitan kusta sembuh seketika, hal ini menghebohkan komplex tersebut, pemimpin rumah sakit tersebut kemudian memanggil Ny.Kawulur dan memintanya memanggil pemimpinnya untuk memberi penjelasan. Maka Ny.Kawulur karena masih awam kemudian memanggil hamba-hamba Tuhan dari jawa, mereka datang dan kemudian terjadilah kebangunan rohani besar-besaran, sejak itulah Pinkstergemeente masuk kalimantan. Ny.Kawulur kemudian mengikuti suaminya yang bertugas dan pensiun di Manado, rumahnya disumbangkan bagi Pinkstergemeente, Ny.Kawulur meninggal dengan suaminya anaknya sudah meninggal duluan semasa perang, ia mengangkat beberapa anak diantaranya Paulus Lumoindong seorang pembawa api Pentakosta tahun 1970an yang mengobarkan gerakan karismatik persekutuan doa di Kota Manado (http://profilgereja.wordpress.com/)
Louis Johson dan Arland Wesell berlayar dari Bethel temple dan melayani di Kalimantan, mereka menyeberangi banyak sungai-sungai besar menuju ke pedalaman dari pulau tersebut melebihi dari penginjil-penginjil lain yang pernah lakukan sebelumnya. Tapi akhirnya mereka terpaksa kembali ke Jawa karena Arland Wasell sakit malaria, dan Inice Presho yang memang juru rawat mengasuhnya. Arland hampir tidak mampu sampai ke rumah karena lelahnya perjalanan dengan kereta api dari Surabaya. Ouis Johnson ternyata mengadakan hubungan dengan Eileen English dan bertunangan pada hari Valentin di tahun 1933, yang kemudian diteruskan dengan pernikahan di Magelang dan pesta diadakan di Solo (http://profilgereja.wordpress.com/)
Dalam bidang Teologi ada sebagian gereja Pentakosta yang berpegang pada teologi Keesaan yang menolak doktrin Tritunggal (Trinitas) yang tradisional dan menganggapnya tidak alkitabiah. Denominasi Keesaan Pentakostal yang terbesar di Amerika Serikat adalah United Pentecostal Church. Kaum Pentakostal Keesaan ini kadang-kadang juga dikenal dengan “Nama Yesus”, “Kerasulan” atau yang oleh para pengecamnya disebut sebagai orang-orang Pentakosta “Yesus saja”. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa para Rasul yang mula-mula itu membaptiskan orang-orang Kristen baru di dalam nama Yesus. Mereka juga percaya bahwa Allah menyatakan diri-Nya dalam berbagai peran, dan bukan dalam tiga pribadi yang berbeda. Namun demikian organisasi-organisasi pentakostal trinitarian yang utama, termasuk Pentecostal World Conference dan Fellowship of Pentecostal and Charismatic Churches of North America menentang teologi Keesaan dan menganggapnya sebagai ajaran sesat. Mereka tidak menerima kelompok ini sebagai anggota mereka. Kelompok Keesaan ini pun memperlakukan hal yang sama terhadap kelompok trinitarian.
Perkembangan pentakosta sebagaimana yang dimaksud di atas pada akhirnya terbentuk menjadi sebuah denominasi atau organisasi gereja di Indonesia. Sejak terbentuknya satu organisasi gereja pentakosta yakni Pinksterconvent (Sidang Pentakosta) semacam badan pengurus yang bersifat longgar, sesuai dengan gagasan Pentakosta mengenai organisasi gereja yang berjiwa kongregasionalistis. Mulai nampak ketidakcocokan di antara pengurus dengan pokok persoalannya antara lain:
Ajaran Yesus Only yang menganggap Nama Yesus meliputi tiga pribadi Trinitas, sehingga pembaptisan cukup kalau dilakukan dalam nama Yesus saja. Ajaran ini dibawa masuk dari Amerika Serikat oleh van Gessel. Ada tidaknya hak seorang perempuan untuk memegang kedudukan kepemimpinan dalam gereja. Hubungan antara jemaat setempat dengan organisasi pusat, misalnya dalam hal milik gereja. Prestise suku atau individualis yang tinggi. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan terjadinya rentetan perpecahan sehingga menyebabkan jumlah gereja Pentakosta dari 1 nama gereja menjadi 25 nama gereja. Ini dapat dilihat dari beberapa pendeta yang keluar memisahkan diri dari organisasi gereja Pentakosta dan mendirikan gereja baru yang kita kenal dalam aliran Pentakosta seperti:
1.      Gereja Gerakan Pentakosta (GGP),

2.      Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), 600 an ribu

3.      Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia (GPSDI),

4.      Gereja Kerapatan Pentakosta (GKP),

5.      Gereja Sidang Pantekosta Di Indonesia (GSPDI),

6.      Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS),

7.      Gereja Pentakosta Indonesia (GPI),

8.      Gereja Isa Almasih (GIA),

9.      Gereja Bethel Indonesia (GBI), 500 an ribu

10.  Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD),

11.  Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII),

12.  Gereja Pantekosta Isa Almasih (GPIA),

13.  Gereja Tiberias Indonesia

14.  Abbalove Ministries (GKYT)

15.  Gereja Bethany Indonesia

16.  Jemaat Pentakosta Indonesia (JPI),

17.  Gereja Utusan Pentakosta (GUP),

18.  Gereja Duta Injil (GDI)

19.  Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB),

20.  Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSDI)/ United Pentacostal Church in Indonesia (UPCI)

21.  Gereja Bethel Tabernakel (GBT),

22.  Jakarta Praise Community Church, (JPCC) Gereja Persekutuan Doa Jakarta (GPDJ)

23.  Gereja Sidang Jemaat Allah (GSSJA),

24.  Gereja Kegerakan Pantekosta Minahasa (GKPM)

25.  Gereja Segala Bangsa (GESBA)

26.  Gereja Pimpinan Rohulkudus (GPR)

27.  Gereja Cahaya Rohulkudus (GCR)

28.  Gereja Kegerakan Roh Suci (GKR)

29.  Gereja Mawar Sharon (GMS)

30.  Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT)dan lain-lain.(Nicky Samual)


Menurut Christianity Today, Pentakostalisme adalah "iman yang hidup di antara kaum miskin, yang menjangkau ke dalam kehidupan sehari-hari anggotanya, dan menawarkan tidak hanya harapan tetapi juga sebuah cara hidup yang baru." Selain itu, menurut sebuah laporan PBB pada 1999, "Gereja-gereja Pentakostal sangat berhasil dalam merekrut anggotanya dari kalangan yang paling miskin." Juga menurut Christianity Today, di kalangan gereja-gereja Brazilia, di mana pemeluk Pentakostal pada umumnya sangat miskin, "Para pendetanya seringkali meminta anggotanya persembahan yang jumlahnya layak ditertawai; namun orang-orang ini memberikan 20, 30, dan kadang-kadang bahkan 50 persen dari penghasilan mereka." Christianity Today juga mencatat bahwa kaum Pentakostal Brazilia berbicara tentang Yesus yang riil dan dekat kepada mereka, serta melakukan berbagai hal bagi mereka termasuk memberikan makanan dan tempat bernaung. Selain itu, Christianity Today mencatat "Para sarjana telah lama mengecap Pentakostalisme sebagai agama yang tidak memperhatikan hal-hal yang ada di dunia sini. Bagi banyak orang, hal ini dianggap sebagai kesimpulan yang tidak terelakkan, karena gerakan ini sangat menekankan pengalaman karismatik, religiositas yang mendalam, dan kecenderungan asketik (bertarak). Bahkan para sarjana Pentakostal yang sangat dihormati pun mengakui hal ini.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.