Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Friday, August 27, 2021

Artikel Tentang Iman

 Iman adalah Pengakuan akan Kebenaran Allah 

Pemahaman tentang iman dapat diperluas pengertian, yaitu iman adalah percaya atau pengkuan akan kebenaran Allah. Perjanajian  Lama menyaksikan bahwa  Allah disebut sebagai “Allah yang setia”atau Allah kebenaran”  (Yes. 65:16; Mzm. 31:6). Jadi, pengakuan akan kebenaran Allah berarti mengakui Allah. Allah adalah sumber kebenaran. Iman menolong orang percaya untuk meyakini kebenaran itu. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang boleh ada di kemah Tuhan adalah orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan  apa yang adil, dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hati” (bnd. Maz. 15: 2). Nabi Yeremia menyatakan dalam doanya “ya Tuhan, tidakkan mata-Mu terarah kepada kebenaran?” (Yer. 5:3). Frasa  “terarah” dalam ayat ini mengandung makna mencari atau merindukan. Ini berarti Allah yang benar memiliki sifat untuk mencari dan merindukan kebenaran dan hati yang benar dari umat-Nya. (David Iman Santoso, 2007:52-64). Pemazmur  menyatakan matanya tertuju kepada  kasih setia Tuhan, dan ia sendiri berusaha hidup dalam kebenaran Tuhan (bnd. Maz. 26:3).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Yohanes menyatakan bahwa Allah sebagai “satu-satunya Allah yang benar” (bnd. 17:3).  Umat-Nya dipanggil untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (bnd. Yoh. 4:24). Selanjutnya dalam Yohanes 8:40 Yesus menyatakan bahwa Ia menyatakan kebenaran yang Yesus dengar dari Allah. Hal ini menegaskan bahwa kebenaran itu adalah Allah tetapi Allah yang dimaksudkan disini adalah Allah yang memperkenalkan diri kepada Abraham, kepada Musa dan didalam Yesus Kristus, jadi Allah tidak dalam arti konsep illah yang disembah di dunia Arab sebelum Islam.

Alkitab menyaksikan bahwa Allah adalah sumber kebenaran. Oleh karena itu Gereja mula-mula mengklaim segala kebenaran adalah kebenaran Allah, di manapun ia ditemukan. Pemahaman ini dilatarbelakangi oleh sebuah hipotesa yang menyatakan nahwa jika Allah adalah Pencipta yang kekal dan yang maha bijaksana dari segala sesuatu, sebagaimana ditegaskan oleh orang Kristen, maka hikmat Allah yang kreatif itu merupakan sumber dan norma semua kebenaran mengenai segala sesuatu.  Hipotesa ini dilanjutkan dengan argument bahwa karena Allah dan hikmat-Nya  tidak berubah, maka kebenaran itu tidak berubah dan kebenaran itu bersifat universal. Dengan demikian semua kebenaran adalah kebenaran Allah, dan Dia memahami sepenuhnya kaitan semuanya,  maka kebenaran itu menyatu dalam pengertian Allah yang sempurna.( Arthur F. Holmes , 2009: 20-31)

Gereja mengakui bahwa semua kebenaran mengenai segala sesuatu adalah milik TUHAN. Oleh karena itu harus diakui bahwa semua yang diakui orang sebagai kebenaran adalah kebenaran Allah. Dalam hal ini Iman adalah Pengakuan akan Kebenaran Allah maka segala kebenaran harus diakui sebagai berasal dari Allah.

Bila dikatakan bahwa segala kebenaran adalah kebenaranh Allah, ini tidak berarti semua kebenaran itu terkandung di  Alkitab atau dapat disimpulkan dari Alkitab. Kekristenan historis mempercayai kebenaran Alkitab, tetapi bukan sebagai penyataan yang lengkap menganai segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, tetapi sebagai tuntunan yang sufisiensi iman dan perilaku umat Allah.

Iman dalam diri seseorang akan mendorong seseorang untuk mempercayai kebenaran Allah. Untuk itu orang percaya harus berdoa untuk memiliki iman, dan supaya iman seseorang dapat bertumbuh. Iman juga akan diperkuat dengan selalu mengingat janji-janji Allah Tritunggal yang berulangkali diucapkan dalam doa-doa orang percaya kepada Bapa, dalam nama-Nya, pasti akan dijawab kalau orang percaya memintanya dengan iman, dan percaya sewaktu orang percaya memintanya.

Dalam Matius 7:7; Lukas 11:9; Yohanes 14:13, 15, 16; Yakobus 4:2; I Yohanes 3:22, 5:14; Lukas 11:10. Iman adalah pekerjaan jiwa yang dengannya orang percaya akan kepastian keberadaan dan kebenaran dari sesuatu yang tidak ada di depan orang percaya, atau tidak tampak.bagi indera manusia. Setiap orang menilai iman secara berbeda, yang akan dirasanya sukar bahkan tidak mungkin untuk menunjukkannya dengan cara-cara yang tampak. Ini merupakan hal mempraktikan iman - latihan sukarela - yang memampukan orang percaya untuk bertambah dalam mempercayai kebenaran-kebenaran besar yang Allah berkenan nyatakan.

           

  1. Iman adalah Pengakuan Kewibawaan Firman-Nya

       Abraham takluk pada kewibawaan TUHAN yang berfirman kepadanya. Dengan kata lain Abraham mendengarkan dan menuruti firman Tuhan. Abraham mendengar Tuhan berbicara kepadanya.

       Hal senada diungkapkan Bavinck, bahwa jemaat dahulu kala belum mempunyai kitab Perjanjian Baru, sehingga dalam pertemuan-pertemuan jemaat mereka membahas soal-soal Perjanjian Lama kemudian diceritakanlah beberapa kenang-kenangan tentang Yesus dan pekerjaan-Nya (J.H.Bavink, 1977:339)

      

       Jadi, tulisan-tulisan pengajaran Tuhan Yesus setelah beredar, dipakai oleh Gereja mula-mula sebagai firman Allah disamping Perjanjian Lama. Selanjutnya Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas. Dalam hal ini iman Kristen adalah pengakuan kewibawaan akan firman-Nya (Alkitab). Artinya apa yang disaksikan dalam firman Tuhan walaupun tidak masuk akal namun diyakini kebenarannya. Rasu; Paulus menyatakan "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (II Kor. 5:7). Yesus sendiri berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya". Dengan demikian, sementara mempercayai apa yang orang percaya lihat dan pahami akan mendatangkan manfaat, percaya pada apa yang tidak terlihat dan hanya dipahami secara samar-samar mendatangkan manfaat yang lebih besar.

Ada banyak hal di alam semesta ini yang kita percayai, tanpa harus orang percaya pahami sepenuhnya; orang percaya yakin karena ia mendapatkan buktinya dari orang lain, meskipun bukan dari panca indera orang percaya itu sendiri. Iman yang begitu saja percaya pada apa yang bisa ia lihat, pahami, jelaskan dan tunjukkan sama sekali bukan iman. "Tidak seorang pun melihat Allah", akan tetapi semua orang percaya kepada Allah. Hal-hal dalam dunia rohani tidak dapat ditunjukkan melalui perantara-perantara materiil, melainkan hanya bisa melalui perantara-perantara rohani. Menggunakan iman akan meningkatkan kerohanian orang percaya, memampukan kita memahami berbagai hal yang tanpa latihan semacam ini tidak akan terpahami.

 

  1. Iman sebagai Dasar Pembenaran Manusia Berdosa

Manusia yang berdosa tidak dapat dinyatakan benar dihadapan Allah yang Maha Kudus. TUHAN adalah sang kebenaran sedangkan manusia telah berbuat kesalahan. Manusia tidak hidup dalam kesemurnaan sebagaimana yang dinyatakan dalam Kejadian pasal 1 dan 2. Manusia yang berdosa perlu pembenaran di hadapan Allah.

Firman Tuhan menyatakan: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6).

Sebagai orang percaya, iman orang percaya dibangun di atas fondasi keberadaaan Allah, dan perlakuanNya terhadap orang yang mencariNya berbeda dengan perlakuanNya terhadap orang yang tidak mencariNya. Segera setelah benar-benar mempercayai kedua hal itu, orang percaya mulai menyenangkan Allah, karena kita segera mencariNya. Makna dari mencari Allah adalah (1) mempelajari kehendakNya, (2) menaatiNya, dan (3) percaya janji-janjiNya. Ketiga makna itu hendaknya menjadi komponen perjalanan kita sehari-hari.

Yesus memberi contoh orang yang beriman kepada Allah, dan Ia mengharapkan murid-murid-Nya untuk meneladaniNya. Demikian juga, pelayan pemuridan harus berupaya untuk menjadi teladan kesetiaan dalam Tuhan, dan mengajarkan murid-muridnya untuk percaya kepada janji-janji Tuhan. Hal ini sangat penting. Orang percaya mustahil menyenangkan Allah tanpa iman, dan juga mustahil menerima jawaban doa-doa tanpa iman (lihat Matius 21:22; Yakobus 1:5-8). Alkitab jelas mengajarkan bahwa orang yang ragu-ragu takkan mendapat berkat-berkat yang diterima oleh orang percaya. Yesus berkata, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Markus 9:23).

  1. Iman adalah dasar harapan dan bukti yang tidak kelihatan

Penulis Ibrani mendefinisikan iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Berdasarkan definisi ini ada beberapa karakteristik iman, yaitu:

Pertama, orang beriman mendapatkan jaminan atau kepercayaan diri. Iman berbeda dengan pengharapan, karena iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang menjadi dasar harapkan.” Pengharapan selalu memberi peluang kepada keraguan. Pengharapan dimulai dengan “semoga.” Misalnya, saya dapat berkata, “Saya harap hari ini hujan sehingga kebunku akan terairi.” Saya ingin hujan turun, tetapi saya tidak yakin apakah hari ini hujan akan turun. Di lain pihak, iman selalu yakin, “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.”

Hal yang disebut sebagai iman atau keyakinan sering bukanlah iman menurut definisi Alkitab. Misalnya, orang mungkin memperhatikan awan gelap di langit, dan berkata, “Saya percaya hari ini hujan akan turun.” Tetapi, ia tidak yakin pasti bahwa hujan akan turun ia hanya berpikir ada peluang besar hujan mungkin akan turun. Ini bukanlah iman menurut Alkitab. Iman menurut Alkitab tidak mengandung unsur keraguan. Iman tak memberikan ruang bagi hasil apapun selain hal yang Tuhan sudah janjikan.

Iman bukanlah wilayah yang tak terlihat. Misalnya, kepercayaan adanya malaikat, walaupun tidak melihat malaikat tetapi yakin adanya malaikat. Dalam kasus ini seseorang tidak merasakan atau mendengar malaikat terbang. Itulah iman

Jadi, apa yang membuat seseorang percaya akan kehadiran malaikat? Jawabanya yakni keyakinan yang didasarkan pada salah satu janji Allah. Dalam Mazmur 34:8, Ia berjanji, “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Saya tidak punya bukti untuk kepercayaan saya selain Firman Tuhan. Inilah iman sejati menurut Alkitab. Inilah bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat lihat.” Iman dalam surat Ibrani 11:1 berbeda dengan pernyataan umum lihat dulu baru percaya. Namun dalam dimensi iman Kristiani yang didasarkan pada firman Allah, berlaku hal sebaliknya: “Percaya dulu baru melihat.”

Janji Allah sedemikian banyak seperti disaksikan dalam Alkitab. Janji-janji itu diimani. Janji-janji firman Tuhan tidak untuk diragukan kebenarannya, memang ada waktu dimana muncul perasaan meragukan firman atau merasa ragu dan melewati waktu ketika keadaan tampak seolah-olah Allah tak memenuhi janji Allah karena keadaan  yang tidak berubah. Dalam keadaan demikian, orang percaya perlu melawan rasa ragu, menjaga dengan iman, dan tetap yakin di dalam hati bahwa Allah selalu memenuhi janjiNya. Tak mungkin Allah berdusta (bnd. Titus 1:2).

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.