Sejarah
Gereja Penta Kosta
Pentakostalisme
adalah sebuah gerakan dalam Kekristenan yang menaruh perhatian pada Baptisan
Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh Kudus. Maka dalam pembahasan ini, sejarah
pentakosta akan dikaitkan dengan pembahasan tentang Roh Kudus yang dimulai dari
PL dan PB. Uraian ini kemudian dilanjutkan dengan sejarah pentakosta di Amerika
dan pengaruh misi pentakosta ke seluruh dunia, khususnya ke Indonesia.
1.
Pentakosta di dalam Alkitab
Gereja
Pentakosta tidak dipisahkan dengan sejarah gerakan Pentakosta atau yang di
Indonesia disebut dengan Pantekosta selalu dihubungkan dengan Pentakosta dalam
Kisah Para Rasul dan teks-teks lain dalam Alkitab yang berbicara tentang Roh
Kudus, dan juga gerakan pentakosta yang terjadi di Amerika pada tahun 1901
yaitu di Topeka, Kansas USA atau disebut dengan ledakan Pentakosta pertama di
Topeka, Kansas Amerika Serikat.( Nicky Samual: 41) Dengan demikian maka
pembahasan dalam bab ini dimulai dengan membangun pemahaman dengan membahas Roh
Kudus dalam kesaksian Alkitab, dan secara khusus pentakosta dalam Kisah Para
Rasul dan I Korintus 14 tentang karunia-karunia Roh.
Penjelasan
tentang Roh Kudus dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) pembahasan tentang
Roh Kudus sebagai oknum atau pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, (2)
pembahasan tentang Karya Roh Kudus. Dalam penelitian ini, bagian kedua yang
akan lebih banyak dibicarakan. Dalam hubungan dengan pembahasan karya Roh Kudus
maka uraian berikut ini akan menyinggung secara selayang pandang tentang Roh
Kudus sebagai oknum. Kemudia akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang karya
Roh Kudus dalam diri orang percaya, khususnya dalam konteks dipenuhi Roh Kudus.
Di
dalam kitab Kejadian 1:2b dinyatakan bahwa Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air. David Atkinson menyatakan: “Kata Ibrani ruakh bisa berarti
angina tau roh”… dalam PL ruakh mengacu kepada energy Ilahi, yang menciptakan
dan memelihara”.( David Atkinson:26)
Roh
Allah yang diperkenalkan dalam Kejadian 1 adalah Roh Allah yang kreatif,
menciptakan kesatuan dan persekutuan. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari
Trinitas, atau pribadi ketiga dari Trinitas atau Tritunggal adalah Roh Kudus.
Nama Roh dipakai dalam Alkitab kira-kira 500 kali, dari 500 kali ini, 100 kali
dipakai untuk kata “Roh Kudus”, sisanya untuk kata Roh. Nama atau sebutan Roh
itu menunjuk pada pribadi ketiga dari Tritunggal (Elmer L. Towns, 2005:5).
Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada
Yesus. Roh Kudus pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh
Kudus tinggal di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Mengapa penulis menyatakan demikian karena tubuh orang Kristen adalah Bait Suci
tempat tinggal Roh (I Kor. 3:16). Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur'
atau 'Penolong' (paracletus dalam Bahasa Latin, yang berasal dari bahasa
Yunani, Parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di
dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif,
yang dikenal sebagai Buah Roh. Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut
Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan
penguasaan diri (bnd.Gal. 5:22-23).
Orang
Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia
(kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi
karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan
karunia hikmat atau pengetahuan.
Orang
Kristen arus utama percaya bahwa pengalaman pentakosta setelah kanonisasi
Alkitab telah berhenti, akan tetapi kepercayaan kaum Pentakostal percaya bahwa
pengalaman baptisan Roh Kudus masih berlangsung. Dasar teologi kaum Pentakosta
adalah pada kitab naratif yaitu kitab Kisah Para Rasul. Orang Kristen percaya
hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih
duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan,
mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Roma 12:6-8). Dalam
kelompok-kelompok atau aliran-aliran Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus
digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja
Afrika-Amerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu
"kesukacitaan".( Junifrius Gultom, 2008:147). Orang Kristen percaya
bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan
"Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes
14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka
akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk
peristiwa itu (Kis. 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang
dilaporkan dalam Kisah ps. 2, yang biasa disebut pentakosta.
2.
Pentakosta atau Pengalaman Dipenuhi Roh Kudus Menurut Kisah Para Rasul 2
Kisah
2:1-13 memperhatikan beberapa hal yang penting: ada suara yang besar, angin
yang kencang, lidah api yang turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam
bahasa-bahasa yang dimengerti-tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ada 15 bahasa dari 15 tempat yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2:1-13.
Peristiwa para rasul berbicara dalam 15 bahasa merupakanperistiwa pertama Roh
Kudus kepada mereka. Hari ini disebut hari pentakosta, hari pentakosta adalah
hari jadinya gereja, yaitu gereja yang kudus dan am. (Stephen Tong,
1995:44-45). Gereja yang ada di seluruh danuia dari berbagai dominasi apapun
Gereja Katolik, Protestan (Lutheran, dan Calvinis), Gereja Pentakosta, Baptis
dan lain-lain adalah bagian atau pos-pos kecil dari Gereja yang kudus dan am.
Di dalam Kis para Rasul 2 disebutkan bahwa pada waktu pencurahan Roh Kudus,
para rasul itu berbicara dalam 15 bahasa yang mewakili 15 daerah, yaitu Partia,
Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapodokia, Pontus,Asia, Frigia,Pamfilia,
Mesir, Libia, Roma, Kreta dan orang Arab. Gereja yang pertama adalah gereja
yang melintasi daerah, batas negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka
Glosolalia diberikan. Istilah glosolalia, atau karunia lidah, dicantumkan
sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap kali istilah itu dipakai, harus
dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai suara yang tidak berarti. Sekarang
banyak orang yang mengaku berglosolalia, tetapi tidak seorangpun yang tahu apa
yang diucapkannya. Istilah glosa di dalam Alkitab berarti bahasa. Glosa berarti
bahasa yang bisa dimengerti (Stephen Tong, 1995).
Istilah
glosalalia dipakai sebanyak 50 kali di dalam PB. Dari seluruh pemakaiannya,
dapat dikatakan tidak satupun istilah tersebut dikaitkan dengan suara-suara
yang tidak ada artinya, memenuhi mereka, dan mereka berbicara dengan
bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari sebelumnya, tetapi pendengar
mendengar dengan jelas. Seoalh-olah pengkhotbahnya sedang menyampaikan khotbah
dalam bahasa daerah yang mereka mengerti (Stephen Tong, 1995) selalu mempunyai
arti: bahasa. Pada waktu pentakosta, Roh Kudus Pembahasan tentang Roh Kudus
dapat dilihat dari dua sisi, yakni (1) kepribadian Roh Kudus, dan (2) Karya Roh
Kudus. Pokok pertma yaitu kepribadian Roh Kudus tidak lain yaitu Roh Kudus memiliki
kepribadian yang sama dengan Bapa dan Anak.Dalam konsili Nicea 325 dipertegas
bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki hypostasis atau pribadi yang berbeda
tetapi sehakikat atau homoousios, yaitu sama-sama kekal. Maksudnya Bapa, Anak
dan Roh Kudus sama-sama kekal (Tony Lane, 2007). Pembahasan selanjutnya akan
difokuskan pada karya Roh Kudus, khususnya dalam hubungan dengan pentakosta.
Pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah
kenaikan Yesus ke surga atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan
Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas.
Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid
Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara,
masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus
pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa.
Masing-masing memberi dirinya dibaptis (Kitab Kis pasal 2).
Dalam
Injil Yohanes, penekanannya tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh
Kudus bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada
murid-muridnya. Meskipun bahasa yang digunakan untuk melukiskan bagaimana Yesus
menerima Roh di dalam Injil Yohanes paralel dengan laporan-laporan di dalam
ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk
memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan
menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan
dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa.
Karya
Roh Kudus demikian penting sehingga sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan
pencurahan Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi orang yang
diutus untuk memberitakan Injil atau rasul. Dari pemberitaan itu maka lahirlah
gereja (Th Van den End, 1999)
Roh
Kudus sebagaimana yang dibicarakan dalam Alkitab adalah Roh Kudus yang
berpribadi. Sebagai pribadi dari oknum Allah Tritunggal, Roh Kudus itu memberi
karunia-karunia kepada para rasul atau para pengikut-Nya. Dalam konteks
pantekosta sebagaimana yang disaksikan dalam Kisah Para Rasul 2 dan surat
Paulus kepada jemaat Korintus dalam I Korintus 14:1-25. Roh Kudus itu memberi
karunia-karunia kepada orang percaya, para pengikut Yesus. Karunia-karunia Roh
Kudus ini lahir dalam dalam bentuk bahasa Roh. (Kis. 2:1-13). Karunia Roh Kudus
dalam pengertian dibaptis dalam Roh Kudus atau pentakosta menurut Kis. 2 yaitu
para rasul berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti, seperti bahasa Media,
Elam, Mesopotamia dan lain-lain sebagaimana yang disaksikan dalam Kis. 2:8-11.
Sedangkan dalam I Korintus 14:1-25 membicarakan karunia Roh Kudus dalam
pengertian nubuat dan bahasa lidah. Karunia nubuat dan bahasa lidah menjadi
popular di jemaat Korintus, diantara keduanya yang diutamakan adalah bahasa
lidah (David L. Baker, 2004).
Pentakosta
yang pertama yaitu pengalaman murid-murid Yesus ketika dipenuhi Roh Kudus dan
mereka dapat berbicara dalam bahasa lain, serta keberanian untuk berkhotbah
seperti keberanian Petrus berkhotbah dan menghasilkan petobat baru sebanyak
3.000 orang merupakan awal terbentuknya gereja mula-mula. Pada perkembangan
berikutnya, karunia-karunia Roh Kudus itu berupa kemampuan untuk menafsirkan
bahasa Roh, berkata-kata dengan hikmat, mengadakan mujizat, menyembuhkan,
melayani, bernubuat, dll. (I Kor. 12-14).
Berdasarkan
kesaksian dalam Kisah para Rasul 2, yaitu pencurahan Roh Kudus terjadi pada
hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surge atau lima puluh
hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi
di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah
api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian
mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa.
Tidak hanya kemampuan berbicara dalam bahasa-bahasa lain, tetapi peristiwa
pentakosta juga memberi kemampuan atau keberanian untuk mewartakan atau
mengkhotbahkan Yesus Kristus.
Pengalaman
pentakosta tidak hanya disaksikan dalam Kis. 2 tetapi dalam Injil Yohanes,
focus penekanan yaitu tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh Kudus
bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada murid-muridnya,
pengalaman itu kemudian disebut pengalaman pentakosta. Dalam pengalaman
pentakosta, Yesus Kristus menganuerahkan Roh Allah kepada umat manusia.
Bahasa
yang digunakan untuk menerangkan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil
Yohanes berkorelasi dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya,
Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus
secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para
pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga
mempersatukan mereka dengan Bapa. Dalam Yohanes, karunia Roh itu sama dengan
kehidupan yang kekal, pengetahuan tentang Allah, kuasa untuk menaati, dan
persekutuan satu dengan yang lainnya dan dengan Sang Bapa.
Orang
Kristen arus utama berpandangan bahwa karunia-karunia ini hanya diberikan pada
masa Perjanjian Baru. Namun kaum pentakostal percaya hampir secara universal
bahwa "karunia-karunia roh " yang lebih duniawi masih berfungsi pada
masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan
kemurahan (lih. mis. Rom. 12:6-8). Dalam sekte-sekte Kristen tertentu,
pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan
gereja-gereja Afrika AMerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai
suatu "kesukacitaan".
Orang
Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan
"Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes
14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka
akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk
peristiwa itu (Kis. 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang
dilaporkan dalam Kisah pasal. 2.
Pengalaman
dibaptis dalam Roh sebagaimana yang dikisahkan dalam Kisah Rasul 2, menurut
keyakinan kaum Pentakosta dapat terjadi pada setiap orang yang percaya kepada
Yesus Kristus. Dalam pemahaman yang demikian maka apa yang terjadi di Amerika
tahun 1901 dapat disebut sebagai ledakan pentakosta pertama di Topeka Amerika
Serikat. Namun sebelum membahas ledakan pentakosta di Amerika perlu
memperhatikan gerakan pentakosta di Eropa. Kisahnya dapat diikuti dalam sejarah
pentakosta berikut ini.
3.
Pentakosta di Eropa
Gerakan
pentakosta merupakan lanjutan dari gerakan kesucian atau Holiness Movement yang
dimulai di kelompok methodis pada tahun 1930-an atau pada pertengahan abad
ke-19. Gerakan ini disebabkan karena pertumbuhan rohani yang dirasakan mulai
mengalami stagnan di kalangan gereja-gereja yang berada di Eropa pada waktu
itu. Gerakan methodis inipun dipengaruhi oleh gerakan Pietisme yang terjadi di
Jerman yaitu sebuah gerakan yang terjadi di tengah-tengah jemaat Lutheran dan
Calvinis di Jerman. Gerakan pietisme menekankan tentang kesalehan hidup secara
perorangan. Dengan kata lain, anggota kelompok Pietisme menaruh perhatian pada
kesalehan hidup pribadi. Sekita tahun 1677 di Darmstadt, muncul sebuah istilah
yang sangat populer yaitu “pietisme” di kalangan gereja-gereja Lutheran. Kata
pietisme dipergunkan sebagai ejekan terhadap kelompok-kelompok orang yang hidup
saleh yang pada waktu itu berkembang secara pesat di gereja-gereja Lutheran.
Pietisme didirikan oleh Spener. Ia menyatakan:
Dari
dalam seminggu anggota-anggota Jemaat hanya menghabiskan waktu untuk
mabuk-mabukan, berjudi atau bermain kartu, maka lebih baik mereka memanfaatkan
waktu itu untuk hal-hal yang membangun. Misalnya dengan cara berkumpul
bersama-sama, membahas dan membaca buku-buku tentang kesalehan.( Leonard Hale ,
1993:4)
Gerakan
pietisme ini kemudian mempengaruhi gerakan yang menamakan diri “methodis”.
Gerakan methodis kemudian mempengaruhi sekelompok orang Kristen yang menekankan
tentang pengalaman dibaptis Roh Kudus atau sering disebut kelompok pentakosta (
J. Gultom, 2008)
Beberapa
denominasi baru dari latar belakang kesucian mulai berkembang di Eropa dan
Amerika. Ada yang tetap setia kepada Gereja Methodis tetapi ada pula yang mulai
independen (memisahkan diri/berdiri sendiri) dengan membentuk suatu orgnasiasi
baru, seperti Church of God yang dimulai oleh Daniel S. Warner tahun 1880 di
Anderson. Sejak itu muncul organisasi-organisasi baru: Church of God in Christ
(1895), Church of God di Cherokee Country, North Carolina (1989), Fire Baptised
Holiness Church (1895). Kelompok-kelompok ini merupakan mata rantai yang
menghubungkan gerakan kesucian dengan gerakan Pentakostal di awal abad ke-20
atau tahun 1901 di Amerika yang dihubungkan dengan Pendeta Charles Fox Parham.
Ia adalah seorang pendeta Gereja Metodis yang meninggalkan gereja Metodis
karena kurangnya penekanan kesucian hidup dan penekanan pada peran dan
karunia-karunia Roh Kudus serta penyembuhan ilahi yang terabaikan dalam gereja
Metodis pada waktu itu ( Junifrius Gultom, 2008)
Gerakan
Pentakosta juga menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama mulai
menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan
Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyuran Kesucian Kristen dengan
sebuah catatan yang berbunyi: [Kami mengundang] semua orang - apapun juga
alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya agar semuanya
secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus.
4.
Pentakosta di Topeka, Kansa Amerika Serikat
Jan
Aritonang menyatakan, aliran Pentakostal atau kadang-kadang dikenal di
Indonesia dengan nama Pantekosta yang perkembangannya sangat spektakuler.
Gereja ini dengan begitu cepat tersebar ke seluruh dunia dan berhasil
menghimpun jumlah pengikut yang banyak (Jan S. Aritonang,2005:165). Awalnya
gerakan Pentakosta ini menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama
mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan
Perhimpunan Pertemuan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyuran Kesucian
Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: Kami mengundang semua orang -
apapun juga alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya
agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh
Kudus. Gerakan/aliran Pentakostal ini muncul di Amerika Serikat pada awal abad
ke-20, sebagai lanjutan dari suatu gerakan yang mendahuluinya, yakni Holiness
Movement (Gerakan Kesucian) yang muncul di Amerika Serikat pada dasawarsa
1830-an. Gerakan ini muncul terutama dalam Gereja Metodis yang berkeinginan
untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali
kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan
Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi
Wesley.(weblog profilgereja.wordpress.com)
Berkenaan
dengan gerakan pentakosta tersebut di atas, berkembang dua versi tentang awal
kemunculan gerakan pentaksota. Kedua versi itu dapat dipaparkan sebagai
berikut.
Versi
pertama, penganut versi pertama mengatakan bahwa awal kemunculan Pentakostal
adalah Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham
tanggal 1 Januari 1910 di kota Topeka, Amerika Serikat, oleh karena pada
tanggal tersebut Agnes N. Ozman (salah seorang murid Sekolah Alkitab Bethel)
memperoleh Baptisan Roh disertai dengan bukti berbahasa lidah, setelah Pdt.
Charles F.Praham (yang mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi
ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan
dengan Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda
seseorang telah menerima baptisan Roh) menumpangkan tangan ke atas kepalanya.
Seperti apa pengalaman Agnes Ozman, Nicky J. Samual menyatakan:
Nona
Agnes Ozman minta kepada Pendeta Parham agar beliau meletakkan tangan atasnya
supaya beliau menerima Rohul Kudus sesuai firman Tuhan. Setelah beberapa kali
mengulangi permintaannya Pendeta Parham menyetujuinya. Ia meletakkan tangannya
atas kepala Nona Agnes dan berdoa beberapa kali bersungguh-sungguh, dan ....
tiba-tiba nona ini mulai berkata-kata dalam bahasa Cina, dan hal itu terjadi
beberapa saat dan kemudian ia tidak dapat lagi berbicara bahasa Inggris selama
3 hari.( Nicky J. Sumual, t.th.:41)
Pengalaman
Agnes Ozman bila dihubungkan dengan peristiwa pentakosta dalam Kisah 2:8-11
maka ada kemiripan yaitu bahwa para rasul itu berbicara dalam bahasa-bahasa
yang dimengerti, seperti bahasa Partia, bahasa Media, bahasa Elam, bahasa
Mesopotamia, bahasa Yudea, bahasa Kapodokia, bahasa Pontus, bahasa Asia, bahasa
Firgia, bahasa Pamfilia, bahasa Mesir, bahasa Libia, bahasa Roma, bahasa Kreta
dan bahasa Arab. Sementara pengalaman Agnes Ozman di Amerika yakni Agnes Ozman
yang warga Amerika dapat berbicara dalam bahasa Cina.
Pengalaman
yang terjadi dalam diri Agnes Ozman kemudian tersebar ke berbagai tempat.
Gerakan ini disebut gerakan Pentakosta atau dibaptis dengan Roh Kudus. Leon
Morris menyatakan: “dibaptis dengan Roh Kudus berarti menerima Roh seperti pada
hari Pentakosta” (Leon Moris, 1996, 267).
Versi
kedua, versi kedua mengatakan bahwa awal kemunculan Pentakostal adalah pada
tanggal 9 April 1906 di kota Los Angeles, oleh karena pada tanggal tersebut Roh
Kudus turun dan terdengar bahasa lidah di kawasan pantai barat negeri itu,
setelah tiga hari berturut-turut Pdt. William J. Seymour (seorang pendeta kulit
hitam) berkhotbah di Los Angeles. akhirnya gerakan ini dengan cepat menyebar ke
seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. (profilgereja.wordpress.com)
Pentakostalisme
modern sesungguhnya dimulai sekitar tahun 1901. Pada umumnya gerakan ini diakui
berasal pada waktu Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh, yaitu berbicara
dalam bahasa Cina,( Nicky J. Samual ) pengalaman ini disebut dengan bahasa
lidah (glossolalia) pada suatu persekutuan doa di Sekolah Alkitab Bethel di
Topeka, Kansas, tahun 1901. Parham, seorang pendeta yang berlatar belakang
Metodis (Junifrius, 28), merumuskan ajaran bahwa bahasa roh adalah "bukti
alkitabiah" dari baptisan Roh Kudus. Tahun 1901 oleh beberapa kelompok
Pentakosta dilihat sebagai awal kemunculan gerakan Pentakosta, acuannya pada
peristiwa luar biasa yang berlangsung di Topeka pada bulan Januari 1901 dengan
Charles F. Parham sebagai tokoh utama. Peristiwa di Topeka ini dijadikan
kelompok Pentakosta sebagai peristiwa pencurahan Roh Kudus atau Baptisan Roh,
yang ditandai dengan karunia bahasa lidah (glossolalia)
(profilgereja.wordpress.com)
Gerakan
Pentakosta sebagaimana yang dimaksud di atas, tidak hanya terjadi di Eropah
tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya
muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan
dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak
yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen
seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut
gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang
tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar)
mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta
pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan Roh dan pada
karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah
menerima baptisan Roh. (Barry Chant, 1984)
Parham
meninggalkan Topeka dan memulai pelayanan kebangunan rohani yang membawanya
kepada Kebangunan Rohani Azusa Street melalui William J. Seymour yang menjadi
muridnya di sekolahnya di Houston. Seymour, karena ia seorang kulit hitam, saat
itu hanya diizinkan duduk di luar kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliahnya.
Gerakan ini meluas yang dimulai dari Kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9
April 1906 di rumah Edward Lee di Los Angeles. Ia menggambarkan pengalamannya
dipenuhi oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, koran Los
Angeles Times memberitakan gerakan ini pada halaman mukanya. Pada minggu ketiga
April 1906, gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung
African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai
diorganisir sebagai Misi Iman Kerasulan Apostolic Faith Mission (Barry Chant,
1984:20).
Dasa
warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian-kebaktian antar-ras,
"... Orang-orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak
keagamaan,..." demikian laporan sebuah koran setempat. Hal ini berlangsung
hingga 1924, ketika gereja ini terpecah mengikuti garis ras (lih. Apostolic
Faith Mission). Namun demikian, ibadah-ibadah antar-ras berlanjut selama
bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah selatan A.S. yang tersegregasi.
Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara terbentuk pada 1948, organisasi
itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi Pentakostal kulit putih Amerika.
Karena itu United Pentacostal Church tidak bergabung dan kebijakan antar-rasnya
bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada 1994, gereja-gereja Pentakostal yang
tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka dan mengusulkan penyatuan kembali
secara resmi kelompok-kelompok Gereja Pentakostal hitam dan putih, dalam sebuah
pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis. Penyatuan ini terjadi
terjadi pada 1998, juga di Memphis, Tennessee. Penyatuan gerakan kulit hitam
dan putih menyebabkan Persekutuan Pentakostal Amerika Utara ditata ulang
menjadi Gereja-gereja Pentakostal/Karismatik Amerika Utara
(Pentacostal/Charismatic Churches of North America). (Barry Chant, 1984)
Pada
awal abad XX, Albert Benjamin Simpson sangat terlibat dengan gerakan Pentakostal
yang berkembang pesat. Pada saat itu para pendeta dan misionaris Pentakostal
biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang didirikan oleh Simpson.
Karena itu, Simpson dan CAMA (sebuah gerakan penginjilan yang didirikan
Simpson) sangat berpengaruh terhadap Pentakostalisme, khususnya gereja-gereja
Sidang Jemaat Allah, dengab penekanan pada penginjilan, doktrin CAMA,
nyanyian-nyanyian dan buku-buku karya Simpson, dan penggunaan istilah
‘Tabernakel Injil yang berkembang menjadi gereja-gereja Pentakostal yang
dikenal sebagai Tabernakel Injil Sepenuh . Gerakan ini dengan cepat menyebar ke
seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada
tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta
orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara
lain: kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara ?spontan?,
pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan
untuk bertobat dan hidup suci, dan anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu
ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda orang percaya.
(Barry Chant, 1984)
Sejak
akhir tahun 1950-an, gerakan Karismatik, yang sebagian besar diilhami dan
dipengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang di kalangan
denominasi-denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan Gereja Katolik
Roma. Berbeda dengan "Pentakosta Klasik" yang melulu membentuk
gereja-gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan,
"Berkembang di manapun Allah menempatkanmu."Di Inggris, gereja
Pentakostal pertama yang dibentuk adalah Apostolic Church (Gereja Kerasulan),
yang kemudian diikuti oleh Elim Church (Gereja Elim). Di Swedia, gereja
Pentakostal yang pertama adalah Filadelfiaforsamlingen (Persekutuan Filadelfia)
di Stockholm. Gereja yang dipimpin oleh Lewi Pethrus ini mulanya adalah sebuah
Gereja Baptis, yang kemudian dikeluarkan dari Gabungan Baptis Swedia pada 1913
karena perbedaan-perbedaan doktrin. Saat ini gereja ini mempunyai sekitar 7000
anggota, yang merupakan jemaat Pentakostal terbesar di Eropa utara. Pada tahun
2005, gerakan Pentakostal Swedia mempunyai sekitar 90.000 anggota dengan hampir
500 gereja. Gereja-gereja ini semuanya independen namun mereka melakukan banyak
kerja sama. Kaum Pentakostal Swedia sangat aktif dalam melakukan misi dan
mendirikan gereja di banyak negara. Di Brazilia, misalnya, gereja-gereja yang
didirikan oleh misi Pentakostal Swedia mengaku mempunyai beberapa juta anggota.
(Barry Chant, 1984:20)
5.
Pentakosta di Indonesia
Gerakan
pentakosta secara tidak terencana masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang asal
Inggris, J. Barnhard yang kemudian menetap di Temanggung, Jawa Tengah. Dari
Temanggung, gerakan ini menyebar ke beberapa kota di Jawa, seperti Cepu dan
Surakarta. Mulai tahun 1922, ajaran Pentakosta dibawa ke sana oleh Cornelius E.
Groesbeck dan Richard van Klaveren, yang diutus oleh Bethel Temple dari Seatle,
Amerika Serikat. Pada tahun 1923, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1923 di Cepu
berdiri Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie (Jemaat
Pentakosta di Hindia Timur Belanda). Dan pada tanggal 30 Maret 1923, badan
tersebut mendapat SK Gubernur Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 2924,
tertanggal 4 Juni 1923 di Cipanas, Jawa Barat, serta diakui sebagai
Kerkgenootscap (Badan Gereja) dengan Beslit No. 33, Staatblad No. 368.
Perkembangan selanjutnya, gerakan ini dengan cepat menyebar dari Surabaya ke
seluruh Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan, Minahasa, Maluku dan Papua.(
http://profilgereja.wordpress.com/)
Pada
tahun 1937 jemaat tersebut berganti nama menjadi De Pinksterkerk in Nederlands
Oost Indie (Gereja Pentakosta di HTB), dan sejak tahun 1942 mulai disebut
Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI). Gerakan/aliran Pentakostal pada mulanya
masuk ke beberapa tempat di Indonesia (Temanggung-Jateng, Cepu, Surabaya, dan
Bandung) pada waktu yang kira-kira sama, sekitar 1919-1923. Yang membawa dan
menyebar-luaskannya sebagian adalah para penginjil professional dan sebagian
lagi warga gereja yang tak kalah besar dalam menyaksikan keyakinan dan ajaran
gerejanya. Mereka berasal dari Inggris, Belanda, dan (belakangan) Amerika.
(http://profilgereja.wordpress.com/)
Orang-orang
Pentakosta mengakui perbedaan antara bahasa roh sebagai bukti pertama dalam
menerima Baptisan Roh dan sebagai “karunia” berkata-kata dengan “bahasa roh”.
Bahasa roh sebagai bukti Baptisan adalah pengalaman Kristen yang biasa dan bagi
“semua” (Kis. 2:4,38,39), tetapi sebagai karunia maka pemberiannya itu terbatas
(I Kor. 12:30). Karunia bahasa roh adalah “kemampuan untuk berbicara dalam
bahasa-bahasa yang tidak diketahui oleh si pembicara. Kemampuan itu diberikan
oleh Roh Allah kepada orang-orang tertentu di dalam Gereja. Bahasa roh itu
dapat ditafsirkan melalui suatu “karunia” yang juga bersifat alam atas, supaya
pengucapan itu dapat dimengerti oleh jemaat”. Apabila “karunia” menafsirkan itu
bekerja bersama-sama dengan karunia bahasa roh, maka keduanya itu setara dengan
karunia bernubuat (I Kor. 14:5) (frank M. Boyd, 2005:106)
Sejarah
Pentakostal di Indonesia dimulai lebih terkordinir dengan berdirinya De
Pinkstergemeente in nederlandsch indie dicatat dalam buku Sejarah Gerakan
"Pentakosta dan Karismatik di Indonesia" oleh David DS. Lumoindong.
Pada awalnya dengan pelayanan missi dari Weenink Van Loon bersama Johanes
Thiessen, John Bernard dari Liverpool, Inggris. Weenink Van Loon Hoofd
On-derwyzer (Kepala Sekolah), mereka dari satu persekutuan yang bernama ‚’’De
Bond Voor Evangelistie’’ yang membentuk suatu yayasan” De Zendings Vereeniging”.(Nicky
Samual)
Yayasan
De Zendings Vereeniging” mengelola/mengasuh sebuah sekolah Kristen yakni
Hollands Chineesche school met de Bijbel, sebagai pimpinan Sekolah ditunjuk
Wenink Van Loon. Di samping itu, di Kota Temanggung terdapat pula yayasan
Zwakzinhigenzorg yg disponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut bergerak di
bidang penampungan anak-anak terlantar yang mempu-nyai sebuah Panti Asuhan yang
pimpinannya adalah suster M. A. Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata adalah
simpatisan Gereja Gerakan Pentakosta yang diperkenalkan oleh John Bernard. Pada
waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua penginjil dari,”
Bethel Tempel” dari Seatle Amerika Serikat yakni Rev. C.E.Grosbeck dan Rev. DR.
Van Kalveren, keduanya membawa serta keluarganya. Mereka tiba di pelabuhan
Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada bulan Maret 1921.(Nicky Samual)
7.1.
Pentakosta di Bali
Setelah
tiba di pelabuhan Batavia, Rev. C.E. Grosbeck dan Rev. DR. Van Klaveren,
beserta keluarganya langsung berangkat menuju ke Denpasar Bali, tapi waktu itu
oleh pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk
penginjilan sebab Pulau Bali telah dijadikan sebagai pulau wisata untuk menarik
para pelancong dari luar negeri supaya boleh meningkatkan pendapatan keuangan
dari pemerintah yang ada. Oleh karena itu kedua penginjil tadi tidak dapat
berbuat banyak sekalipun sempat memberitakan injil di pulau dewata ini tapi
hasilnya tidak menggembirakan.
7.2.
Pentakosta di Surabaya dan Cepu
Dan
pada bulan Desember 1922 keduanya berangkat menuju ke Surabaya. Di Surabaya
mereka berpisah, Rev R Van Klaveren menuju Jakarta dan melayani dengan Rev.J
Thiessen. Sedangkan Rev Groesbeck tetap di Surabaya dan giat mangadakan
penginjilan (Camp Meetings) dan kebanyakan yang hadir di dalam camp meeting itu
adalah pemuda-pamuda berdarah campuran Belanda Indonesia. (Ambon, Minahasa,
Timor). Kemudian Rev Groesbeck bertemu dengan Rev Van Gesel seorang karyawan
BPM di Cepu. Dan mereka bersama-sama bergabung pada persekutuan De Bond Voor
Evangelisatie. Ibu Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini,
dan dialah memperkenalkan penginjil dari Seatle USA ini pada organisasi
tersebut. De bond Voor Evangelisatie berpusat di Bandung dan pimpinannya adalah
antara lain Wenink Van Loon. Pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev.
Johannes Thiesen bersama Wenink Van Loon (pimpinan‚ De bond Van Evangelistie
dari Bandung dan mengadakan kebaktian. Yang hadir dalam ibadah tersebut
sebagian besar adalah pimpinan dan karyawan BPM Cepu dan keluarga mereka
diantaranya SIP Lumoindong, Tn Agust Kops, Tn Win Vincentie, dan lainnya.
Kemudian keesokan harinya adalah hari Jumat Agung (Goede Vrijdag) Tanggal 30
Maret 1923 diumumkan akan diadakan baptisan air di daerah pasar sore. Jumlah
yang dibaptis pada waktu itu adalah 13 jiwa yang nama-nama mereka sbb: Jan
Jeckel, Ny Jeckel, tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch C De Vriew, Tn Frits
Salem Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie
Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP
Lumoindong Vincentie. Mereka dibaptis oleh Pdt Thiessen dan Pdt Groesbeck,
dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu Tanggal 29-30 Maret 1923 itu terjadi
pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan
air. Papa Thiessen dan Wenink Van Loon kembali ke Bandung dan meneruskan
pelayanan disana. Sedangkan dari Cepu Api Pentakosta terus menjalar dengan
disertai kuasa dan mukjizat – mukjizat ke Surabaya dan hampir seluruh Jawa
Timur. Para Pelopor aliran Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka. Rev
Johannes memilih Kota Bandung sebagai basis pelayanannya. Pada mula
pelayanannya di Bandung Rev Thiessen menyewa gedung pangadilan negeri
(Landraadzaal) sebagai tempat kebaktian, kemudian pindah ke temapat sekarang
jl. Marjuk No. 11 untuk dibangun gedung gereja. Dengan pertolongan Tuhan
berdirilah gereja (gedung) Pinkster Beweging yang pertama di Bandung
(http://profilgereja.wordpress.com/)
Ny.Kawulur
seorang yang buta huruf tapi setelah bertobat dan dipenuhi Roh Kudus maka yang
sangat bersemangat memberitakan injil melalui buku-buku atau majalah (warta)
rohani Pinkstergemeente yang dibagi-bagikan, padahal ia sendiri tidak dapat
membaca. Suatu saat ia masuk ke daerah terlarang bagi umum karena lokasi mereka
yang berpenyakit Kusta, ia masuk dan membagikan bacaan tersebut. Seorang yang
membacanya kemudian bertanya apa benar Tuhan dapat menyembuhkan segala
penyakit?. Iapun menjawab ya pasti jika ia percaya. Orang tersebut memintanya
untuk mendoakan, karena Ny.Kawulur belum mendalami ajaran kekristenan maka ia
hanya menghafal doa bapa kami, maka orang tersebut didoakan dengan doa Bapa
Kami. Tetapi ternyata TUHAN tidak mendengar doa orang karena indahnya dan
pandainya seorang berdoa tapi melihat iman dan ketulusan. Mujizat ternyata si
penyakitan kusta sembuh seketika, hal ini menghebohkan komplex tersebut,
pemimpin rumah sakit tersebut kemudian memanggil Ny.Kawulur dan memintanya
memanggil pemimpinnya untuk memberi penjelasan. Maka Ny.Kawulur karena masih
awam kemudian memanggil hamba-hamba Tuhan dari jawa, mereka datang dan kemudian
terjadilah kebangunan rohani besar-besaran, sejak itulah Pinkstergemeente masuk
kalimantan. Ny.Kawulur kemudian mengikuti suaminya yang bertugas dan pensiun di
Manado, rumahnya disumbangkan bagi Pinkstergemeente, Ny.Kawulur meninggal
dengan suaminya anaknya sudah meninggal duluan semasa perang, ia mengangkat
beberapa anak diantaranya Paulus Lumoindong seorang pembawa api Pentakosta
tahun 1970an yang mengobarkan gerakan karismatik persekutuan doa di Kota Manado
(http://profilgereja.wordpress.com/)
Louis
Johson dan Arland Wesell berlayar dari Bethel temple dan melayani di
Kalimantan, mereka menyeberangi banyak sungai-sungai besar menuju ke pedalaman
dari pulau tersebut melebihi dari penginjil-penginjil lain yang pernah lakukan
sebelumnya. Tapi akhirnya mereka terpaksa kembali ke Jawa karena Arland Wasell
sakit malaria, dan Inice Presho yang memang juru rawat mengasuhnya. Arland
hampir tidak mampu sampai ke rumah karena lelahnya perjalanan dengan kereta api
dari Surabaya. Ouis Johnson ternyata mengadakan hubungan dengan Eileen English
dan bertunangan pada hari Valentin di tahun 1933, yang kemudian diteruskan
dengan pernikahan di Magelang dan pesta diadakan di Solo (http://profilgereja.wordpress.com/)
Dalam
bidang Teologi ada sebagian gereja Pentakosta yang berpegang pada teologi
Keesaan yang menolak doktrin Tritunggal (Trinitas) yang tradisional dan
menganggapnya tidak alkitabiah. Denominasi Keesaan Pentakostal yang terbesar di
Amerika Serikat adalah United Pentecostal Church. Kaum Pentakostal Keesaan ini
kadang-kadang juga dikenal dengan “Nama Yesus”, “Kerasulan” atau yang oleh para
pengecamnya disebut sebagai orang-orang Pentakosta “Yesus saja”. Hal ini
disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa para Rasul yang mula-mula itu
membaptiskan orang-orang Kristen baru di dalam nama Yesus. Mereka juga percaya
bahwa Allah menyatakan diri-Nya dalam berbagai peran, dan bukan dalam tiga
pribadi yang berbeda. Namun demikian organisasi-organisasi pentakostal
trinitarian yang utama, termasuk Pentecostal World Conference dan Fellowship of
Pentecostal and Charismatic Churches of North America menentang teologi Keesaan
dan menganggapnya sebagai ajaran sesat. Mereka tidak menerima kelompok ini sebagai
anggota mereka. Kelompok Keesaan ini pun memperlakukan hal yang sama terhadap
kelompok trinitarian.
Perkembangan
pentakosta sebagaimana yang dimaksud di atas pada akhirnya terbentuk menjadi
sebuah denominasi atau organisasi gereja di Indonesia. Sejak terbentuknya satu
organisasi gereja pentakosta yakni Pinksterconvent (Sidang Pentakosta) semacam
badan pengurus yang bersifat longgar, sesuai dengan gagasan Pentakosta mengenai
organisasi gereja yang berjiwa kongregasionalistis. Mulai nampak ketidakcocokan
di antara pengurus dengan pokok persoalannya antara lain:
Ajaran
Yesus Only yang menganggap Nama Yesus meliputi tiga pribadi Trinitas, sehingga
pembaptisan cukup kalau dilakukan dalam nama Yesus saja. Ajaran ini dibawa
masuk dari Amerika Serikat oleh van Gessel. Ada tidaknya hak seorang perempuan
untuk memegang kedudukan kepemimpinan dalam gereja. Hubungan antara jemaat
setempat dengan organisasi pusat, misalnya dalam hal milik gereja. Prestise
suku atau individualis yang tinggi. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan
terjadinya rentetan perpecahan sehingga menyebabkan jumlah gereja Pentakosta
dari 1 nama gereja menjadi 25 nama gereja. Ini dapat dilihat dari beberapa
pendeta yang keluar memisahkan diri dari organisasi gereja Pentakosta dan
mendirikan gereja baru yang kita kenal dalam aliran Pentakosta seperti:
1.
Gereja
Gerakan Pentakosta (GGP),
2.
Gereja
Pantekosta di Indonesia (GPdI), 600 an ribu
3.
Gereja
Pantekosta Serikat Di Indonesia (GPSDI),
4.
Gereja
Kerapatan Pentakosta (GKP),
5.
Gereja
Sidang Pantekosta Di Indonesia (GSPDI),
6.
Gereja
Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS),
7.
Gereja
Pentakosta Indonesia (GPI),
8.
Gereja
Isa Almasih (GIA),
9.
Gereja
Bethel Indonesia (GBI), 500 an ribu
10. Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD),
11. Gereja Kemenangan Iman Indonesia
(GKII),
12. Gereja Pantekosta Isa Almasih
(GPIA),
13. Gereja Tiberias Indonesia
14. Abbalove Ministries (GKYT)
15. Gereja Bethany Indonesia
16. Jemaat Pentakosta Indonesia (JPI),
17. Gereja Utusan Pentakosta (GUP),
18. Gereja Duta Injil (GDI)
19. Gereja Kristen Perjanjian Baru
(GKPB),
20. Gereja Pantekosta Serikat di
Indonesia (GPSDI)/ United Pentacostal Church in Indonesia (UPCI)
21. Gereja Bethel Tabernakel (GBT),
22. Jakarta Praise Community Church,
(JPCC) Gereja Persekutuan Doa Jakarta (GPDJ)
23. Gereja Sidang Jemaat Allah (GSSJA),
24. Gereja Kegerakan Pantekosta Minahasa
(GKPM)
25. Gereja Segala Bangsa (GESBA)
26. Gereja Pimpinan Rohulkudus (GPR)
27. Gereja Cahaya Rohulkudus (GCR)
28. Gereja Kegerakan Roh Suci (GKR)
29. Gereja Mawar Sharon (GMS)
30. Gereja Pantekosta Tabernakel
(GPT)dan lain-lain.(Nicky Samual)
Menurut
Christianity Today, Pentakostalisme adalah "iman yang hidup di antara kaum
miskin, yang menjangkau ke dalam kehidupan sehari-hari anggotanya, dan
menawarkan tidak hanya harapan tetapi juga sebuah cara hidup yang baru."
Selain itu, menurut sebuah laporan PBB pada 1999, "Gereja-gereja
Pentakostal sangat berhasil dalam merekrut anggotanya dari kalangan yang paling
miskin." Juga menurut Christianity Today, di kalangan gereja-gereja
Brazilia, di mana pemeluk Pentakostal pada umumnya sangat miskin, "Para pendetanya
seringkali meminta anggotanya persembahan yang jumlahnya layak ditertawai;
namun orang-orang ini memberikan 20, 30, dan kadang-kadang bahkan 50 persen
dari penghasilan mereka." Christianity Today juga mencatat bahwa kaum
Pentakostal Brazilia berbicara tentang Yesus yang riil dan dekat kepada mereka,
serta melakukan berbagai hal bagi mereka termasuk memberikan makanan dan tempat
bernaung. Selain itu, Christianity Today mencatat "Para sarjana telah lama
mengecap Pentakostalisme sebagai agama yang tidak memperhatikan hal-hal yang
ada di dunia sini. Bagi banyak orang, hal ini dianggap sebagai kesimpulan yang
tidak terelakkan, karena gerakan ini sangat menekankan pengalaman karismatik,
religiositas yang mendalam, dan kecenderungan asketik (bertarak). Bahkan para
sarjana Pentakostal yang sangat dihormati pun mengakui hal ini.