BAB II
LATAR BELAKANG INJIL YOHANES
A. Penulis
Unsur penting dalam memahami isi Injil Yohanes yaitu mengetahuia siapa penulis. Menurut Ola Tulluan, penulis Injil Yohanes adalah seorang Yahudi yang mengenal beberapa berikut:
(1) Mengetahui daerah Palestina secara dekat.
(2) Mengetahui relasi orang Yahudi dan orang Samaria. Dua suku bangsa ini tidak ramah satu dengan yang lain, mereka juga menjauhkan diri dari pergaulan antara orang Yahudi dengan Samaria (bnd. Yoh. 4:2)
(3) Mengetahui perselisihan antara orang Yahudi dan Samaria tentang rumah ibadah (bnd. Yoh. 4:2)
(4) Tahu perayaan keagamaan Yahudi dari aspek waktu dan artinya (bnd. Yoh. 7:2, 11:55)
(5) Mengetahui letak geografis daerah Galilea (bnd. Yoh. 1:44, 2:1), Samaria (bnd. Yoh. 4:5), Yerusalem dan sekitarnya (bnd. Yoh. 11:8) (Ola Tulluan, 1999: 73)
Selain pokok-pokok di atas, penulis Injil Yohanes memperkenalkan dirinya sebagai saksi mata dari peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam tulisannya (bnd. Yoh. 1:14, 19:35). Hal ini hendak menegaskan bahwa penulis adalah saksi langsung atau saksi mata yang mengerti akan rahasia Injil Yesus Kristus.
Pada ayat-ayat selanjutnya khususnya dalam Yohanes 21:24, dinyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh “kita”. Mengenai kesaksian murid yang dikasihi, yaitu Yohanes anak Zebedeus tentang Yesus dan “kita” menegaskan bahwa kesaksian murid yang dikasihi itu benar. Tampaknya, Injil ini menyatakan hubungan yang akrab antara Yesus dan Yohanes yang menegaskan bahwa kesaksiannya mengenai Yesus (bnd. 13:23; 21:20).
Berdasarkan pertimbangan internal teks, yaitu dalam Yohanes 8:40, penulis Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus menyebut diri-Nya “seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu” (Yoh. 8:40). Oleh karena kesaksian Yesus itu benar, maka semestinya Pilatus tidak lagi mengajukan pertanyaan “apakah kebenaran itu?” (18:38). Sebenarnya Yesus telah mempertegas “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup” (14:7) dan bahwa “firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17). Selanjutnya disebutkan bahwa Roh Kudus yang akan “memimpin kamu ke dalam segala kebenaran” (16:13). Jadi, sebenarnya keabsahan kebenaran pengajaran dan karya Yesus dapat diterima dan bukan untuk diragukan (J. Ramsey Michaels, 2010: 24-25). Akan tetapi pada waktu itu, tidak semua orang pada waktu itu menerima bahwa Yesus adalah kebenaran dan bahwa ajaran-Nya adalah kebenaran (Leo G. Cox 2002:157-159)
Merujuk pada informasi dalam Injil Yohanes, ada kesulitasn untuk memastikan siapa penulis Injil Yohanes tidak menyebutkan namanya. Jadi ada ada beberapa kemungkinan bahwa penulis Injil ini adalah Yohanes anak Zebedeus. Selanjutnya bila diadakan pemeriksaan teks Injil Yohanes 1:35-51 menyatakan bahwa ada dua murid yang mengikuti Yesus (bnd. Yoh.1:37), murid yang dimaksud yaitu Andreas (bnd. Yoh. 1:40), dan murid yang berikut tidak disebutkan namanya.
Sementara nama muid-murid yang lain disebut. Hanya nama Yohanes yang tidak disebut.
Dari sisi gaya penulisan seperti yang disebutkan di atas dapat dipastikan bahwa penulis yang biasanya menyebut nama orang lain tetapi namanya sendiri tidak disebutkan. Sehingga dipastikan bahwa yang menulis Injil Yohanes adalah Yohanes sendiri, dialah yang dimaksudkan dalam Yoh. 1:40.
David Iman Santoso meneybutkan bahwa rasul Yohanes adalah anak Zebedeus, seorang nelayan dari Galilea (bnd. Mark. 1:20). Santoso melanjutkan komentarnya dengan menyatakan bahwa keluarga Zebedeus mempunyai relasi yang baik di kota Yerusalem, sebab Yohanes dikenal oleh imam besar (bnd. Yoh. 18;16), diperkirakan keluarga Zebedeus memiliki rumah di Yerusalem sehingga ketika Yesus menyerahkan pemeliharaan ibu-Nya kepada Yohanes yang memiliki rumah ayahnya di Yerusalem. (David Iman Santoso, 2007:13)
Pernyataan di atas menegaskan bahwa penulis Injil Yohanes adalah Yohanes anak Zebedeus. Kepastian ini sesuai dengan pengakuan gereja mula-mula yang tidak ragu-ragu menerima Injil Yohanes sebagai Injil yang ditulis oleh Yohanes. Seorang uskup yaitu Ireneus yang hidup antara tahun 142 – 202 Masehi menyatakan bahwa: “Yohanes murid Tuhan Yesus, dan yang bersandar dekat kepada-Nya, menulis Injil ke-4 pada waktu dia tinggal di Efesus. Klemens dari Alxandria juga membenarkan bahwa Yohaneslah yang menulis Injil Yohanes (Ola Tulluan).
Menujuk pada tradisi dan dukungan bukti-bukti dari sumber-sumber purba, memstikan bahwa penulis Injil Yohanes adalah rasul Yohanes. Dalam Injil ini sendiri tidak ada hunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu dipertimbangkan dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan apakah ia dapat dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (kira-kira 150 Masehi) orang mengakui bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak menghunjuk kepada atau mengutip dari Injil Yohanes dalam suratnya kepada orang Filipi, tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini (sarapanpagi.org /tentang kitab yang ditulis Yohanes).
Satu-satunya penolakan terhadap kepenulisan oleh rasul Yohanes datang dari suatu kelompok yang dikenal dengan nama Alogoi, yang rupa-rupanya adalah suatu kelompok pecahan kecil di Roma.
Hyppolytus adalah salah satu tokoh yang menolak pandangan yang tidak benar tentang Yohanes sebagai penulis Injil Yohanes. Memang benar bahwa tidaklah mudah memastikan sejarah Yohanes sebelum Irenaeus. Namun harus dikatakan bahwa Injil Yohanes telah dianggap selaku kitab yang berwibawa untuk waktu yang cukup lama jika ditempatkan secara tak tertampkk pada taraf yang sama dengan ketiga injil lainnya selaku bagian dari Injil yang rangkap empat.
Beberapa pertimbangan yang bersumberkan isi Injil Yohanes memperkuat, walaupun tidak memastikan kebenaran tradisi, sebagaimana misalnya: Yohanes 19:35, "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebesaran, supaya kamu juga percaya." Yohanes 21:24, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar."
Walaupun seluruh hunjukan ini dipahami secara berlainan oleh sementara ahli-ahli, namun adalah masuk akal untuk melihat ayat-ayat ini selaku tuntutan penulis sendiri bahwa ia adalah saksi mata.
Bila diamati secara teliti maka akan nampak bahwa penulis mengetahui secara rinci soal Palestina serta adat-istiadat orang Yahudi. Dengan begitu, sangat logis bila penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi Palestina, walaupun disadari bahwabukti ini tidak menuntut hal ini.
Sekalipun demikian, ciri-ciri Helenistis dari Injil Yohanes ini dikatakan oleh sementara orang justru melawan ketelitian tradisi purba, karena rasul Yohanes bukanlah Yahudi Helenistis.
Pengetahuan yang baik dari penulis tentang metode-metode pembahasan orang rabi adalah satu alasan lain mengapa beberapa ahli menolak kepenulisan rasuli, karena Yohanes adalah nelayan Galilea. Walaupun begitu harus dinyatakan disini bahwa deskripsi rabiniah ditemukan dalam ajaran Yesus, bukan dalam catatan penulis.
Lagipula, nampaknya penulis Injil Yohanes menempuh sikap berseberangan dengan orang Yahudi, seolah-olah mereka adalah dari bangsa yang lain daripadanya, suatu hal yang agak mengejutkan bila sekiranya rasul Yohanes adalah penulisnya. Tapi ini dapat merupakan bukti tentang perasaan dalam diri seorang Kristen Yahudi tentang permusuhan bangsanya yang pahit terhadap Yesus.
Teori-teori lain tentang penulis ini umumnya berusaha mempertahankan suatu hubungan antara rasul Yohanes dengan Injil ini dengan memandangnya selaku saksi, sementara menduga adanya seorang penulis lain. Teori yang dikemukakan secara amat meluas ialah bahwa seorang Yohanes lain, dikenal dengan nama Penetua Yohanes, adalah penulis itu. Bila ada dua orang Yohanes yang berhubungan sedemikian dekatnya dalam menghasilkan Injil ini, bukanlah tidak mungkin bahwa dapat timbul kekacauan antara mereka dalam tradisi purba. Tapi bahwa pernah ada seorang Penetua Yohanes tergantung pada ucapan Papias yang agak kabur, dan Papias tidak menyinggung sama sekali pada suatu Injil yang dituliskannya.
Beberapa ahli menyangkal semua hubungan rasul Yohanes dengan Injil ini, dan mengatakan bahwa nama Yohanes dikaitkan dengannya untuk memperoleh wibawa rasuli.
Dalam menghadapi semua pendapat yang beraneka ragam itu, orang Kristen memang tidak boleh dogmatis, namun pandangan bahwa rasul Yohanes menulis Injil Yohanes paling cocok dengan bukti-bukti dalam maupun luar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut Injil Yohanes sendiri, penulis Injil Yohanes ini adalah ‘murid yang dikasihi oleh Yesus’. Bukti di dalam Injil Yohanes mendukung bahwa Yohanes adalah penulisnya. Hal ini dilihat dalam ayat-ayat seperti Yoh 21:20,24; Yoh 13:23-25 18:15-16 19:26-27 20:3,4,8 21:7. Selain itu berdasarkan istilah yang digunakan yaitu ‘murid yang dikasihi oleh Yesus’ menunjukkan kejelasan yang menunjuk pada Yohanes. Yohanes adalah salah satu dari tiga murid yang terdekat dengan Yesus, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ketiga murid ini adalah murid-murid yang terdekat dengan Yesus. Hal ini dapat diamati dari beberapa peristiwa dimana Yesus hanya membawa ketiga murid ini (bnd. Mat 17:1 Luk 8:51 Mat 26:37). Kemudian dalam Yoh 20:3,4,8 & 21:20,24 jelas Nampak terlihat bahwa ‘murid yang dika¬sihi Yesus’ itu dibedakan dari Petrus. Oleh karena itu maka jelas bahwa penulis Injil Yohanes bukan Petrus, dan bukan juga Yakobus karena Yakobus telah mati mendahuluinya (bnd. Kis 12:2)
Oleh karena itu satu-satunya kemungkinan yang terakhir yaitu Yohaneslah penu¬lis dari Injil Yohanes ini. Yohanes adalah seorang penjala ikan (bdn. Mat 4:21-22), dan seorang yang tidak terpelajar (bnd. Kis 4:13), tetapi Yohanes dipakai oleh Allah untuk menuliskan sebagian dari Kitab Suci yaitu Injil Yohanes, dan tiga surat Yohanes, dan kitab Wahyu. Jadi, penulis Injil adalah salah seorang di antara empat penulis Injil yang paling dekat dengan Yesus Kristus (Ola Tulluan, 1999:73)
B. Waktu dan Tempat Penulisan
Di dalam sumber Wikipedia menjelaskan bahwa waktu penulisan Injil Yohanes diperkirakan antara tahun 40 – 140 Masehi (Wikipedia.org /Injil Yohanes). Seorang tokoh gereja yaitu Irenaeus berpendapat bahwa Injil Yohanes di tulis di wilayah Asia Kecil, yaitu di kota Efesus. Pada tahun 40-140 M, gereja berkembang kea rah kedewasaan. Dengan demikian gereja yang bertumbuh membutuhkan pengajaran. Salah satu ajaran tersebut yaitu tentang iman. Jadi, tahun penulisan Injil Yohanes adalah diperkirakan tahun 40 – 140 M.
Di atas telah ditegaskan bahwa Injil Yohanes di kota Efesus. Kota Efesus pada zaman Perjanjian Baru, Efesus adalah kota terbesar kedua di dunia saat kekuasaan Romawi menguasai sampai wilayah Timur. Kota Efesus juga dikenal sebagai kota pusat perdagangan, di kota ini terdapat salah satu jemaat dari tujuh jemaat di Asia Kecil. Kota Efesus juga terkenal karena pertemuan-pertemuan penting seperti konsili, ada konsili Efesus.
C. Tujuan Penulisan
Injil Yohanes ditulis dengan tujuan melawan pengajaran orang-orang Kristen yang dipengaruhi oleh ajaran filsafat yang dicapur adukan dengan filsafat Yunani sehingga kelompok ini mearasa memiliki ginosko yang lebih tinggi, atau biasa dsiebut dengan kelompok Gnostik.
Penulis Injil Yohanes mempertahankan keyakinan sebagaimana yang dipaparkan dalam Yohanes 20:31, yakni supaya para pendengar yaitu para murid Yesus Kristus percaya bahwa Yesus adalam mesia, anak Allah. Dan oleh iman kepada Yesus Kristus memperoleh kehidupan kekal dalam Yesus Kristus. Penulis menekankan dua hal yang dipahami dalam istilah Yunan yang dipakai yaitu: Yohanes memakai memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Bagian pertama menegaskan bahwa tulisan Yohanes bertujuan untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan.
Tujuan kedua yaitu Yohanes menulis Injil Tentang Yesus Kristus sebagaimana yang ada dalam Injil Yohanes dilaksanakan dengan tujuan untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bnd. Yoh. 17:3).
Selain itu Injil Yohanes juga ditujukan bagi mereka yang memiliki minat terhadap sofia yaitu hikmat (kebenara) atau filsafat. Beberapa pokok yang terkandung dalam isi Injil Yohanes juga sengaja ditulis untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan karya Yesus. (Wikipedia.org Injil Yohanes)
Bagian terakhir ini perlu ditegaskan untuk menghindari kesalahan pemahaman karena dalam bagian yang lain, Paulus menyatakan bahwa berhati-hati terhadap filsafat yang kosong. Hal ini tidak berrati filsafat tidak berguna karena intinya filsafat adalah proses berpikir mendalam terhadap relaitas dan menghasilkan apa yang disebut dengan kebenaran pengetahuan yang disebut Ilmu pengetahuan. Istilah kebenaran yang memerdekakan Nampak mengarah pada filsafat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bagian ini memberi pemahaman bahwa bagian-bagian tertentu dalam Injil Yohanes bersifat filosofis.
C. Maksud Penulisan
Adapun maksud penulisan Injil Yohanes yaitu untuk melawan ajaran Gnostikisme dengan mempertahankan suatu keyakinan atau apologetic (Merrill C. Tenney, 1995:231-245). Yohanes menyatakan tujuan untuk tulisannya dalam Yohanes 20: 31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive atau "sehingga kamu dapat terus percaya" (Wikipedia.org Injil Yohanes).
Yohanes menulis Injil dengan maksud untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Selain itu, Yohanes menulis dengan maksud yang mulia yaitu untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak. Kemudian Injil ini juga ditujukan kepada orang yang menaruh minat pada filsafat. (Wikipedia.org Injil Yohanes).
Pernyataan di atas memang bukanlah pengakuan final dari para ahli karena ada pakar yang meragukan adanya ketergantungan Injil ini dengan Injil Sinoptik, Walaupun demikian kebanyakan pakar menerima bahwa Injil ini memang mempunyai ketergantungan dengan Injil-injil yang lain, paling tidak, penulisnya mengetahui isi ketiga Injil yang lain (Wikipedia.org Injil Yohanes).
Semoga bermanfaat
Salam
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.