Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Wednesday, April 6, 2016

Pengaruh Pengajaran Positif Terhadap Kerja yang sesuai kehendak Tuhan

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kejadian 2:15 dinyatakan bahwa Tuhan menempatkan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa di taman Eden dengan tugas kerja yaitu ‘mengusahakan dan memelihara’. Manusia mendapat mandat kerja. Perintah kerja itu dilkukan oleh manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya. Adam dan Hawa bekerja, Kain dan Habel bekerja, Nuh bekerja demikian seterusnya sampai masa kini dan masa yang akan datang. Dalam bekerja, ada yang mendapat hasil yang memuaskan, ada pula yang tidak memuaskan. Contoh yaitu Kain dan Habel. Habel bekerja sebagai gembala kambing domba, sedangkan Kain menjadi petani. Dua jenis kerja yang sama-sama mulia. Apa yang dikerjakan oleh Kain dan Habel adalah perintah TUHAN. Nuh setelah keluar dari Bahtra bekerja sebagai petani anggur (Kej. 9:20). Nuh adalah orang yang mula-mula membuat kebun anggur. Nuh adalah tipe entrepreneur, orang yang menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Ia bekerja dan menikmati hasil kerja. Yusup juga bekerja di Mesir (Kej. 39:2). Yusuf sangat sukses dalam bekerja Jadi, kerja adalah perintah Tuhan, namun setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia mengalami pergeseran dalam hal kerja. Ada yang bekerja dalam konteks perintah Allah tetapi ada pula yang diluar kehendak Allah. Jadi kerja seperti apa yang dikehendaki oleh TUHAN.
Ada berbagai motivasi yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja, salah satu motivasi yaitu motivasi ekstrinsik yaitu adanya pengajaran. Pengajaran yang diterima oleh seseorang dapat mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Ada pengajaran positif tetapi ada pula pengajaran negatif. Kedua pengajaran ini mempengaruhi motivasi kerja. Pengajaran positif mempengaruhi motivasi kerja secara positif, demikian juga pengajaran negatif mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Masalah yang terjadi yakni penyimpangan motivasi kerja. Banyak kerja yang dilakukan manusia sebenarnya bertentangan dengan perintah TUHAN. Dengan kata lain manusia bekerja tidak berdasarkan kehendak TUHAN. Jadi bagaimana kerja yang sesuai kehendak TUHAN?

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Kerja Menurut Kehendak Allah?
2. Apakah semua pekerjaan adalah perintah Allah?
3. Apakah pekerjaan adalah bagian dari kehendak Tuhan?
4. Bagaimana Pendidikan Agama Kristen dalam memotivasi kerja?
5. Apakah penyertaan Tuhan selalu membuat seseorang berhasil dalam kerja?

C. Pertanyaan Pengarah

Bagaimana Kontribusi Pendidikan Agama Kristen dalam memotivasi kerja yang sesuai kehendak TUHAN?

Kajian Teori Tentang Kerja

Substansi pekerjaan mencakup dua hal, yaitu teologis dan etis. Substansi teologis yaitu, Substansi teologis yang utama dalam pekerjaan adalah merupakan citra Tuhan yang terus bekerja. Allah Tritunggal bekerja (mencipta alam semesta, memberikan nafas hidup bagi manusia). Tuhan Yesus menyatakan: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, karena itu Akupun bekerja”(Yoh. 5:17). Oleh karena itu wajar bila manusia/orang percaya sebagai gambar-rupa Allah, juga bekerja. Manusia harus mencerminkan Tuhan yang aktif bekerja. Sedangkan subsatansi etis dari pekerjaan yaitu pekerjaan melibatkan nilai-nilai etis, yaitu baik dan buruk, benar dan salah. Oleh karena itu bekerja melibatkan aspek moralitas, melibatkan rasa tanggung jawab yang yang benar dari manusia yang bekerja. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah mampu menilai mana pekerjaan “benar” atau “tidak benar”, “halal” atau tidak. Alkitab menegaskan dua substansi ini yaitu teologis dan etis. Berdasarkan dua substansi ini maka muncul sejumlah etos kerja yang ada dalam teori etos kerja Kristen. Kerja merupakan Anugrah (Grace). Paulus memahami bahwa pekerjaannya adalah anugrah (charis, pemberian Tuhan). Pekerjaan yang diterima dari Tuhan menunjukan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Pekerjaan yang diberikan Tuhan merupakan suatu kehormatan yang perlu dijaga. Pekerjaan itu merupakan sesuatu yang bernilai. Apa yang sangat menyukakan hati (menggembirakan) ketika seseorang tahu bahwa pekerjaan adalah anugrah? Ketika seseorang tahu bahwa pekerjaan adalah anugrah maka perilakunya berubah. Orang percaya tidak boleh memandang remeh pekerjaan, tidak boleh asal-asalan dengan pekerjaan. Paulus memberi teladan kesungguhan bekerja. Perspektif Paulus tidak negatif terhadap pekerjaan. Perilaku Paulus juga tidak negatif. Paulus bekerja dengan perspektif positif dan perilaku positif.
Jadi etika kerja itu penting. Oleh karena etika kerja itu sedemikian penting maka Jansen Sinamo memberikan delapan etos kerja professional yang dikutip oleh Hanock sebagai berikut:
1. kerja adalah rahmat. Oleh karena rahmat maka harus bekerja penuh syukur
2. kerja adalah amanat. Oleh karena kerja adalah amanat maka harus bekerja tuntas penuh integritas
3. kerja adalah panggilan. Oleh karena kerja adalah panggilan maka bekerja benar penuh tanggung jawab
4. kerja adalah aktualisasi. Oleh karena kerja adalah aktualisasi diri maka bekerja penuh semangat
5. kerja adalah ibadah. Oleh karena kerja adalah maka bekerja serius penuh kecintaan
6. kerja adalah seni. Oleh karena kerja adalah seni maka bekerja kreatif penuh sukacita
7. kerja adalah kehormatan. Oleh karena kerja adalah kehormatan maka perlu bekerja unggul penuh ketekukan
8. kerja adalah pelayanan. Oleh karena kerja adalah pelayanan maka bekerja sempurna penuh kerendahan hati.
9. Semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci. Alkitab mengatakan dalam Amsal 14:23, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan yang dikerjakan hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik. Secara tidak wajar seseorang telah membagi-bagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan seseorang seharusnya menjadi tempat melayani Tuhan Yesus. Tempat bekerja harus merupakan tempat ibadah dan tempat menaruh pelita (terang Kristus) untuk menjadi saksi.
10. Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang di Efesus tentang pekerjaan, dia berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus." (Efesus 6:5). Itu berarti bahwa setiap orang Kristen hendaknya menganggap pekerjaannya suci. Perlu disadari bahwa ketika seseorang pergi bekerja, maka ia bekerja bukan hanya untuk majikan tetapi juga untuk Yesus.
11. Kecenderungan yang terjadi masa kini yakni banyak orang yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka agar mereka bisa masuk dalam "pelayanan Kristen sepenuhnya". Menurut mereka, ini berarti menjadi pendeta atau penginjil atau staf dalam suatu organisasi Kristen. Tuhan memanggil orang-orang untuk melakukan pekerjaan semacam ini, dan ini baik sekali. Namun bagaimanapun hal itu tidak menjadikan pekerjaan ini lebih suci daripada pekerjaan lain.
12. Namun Alkitab, khususnya Perjanjian Baru menegaskan bahwa setiap hari adalah hari yang kudus, setiap tempat adalah suci, dan setiap perbuatan merupakan pelayanan rohani jika seorang hidup dan berjalan di dalam Roh. Jika ia tidak mengerti hal itu, maka ia akan tidak senang dalam pekerjaannya. Dan seseorang tidak mau menyadari bahwa Tuhan berkenaan untuk seseorang melayani Dia di mana pun ia bekerja.
13. Pekerjaan seseorang merupakan tempat yang terbaik untuk bersaksi bagi Yesus dan melayani-Nya. Dalam Matius 5:16 Yesus berkata, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." 14. Pekerjaan merupakan tempat menaruh pelita yang bagus sekali, tetapi terang orang Kristen harus bercahaya, bukan semakin meredup. Orang lain harus melihat terang itu bukan pelitanya. Orang yang menganggap diri benar selalu menjengkelkan di mana-mana, tetapi khususnya dalam pekerjaan. Dalam Kolose 4:5,6 dinyatakan: "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."
15. Apa yang dinyatakan firman Tuhan yang disebutkan di atas dapat dipraktikkan di tempat kerja. Orang Kristen yang bekerja sambil berkhotbah kepada orang lain perlu mengerti bahwa mimbar adalah tempat untuk berkhotbah. Oleh karena itu berlakulah ramah terhadap semua orang di tempat kerja sehingga mereka berkenaan mendengarkan atau memperhatikan khotbah Yesus yang dinyatakan dalam perilaku kerja orang Kristen di tempat kerja. 16. Orang Kristen yang bekerja harus dapat memikul lebih banyak daripada bagian pekerjaan mereka. Benar-benar merupakan dosa bagi orang percaya kalau mereka melakukan kurang daripada yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Efesus 6:6 berkata, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah." Dengan kata lain, orang Kristen jangan hanya memperhatikan jam, melainkan menjadi hamba-hamba Kristus yang melakukan kehendak Allah dengan segenap hati. Orang Kristen seharusnya mempunyai reputasi karena pekerjaan yang baik sehingga bila seorang pengusaha pergi ke kantor tenaga kerja untuk mencari tenaga baru, ia akan berkata, "Jika kamu mempunyai seorang tenaga kerja Kristen, kirimkan ke tempat saya." Kolose 3:23 mengatakan kepada kita, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
17. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan yakni jangan biarkan hidup kekristenan menjadi mundur, jangan pernah berkompromi. Bersukacitalah selalu, karena sukacita dari Allah adalah kekuatan orang percaya. Seseorang perlu menghimpun sukacita itu pada pagi hari sebelum ia berangkat bekerja. Orang Kristen perlu hidup berkemenangan dalam pekerjaan itu, sebab orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sedang memperhatikan orang Kristen di tempat kerja. Hal yang perlu diketahui yakni sebagian besar orang di tempat kerja tidak begitu tertarik pada soal sorga atau neraka, apa yang mereka ingin ketahui adalah bagaimana bekerja dengan berhasil pada hari Senin. Jika mereka melihat kemenangan dalam hidup orang Kristen maka mereka akan ingin mengetahui penyebabnya. Dalam 1Petrus 3:15 Rasul menulis, "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu." Dan orang Kristen harus melakukannya dengan lemah lembut dan rasa hormat. Bila orang lain melihat orang Kristen hidup penuh kemenangan dalam pekerjaan maka orang Kristen akan memiliki kesempatan yang sangat efektif untuk bersaksi. Sebagai orang Kristen, perlu melihat bahwa pekerjaan sehari-hari kita memiliki arti yang kekal, sebab kita melayani Yesus sementara orang Kristen bekerja. 18. Pekerjaan apapun yang dilakukan seorang Kristen harus dipandang secara positif. Perlu dihindari pandangan keliru tentang pekerjaan yang berkembang di masyarakat, seperti yang dikemukakan Dough Serman & William Hendricks, dalam buku Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah. Dalam buku ini dipaparkan bahwa ada pemahaman yang keliru antara hal rohani dan hal sekuler atas suatu pekerjaan. Seakan-akan pekerjaan rohani lebih mulia dari pekerjaan sekuler. Misalnya bahwa bekerja dalam bidang yang berhubungan dekat dengan hal rohani seperti pendeta, penginjil, guru agama, karyawan toko buku rohani, pengajar sekolah minggu, penyiar di radio Kristen dan lain-lain seolah lebih tinggi nilainya dari pada pekerjaan lain misalnya petani, nelayan, pekerja swasta dan pegawai negeri. Sehingga bila bekerja pada bidang “yang kurang rohani” maka paradigma yang keliru tentang dikotomi pekerjaan akan mempengaruhi seseorang dan merasa kurang seperti karyawan kantor, pegawai negeri, nelayan, dan lain-lain dianggap tidak berharga dibanding pekerjaan rohanin. Paradigma berpikir seperti ini mesti dihilangkan. Semua pekerjaan sama-sama mulia karena pekerjaan adalah salah satu perintah TUHAN. Jadi, tidak boleh dipresentasikan bahwa orang-orang yang bekerja dalam bidang yang “berhubungan langsung dengan hal rohani” lebih penting dan utama dari pekerjaan lainnya. Hal ini akan berdampak pada kesombongan. 19. Pekerjaan bukanlah kutuk seperti pandangan sebahagian orang yang mengutip Alkitab dimana Allah memberikan hukuman atas dosa Adam dan Hawa, “…. Terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidup mu” (baca Kej 3:17). Bila diperhatikan dengan cermat maka akan ditemukan bahwa Allah memang mengutuk tanah, sehingga menghasilkan semak duri dan rumput duri, namun pekerjaan itu sendiri bukanlah kutuk, karena perintah untuk bekerja sudah diberikan Allah sebelum manusia itu jatuh ke dalam dosa (baca Kej 1:28; 2:15). Bekerja adalah merupakan gambaran Allah kita yang adalah bekerja (baca, Kej 2:2, “ Ketika Allah pada hari yang ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu…..”), Bahkan hingga saat ini Allah terus bekerja (band. Yoh 5:17 “ Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga”) dan pekerjaan Allah itu dinyatakan sebagai menegakkan ciptaannya (Kol 1:16); memenuhi segala kebutuhan dari ciptaan-Nya (Mzm 104:10-30) dan menyelesaikan pekerjaan penebusan (Yoh 4:34). Bahkan yang lebih menarik adalah bahwa Allah menciptakan manusia sebagai rekan kerjaNya (lihat kembali, kej 2:8,15). 20. Berdasarkan pemahaman di atas menjadi jelas bahwa bekerja bukanlah hanya untuk menghasilkan sesuatu, tetapi sebagai karakter Allah itu sendiri yang diberikan juga kepada manusia. Melalui pekerjaan seseorang dapat melayani sesamanya, memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga dan melalui pekerjaan seseorang mewujudkan tindakan mengasihi Allah. Pandangan yang benar tentang pekerjaan akan mempengaruhi etos kerja yang baik.
21. Anak-anak Allah akan bekerja dengan sukacita, dengan sungguh-sungguh memberi talenta terbaik dari apa yang Tuhan berikan kepadanya, dan akan berperan dalam berbagai bidang kehidupan, bertanggungjawab terhadap peran yang diberikan sehingga mereka menjadi saksi dalam hidup kesehariannya, menjadi citra Allah yang dapat disaksikan oleh dunia. Mereka akan dipersatukan dari berbagai keahlian, pengetahuan dan kemampuan. Saling bekerja sama dan bertolong-tolongan untuk menciptakan dunia yang lebih baik yang Tuhan berikan kepada manusai itu untuk dikuasai dan ditaklukkan. Dan bagi Tuhanlah segala pujian dan hormat dan kemuliaan.
22. Menurut Sabda, pekerjaan apapun dilakukan dalam konteks untuk Tuhan. Prinsip ini akan mendedikasikan semangat kerja seseorang. Sedapat mungkin bekerja dengan prinsip memberikan yang terbaik. Sebuah teladan kerja dari Paulus yakni kerja hingga Tuntas (Completeness). Dalam 2 Tesalonika 3:6-15 Paulus begitu prihatin dengan sebagian jemaat yang meninggalkan pekerjaannya. Pekerjaan yang mestinya dituntaskan, malah dibiarkan menggantung. Tidak selesai. Itu sangat disayangkan oleh Paulus. Dalam ayat 11 Paulus katakan “Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna “. Mereka tidak lagi concern pada pekerjaan mereka. Merek bolak-balik atau mondar-mandir, tidak mengerjakan apa yang semestinya mereka kerjakan dan selesaikan. Ini spirit yang jelek. Tidak bisa dicontoh. Menyikapi hal tersebut Paulus katakan “orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya...” (ay. 12). Paulus menghendaki agar orang Kristen bekerja hingga tuntas. Perlu menghindari budaya kerja datang hanya menghabiskan waktu di kantor bukan untuk kerja. Setelah habis bulan, terima salary. Sprit uncompleted work (melalaikan, tidak menuntaskan pekerjaan) mewabah dan menular dengan hebat di berbagai tempat kerja. Yesus memberi teladan etos kerja yakni: kerja hingga tuntas. Yesus menuntaskan pekerjaan yang ditugaskan Bapa-Nya. Ia berkata “Sudah selesai—tetelestai” (Yoh. 19:30). Ia menyelesaikan tugas yang maha berat itu dengan baik, hingga tuntas. Inilah yang mengispirasi Paulus. Paulus bekerja secara tuntas atau bekerja hingga tuntas.(Sabdaspace.org)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.