Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Sunday, April 24, 2016

Mari belajar Bab I tentang tempramen peserta didik

BAB I 
PENDAHULUAN 

Pokok-pokok pembahasan dalam Bab ini yaitu: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pentingnya penelitian, hipotesis, ruang lingkup penelitian, metode dan prosedur penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Narasi suci dalam Kejadian 1 dan 2 meneguhkan para pembaca teks suci bahwa manusia dicipta secara komplit. Manusia punya keunikan yang berbeda dengan makluk lainnya. Artinya Tuhan menciptakan manusia demikian unik, keunikannya inilah yang membuat manusia itu berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya.
Keunikan itu salah satunya yang muncul dalam teori kebenaran dalam proses berpikir Hipocrates. Ia adalah seorang ahli dalam kedokteran di Yunani kala itu. Teori yang terkenal dari Hipocrates yaitu bahwa manusia memiliki empat tipe temperamen dasar.
Keempat tipe temperamen ini adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting di dalam tubuh manusia yaitu darah, empedu kuning, empedu hitam dan flegma.(Tim Lahaye,2005:11). Berdasarkan teori ini kemudian dikembangkan sebuah pemahaman bahwa tidak ada manusia yang hanya memiliki satu tempramen, paling tidak ada beberapa tempramen karena temperamen bersifat “herediter” (diwariskan atau diturunkan). Hal ini berarti perkembangan kehidupan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Teori tipe kepribadian sebagaimana yang disebutkan di atas juga ditanggapi dalam berbagai aliran pemikiran. Misalnya aliran nativisme menyatakan bahwa setiap orang akan menjadi pribadi sesuai tempramen yang dibawa sejak ia dilahirkan. Misalnya seorang yang memiliki tempramen pendiam. Tempramen ini merupakan warisan genetika dari keturunan orangtua atau dari garis keturunan keluarga besarnya. Jadi menurut aliran ini tempramen seseorang dapat mempengaruhi sifat-sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu menurut aliran nativisme tempramen seseorang tidak dapat diubah. Alasan argumen ini yakni tempramen merupakan bawaan sejak lahir. Jadi, tempramen tidak bisa diubah. Jika demikian apakah manusia membutuhkan pendidikan?
Corak berpikir di atas bukan satu-satunya, masih ada cara berpikir lain yang berbeda dengan cara berpikir kelompok Nativisme. Kelompok ini datang dari aliran berpikir yang disebut aliran empiris. Penganut aliran ini menyatakan bahwa setiap orang sejak lahir diibaratkan kertas yang masih putih bersih. Tidak ada noda dalam dirinya. Noda dalam dirinya disebabkan oleh lingkungan. Aliran ini juga disebut “tabularasa”. Pengaruh yang dimaksud yaitu pengaruh karena pengalaman, pengaruh pendidikan atau pengaruh lingkungan hidupnya. Jadi lingkungan mempengaruhi kepribadian anak. Bila lingkungan baik maka semakin baik seorang anak, jika lingkungannya kurang baik maka kehidupan anak juga dibentuk menjadi pribadi yang kurang baik.
Ada pula corak berpikir yang memadukan dua aliran yang bertentangan di atas, aliran berpikir ini dicetuskan oleh W.Stern dengan teorinya yang terkenal yaitu “teori konveregensi” atau teori perpaduan. Menurut teori ini kedua kekuatan berpikir di atas yaitu kekuatan berpikir Nativisme dan Tabularas atau aliran empiris keduanya dapat dipadukan menjadi satu kekuatan yaitu keduanya (Nativisme dan empirisisme/Tabularasa) berpadu menjadi satu. Jadi keduanya saling memberi pengaruh. (Singgih D. Gunarsa, 1999, 19).
Jadi mana yang dapat dipakai dalam proses Pendidikan Agama Kristen? Setiap Guru Pendidikan Agama Kristen harus memutuskan pendekatan mana yang dipakai. Apakah tempramen tidak bisa berubah atau bisa berubah atau dipadukan menjadi satu kekuatan yaitu saling memberi pengaruh?
Pokok yang dikemukakan di atas sedemikian penting karena peserta didik yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Kristen adalah peserta didik yang memiliki tempramen yang berbeda. Ada peserta didik yang pendiam, sulit bergaul secara leluasa, tetapi ada pula peserta didik yang periang dan mudah bergaul dengan siapa saja, ada pula peserta didik yang emosinya meledak-ledak dan seterusnya.
Dalam konteks demikian apa yang mesti dilakukan oleh seorang guru Pendidikan Agama Kristen. Apakah berusaha mengenal kepribadian anak secara lebih mendalam atau cukup hanya sebatas mengajar dan selesailah tugas guru. Jika ini yang terjadi maka sejauh mana perubahan yang terjadi pada diri peserta didik dalam pendidikan Agama Kristen yang mentransformasi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain perubahan apakah yang dihasilkan dari “mengasihi Tuhan dengan segenap kognitif, afektif dan psikomotorik”? Bukankan perubahan ini merupakan perubahan yang dikehendaki TUHAN. Jika demikian apakah Pendidikan Agama Kristen harus berada pada aliran pemikiran Nativisme yaitu tempramen anak tidak dapat dirubah, maka pendidikan sebenarnya tidak merubah tempramen anak, ataukah sebaliknya Pendidikan Agama Kristen memakai pendekatan empiris yaitu tempramen bisa diubah maka Pendidikan Agama Kristen dapat berkontribusi untuk perubahan tersebut. Jika kedua pemikiran ini sulit dipakai maka apakah pemikiran yang terakhir yaitu memakai pendekatan konvergensi, yaitu kedua pemikiran ini saling mempengaruhi maka Pendidikan Agama Kristen dapat menakomodir kedua gaya berpikir di atas sebagaimana akomodir teologis dalam konsili Nicea 325 yang merangkum pemikiran Nestorius dan Cyrillus menjadi sebuah kekuatan dogama yang bertahan sampai kini dan masa-masa yang akan datang.
Bertitik tolak dari masalah di atas, maka penulis menetapkan variabel penelitian ini menjadi: Hubungan paradigma Nativisme, empiris serta Konvergensi terhadap Tujuan Pendidikan Agama di .........

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini:

1. Bagaimana paradigma Navisme terhadap perubahan tempramen peserta didik?
2. Bagaimana paradigma Empiris terhadap perubahan temperamen peserta didik?
3. Bagaimana paradigma Konvergensi terhadap perubahan tempramen peserta didik?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yakni berusaha menganalisi sejaumana hubungan paradigma Navisme, Empiris dan Konvergensi terhadap Tujuan Pendidikan Agama Kristen di .................

D. Pentingnya Penelitian

Pentingnya penelitian ini berkenaan dengan kegunaan teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis yaitu memberi kontribusi untuk pengembangan Ilmu Pendidikan Agama Kristen dalam aspek pendidikan tentang tempramen, dan kegunaan praktisnya yaitu untuk menolong para guru dalam praksis Pendidikan Agama Kristen di berbagai setting Pendidikan Agama Kristen

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.