Refisi 19 April 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sering
tugas gereja dipahami sebatas pemberitaan, agak jarang dihubungkan pada
pengajaran. Sementara pengajaran sangat diperlukan dalam pertumbuhan iman
Jemaat. Gereja memahami bahwa tugasnya adalah hal-hal diluar pengajaran,
sehingga pengajaran dipercayakan atau tanggung jawab sekolah.
Gereja mesti memahami Missio ekklesia dan bagaimana dalam
praktik nyata yaitu apakah gereja hidup sesuai dengan mission ekklesia?
Kemudian seperti apa perkembangan missio ekklesia yang dilakukan gereja.
Tentunya idealnya adalah bahwa pendidikan Kristen mesti mengalami perkembangan
tetapi apa kenyataan yang terjadi. Dalam konteks pemahaman demikian maka uraian
berikut ini akan memaparkan tentang teori kedua variabel yang diteliti kemudian
diakhiri dengan masalah yang terjadi yaitu perbedaan antara harapan dan
kenyataan.
Menurut
Berkhof dan Enklaar, gereja ada di bumi ini oleh sebab Yesus memanggil orang
menjadi pengikut-Nya. Menurut definisi ini kehadiran gereja di bumi ini bukan
usaha manusia tetapi usaha ilahi yaitu panggilan Yesus Kristus yang diwujudkan
melalui berita Injil yang disampaikan gereja sepanjang zaman. Th van den End
menjelaskan ekklesia dalam pengertian orang yang dipanggil. Orang yang pertama
dipanggil oleh Kristus ialah para murid. Kemudian setelah kenaikan Yesus ke Sorga
dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi rasul
artinya mereka yang diutus. Diutus untuk memberitakan berita kesukaan, sehingga
lahirlah gereja Kristen. Dalam definisi van den End, kehadiran gereja tidak
dapat dipisahkan dengan berita suka cita tentang Yesus Kristus. Inti definisi
di atas yakni panggilan dan pengutusan.
Yesus
Kristus memanggil dan mengutus gereja yang disebut “missio ekklesia”
(pengutusan gereja). Kata “missio” berasal dari bahasa Latin, “mission” yang
berarti diutus keluar untuk tugas tertentu. Sedangkan dalam bahasa Yunani
dipakai kata “apostello”, artinya mengutus, dan “pempo” artinya mengirim. Kedua
kata ini, yakni “apostello” dan “pempo” dipakai dalam Yohanes 20:21. Sama
seperti Bapa mengutus (apostello) Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
(pempo) mengirim kamu (H. Venema) Dari istilah ini kemudian muncul sebuah
disiplin ilmu yang disebut misiologi. Nama misiologi mengutamakan hal
“mengirim” atau “mengutus”.
Di atas telah dikemukakan bahwa
“mission ekklesia” di dasarkan pada pengutusan Yesus Kristus sebagaimana yang
dipaparkan dalam Yoh. 20: 21. Dalam ayat ini, kata “mission” (pengutusan)
biasanya mempunyai tiga pembedaan yakni (1) Missio Dei yaitu pengutusan oleh
Allah. Allah sendiri bertindak sebagai subjek segala pengutusan, terutama
pengutusan Anak-Nya. Dialah pengutus agung. (2) Missio Filii artinya pengutusan
oleh Anak. Yesus Kristus di utus (dalam arti khusus Dialah yang disebut “Missio
Dei”), tetapi mengutus juga, yaitu rasul-rasul-Nya dan Gereja-Nya (mission
ekklesia). (3) Missio Ecclesiae yaitu pengutusan oleh gereja. Pengutusan Allah
dan Anak dilanjutkan dengan pengutusan oleh Gereja. Dalam Matius 28:19-20 terdapat narasi tentang
pengutusan gereja untuk melaksanakan tugas memuridkan orang dan pengajaran yang
memungkinkan orang yang telah menerima Yesus Kristus untuk melakukan apa yang
telah diperintahkan Yesus Kristus. Dalam ayat-ayat ini ada mandat pengajaran
Kristen. Dengan kata lain, pendidikan Kristen adalah bagian dari missio
ekklesia. Jadi berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa pengajaran atau pendidikan
Kristen termasuk pendidikan Kristen di sekolah-sekolah menjadi bagian dari
missio ekklesia.
Secara
teori jelas bahwa gereja berada dalam missio-Nya Yesus Kristus, khususnya dalam
pendidikan. Akan tetapi masalah yang
terjadi yakni berdasarkan kenyataan bahwa Pengajaran Kristen di sekolah-sekolah
Negeri kurang mendapat tempat atau bahkan tidak ada proses pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah Negeri. Gereja sering diminta oleh
pihak sekolah untuk member nilai kepada anak-anak Kristen yang berada di
sekolah Negeri tanpa anak tersebut mengikuti proses Pendidikan Agama Kristen
sebagaimana yang dialami oleh rekan-rekan lain yang mengalami Proses
Pembelajaran Agamanya di sekolah. Jadi Apakah tetap berada dalam tradisi
memberi nilai kepada anak-anak Kristen tanpa berusaha mengadakan pendidikan
Kristen di Gereja sesuai kurikulum yang dikeluarkan pemerintah? Di Gereja ada
Sekolah Minggu dan Kebaktian Remaja dan Pemuda Tetapi apakah ada nuansa
pengajaran yang didasarkan atas kurikulum sehingga ketika gereja member nilai
kepada anak untuk digunakan di sekolah maka dapatlah dikatakan bahwa nilai itu
memiliki prosedur pengajaran. Artinya ada proses pengajaran yang diterima oleh
anak.
Memahami
realitas ini harus diakui bahwa Pengajaran Agama Kristen merupakan tugas
tanggung jawab Gereja. Sementara Pendidikan Kristen di Gereja belum memiliki
kurikulum sebagaimana kurikulum Pendidikan Kristen oleh pemerintah.
Jadi,salah
satu tugas gereja adalah pengajaran, termasuk pengajaran yang berlangsung di
sekolah juga merupakan tugas gereja. Memang benar bahwa dalam konteks
Indonesia, pelaksanaan PAK di sekolah menjadi tanggung jawab Negara tetapi
secara esensial, pengajaran Kristen adalah salah satu tugas pokok gereja. Untuk
memahami bagian inilah maka penulis berusaha meninjau Yohanes 20:21 untuk
memperjelas bahwa pengajaran adalah bagian dari “missio ekklesia” dan “missio
ekklesia” berada dalam lingkup “missio Dei”. Missio Ecclesiae atau pengutusan
gereja adalah pekerjaan missioner dari jemaat Kristen sepanjang sejarah dunia.( Arie de Kuiper, 2000)
Di dalam lembaga pendidikan formal mata pelajaran pelajaran Pendidikan
Agama Kristen merupakan suatu bidang yang dapat diandalkan untuk membentuk dan
membangun pertumbuhan iman bertaqwa kepada Tuhan. Hal ini dapat diketui dari
tujuan Pendidikan Agama Kristen seperti yang dikemukakan oleh Calvin yang
intinya menekankan tentang usaha mendidik putra putrid Gereja dilibatkan dalam
upaya pemahaman Alkitab dalam bimbingan Roh Kudus, para putra-putri gereja diajarkan
mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, dan
diperlengkapi memilih cara-cara mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah
Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup
bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang
ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus”( Robert R. Boehlke, 1994).
Selain itu Mata pelajaran ini dapat diandalkan karena dalam
Alkitab dikatakan bahwa “Permulaan hikmah adalah takut akan Tuhan, semua orang
yang melakukannya berakal budi yang baik” (Mzm 111 : 10). Di dalam Pendidikan
Agama Kristen sendiri, setiap siswa diarahkan untuk mengenal Tuhan dan
menerimaNya sebagai Tuhannya serta taat kepadanya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS-TEOLOGIS
A. Kajian Variabel yang diteliti
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
D. Peneitian yang Relevan
Pesan Sponsor
PASANG IKLAN ANDA DISINI
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.