Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Saturday, May 7, 2016

Contoh Bab II Skripsi, Tesis dan Disertasi

Contoh Kajian teori Bab II dari Penelitian Mahasiswa berikut ini didasarkan pada rumusan judul penelitian: Pengaruh Pembelajaran PAK Sebagai Sistem Terhadap Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

A. Kajian Tentang Perencanaan Pembelajaran sebagai Sistem.

Kemampuan pendidikan Kristen untuk merancang pembelajaran karena Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Hal ini menegaskan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk merencakan apa yang akan dilakukannya. Allah menciptakan alam semesta serta manusia dengan perencanaan yang berlangsung dalam waktu-Nya (Kekekalan). Artinya kapa Tuhan merencanakan untuk menciptakan langit dan bumi serta manusia tidak dapat kita ketahui. Dalam kitab Kejadian dipakai kata “pada mulanya”, ini waktu kekekalan. Namun satu hal yang patut kita garis bawahi yakni kemampuan merancang yang ada pada Allah diberi dalam batas-batas tertentu kepada manusia. Melalui kemampuan berpikir itulah manusia merencanakan kegiatannya, khususnya kegiatan terstruktur yang disebut “Pembelajaran” (Belajar dan Mengajar). Dalam hal ini pembelajaran dapat diartikan kegiatan pendidik yang terprogram dalam desain instruk-sional, yang menolong pesertadidik mengalami belajar secara aktif dengan penekanan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:297). Untuk mencapai perubahan dalam diri peserta didik maka harus disadari bahwa pembelajaran tidak berdiri sendiri melalinkan berkorelasi dengan faktor-faktor lain. Itulah sebabnya maka perlu memahami dan menerapkan “perencanaan pembelajaran sebagai sistem”. Jika demikian apa sesungguhnya arti perencanaan pembelajaran sebagai sistem. Kita mulai dengan beberapa jawaban. Pertama, jawaban secara statis. Jawaban ini dari waktu ke waktu, dan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu lembaga ke lembaga lain, dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu sekolah tinggi ke sekolah tinggi yang lain, dari satu universitas ke universitas lain, dari satu fakultas ke fakultas lain sama jawabannya. Jawaban yang dimaksud yaitu definisi “Kamus”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Kedua, jawaban dinamis. Jawaban ini lahir dari penelitian. Biasanya definisi secara konseptual dan operasional atau definisi lain yang dikenal dalam dunia sains. Dalam definisi dinamis terdapat banyak arti tentang sistem. Kita mulai dengan beberapa pengertian dinamis tentang “sistem”. Sistema adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling berkorelasi atau berhubungan satu dengan yang lainnya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut definisi ini maka “perencanaan pembelajaran sebagai sistem” adalah perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru merupakan bagian penting dari sistem pembelajaran secara utuh. Artinya perencanaan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, media pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, latar belakang pesertadidik, dan lain sebagainya yang berkontribusi terhadap pembelajaran. Menurut Surwana, dalam perencanaan sebagai sistem ada empat kriteria yang perlu diperhatikan yaitu: Suwarna, Pengajaran Mikro, (2005” 33) Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa komponen sistem pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu: a. Tujuan. Menurut Sanjaya, tujuan pembelajaran merupakan faktor atau komponen yang sedemikian urgen dalam suatu sistem proses pembelajaran. Dalam penentujuan tujuan itu akan nampak ke arah mana siswa dididik atau diajar untuk mengalami perubahan, dengan kata lain: mau dibawa ke mana siswa? Dan Apa yang harus dimiliki oleh peserta didik? Dua hal ini akan nampak dalam perumusan tujuan b. Materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan pelajaran maka dibutuhkan materi atau isi materi pelajaran. Dalam hal ini materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem proses pembelajaran. Materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. c. Metode atau strategi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan maka peserta didik diberikan sejumlah materi yang sesuai tujuan. Untuk memahami atau mengalami belajar (perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik) maka diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pembahasan. Jadi, strategi dan metode pembelajaran merupakan bagian penting dari komponen yang juga mempunyai fungsi dalam mencapai tujuan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang relevan. Dalam strategi dan metode terdapat pula penggunaan media pembelajaran. Secara khusus dalam era Teknologi canggih khususnya perkembangan internet yang mengglobal di seluruh dunia maka internet dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Melalui internet, peserta didik dapat melakukan belajar dari mana saja dan kapan saja dengan menfaatkan hasil-hasil teknologi. Dalam konteks ini, guru bertindak sebagai pengelola sumber belajar. Jadi, guru bukan hanya berperan sebagai sumber belajar tetapi pengelola sumber belajar. d. Evaluasi. Evaluasi proses pembelajaran merupakan komponen terakhir dalam sebuah sistem proses pembelajaran. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, selain itu evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengorganisir kegiatan proses pembelajaran. Melalui evaluasi seorang guru dapat mengetahui kekurangan dalam pembelajaran berbagai komponen sistem pembelajaran (Wina Sanjaya, 2010: 203-206).
B. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Pendidikan Krisaten di sekolah menurut pendidikan Kristen dimaksud disini yakni teori dan konsep para pendidik Kristen. Para pendidik Kristen disini adalah pendidik Kristen yang ditemukan dalam beberapa literatur Pendidikan Kristen. Pembahasan ini tidak bermaksud membahas seluruh pendapat dari pendidik-pendidik Kristen yang ditemukan dalam literatur maupun penulis buku pendidikan Kristen. Dengan demikian maka penulis hanya mengambil beberapa pendapat dari pendidik-pendidik Kristen tentang pandangan mereka akan pendidikan Kristen di sekolah. Setalah menjelaskan bagian ini, penulis akan mengemukakan pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum Pendidikan Kristen atau sering disebut dengan Pendidikan Agama Kristen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pendidikan Kristen yang diselenggarakan di sekolah mendapat tanggapan positif dari Iris V. Cully (1995:2). Ia menyatakan: “sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak dari setiap generasi diajarkan tentang apa yang diharapkan dan dituntut oleh suatu kebudayaan”. dapat dilakukan melalui kegiatan mengajar dan memberi teladan (sikap hidup atau perilaku guru yang sesuai dengan ajaran Kristen). Keteladanan adalah cara mendidik melalui perilaku yang baik dari setiap pendidik Kristen atau guru di sekolah yang akan mempengaruhi peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan mengajar melibatkan pemberdayaan intelek individu untuk meningkatkan tubuh, pikiran dan jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa keteladanan tidak melibatkan pikiran dan jiwa. Pikiran sangat diperlukan dalam kehidupan karena dengan pikiran itulah kemudian setiap orang mengaplikasikan apa yang diketahuinya dalam perilaku hidupnya. Berdasarkan paparan di atas menjadi jelas bahwa dalam pendidikan terdapat dua interaksi yaitu orang dewasa yang dalam konteks sekolah disebut guru dan orang belum dewasa yang dalam konteks sekolah formal disebut peserta didik. Dalam pendidikan Kristen di sekolah dibutuhkan peran guru-guru. Secara keyakinan, peserta didik membutuhkan guru-guru Kristen yang dapat memberi pengajaran dan keteladanan yang baik. Guru adalah mereka yang memiliki tekad dan kemauan tidak pernah berakhir untuk memastikan bahwa semua siswa mengambil kendali dari belajar mereka sendiri dan mencapai potensi maksimum mereka, sambil terus berusaha untuk 'mencapai dan mengajarkan' setiap siswa di bawah perawatan mereka. Guru Kristen mengajar dengan pandangan untuk membuat siswa berkembang menjadi individu yang yang lebih baik. Untuk memahami pokok-pokok pengajaran dalam pendidikan Kristen maka deskripsi berikut ini akan memaparkan pengajaran-pengajaran Kristen dalam berbagai teori tentang Pendidikan Kristen di sekolah. Menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar (1996:150). Kedua ahli Pendidikan Kristen di atas dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen” menjelaskan tentang pendidikan Kristen atau istilah yang dipakai oleh kedua ahli ini yakni Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-sekolah. Kedua ahli ini menyatakan bahwa ada negara-negara lain yang bersikap toleran terhadap agama tetapi pemerintah tidak mengakomodir pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Ada pula negara-negara komunis seperti Cekoslovakia dan Hongaria, pemerintahnya mengizinkan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah negara, guru-guru dibiayai oleh negara. Pendidikan Kristen di sekolah memberi faedah-faedah yang berarti. Menurut E. G. Homrighausen dan I.H. Enklaar (1996:149) faedah pendidikan keagamaan Kristen di sekolah yaitu: (1) Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi. (2) Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan keagamaan ada hubungannya (3) Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di sekolah (4) Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat. Dalam konteks pendidikan Agama Kristen di sekolah, seorang guru PAK adalah seorang pelayan firman Allah atau seorang penafsir isi Alkitab dan menerapkannya secara praktis kepada siswa. Kualitas Pendidikan Agama Kristen di sekolah berhubungan dengan kemampuan guru PAK membaca komentar atau tafsiran-tafsiran Alkitab.

C. Apa hubungan Perencanaan Pembelajaran sebagai Sistem Terhadap Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Ada sejumlah pengamatan penulis berhubungan dengan hubungan pembelajaran sebagai sistem terhadap PAK di sekolah, yaitu: 1. Pembelajaran sebagai sistem memberi kontribusi dalam aspek pergumulan dan penentuan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan berdaarkan perubahan seperti apa yang hendak dicapai dalam proses Pembelajaran PAK. 2. Pembelajaran sebagai sistem memberi kontribusi dalam aspek pergumulan penentuan materi pelajaran. Penentuan materi pelajaran didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan 3. Pembelajaran sebagai sistem memberi kontribusi dalam aspek proses pembelajaran yaitu pemanfaatan strategi, metode dan media pembelajaran termasuk keberanian guru Pendidikan Agama Kristen memanfaatkan teknologi Internet sebagai sumber belajar. Dalam hal ini Guru PAK berfungsi sebagai pengelola sumber belajar 4. Pembelajaran sebagai sistem memberi kontribusi kepada Pnedidikan Agama Kristen di sekolah dalam hal penilaian.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.