Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Friday, May 20, 2016

Contoh Bab II Kajian Teori

Postingan ini sifatnya edukasi untuk yang sedang mencari bentuk membahas bab II Skripsi, tesis dan disertasi. CONTOH BAB II KAJIAN TEORI dalam postingan ini merupakan bentuk pembahasan kajian teori dengan menggunakan Metodologi Penelitian Kuantitatif (lihat contoh Bab III Metode Kuantitatif). Dalam metode kuantitatif, biasanya bab II ada rumusan tentang KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Dalam contoh berikut ini, saya menggunakan citasi (pengutipan sumber ) dengan model HARDVARD. Model ini tidak menggunakan catatan kaki tetapi catatan perut. Sekarang saya masuk dalam teori Bab II

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Pendidikan Agama Kristen di Gereja

Pendidikan Agama Kristen di Gereja dilaksanakan dalam berbagai kategori seperti Sekolah Minggu dan katekisasi. Selain itu melalui khotbah-khotbah yang berbentuk pengajaran doktrin seperti Allah Tritunggal, Yesus Kristus, Roh Kudus, Gereja, Akhir zaman, pengajaran tentang malaikat, pengajaran tentang iblis dan cara kerjanya. Pengajaran tentang ajaran-ajaran sesat. Pengajaran tentang Alkitab adalah firman Allah yang memiliki otoritas untuk mengukur doktrin dan perilaku orang Kristen. Intinya Gereja berperan dalam pendidikan Kristen, baik itu melalui pengajaran maupun keteladanan hidup anggota jemaat yang dapat memberi didikan kepada siswa atau orang yang membutuhkan pendidikan Kristen. Gereja tidak hanya mendidik melalui pengajaran Kristen tetapi juga melalui kehidupan nyata. Iris V. Cully (1995:3) menyatakan “sejak permulaan gereja telah menjadi masyarakat yang mengajar”. Hal ini menegaskan bahwa dimanapun dan kapan saja Gereja merupakan masyarakat yang tetap meneruskan pengajaran. Gereja tidak hanya mengajar tetapi juga melalui keteladanan hidup, baik melalui pendeta atau gembala-gembala sidang, majelis dan anggota jemaat juga dapat menolong siswa dalam nilai-nilai Kristiani. Jadi, Gereja menjadi tempat kedua para siswa mendapat pendidikan Kristen.
Pendidikan Kristen yang dilakukan di Gereja adalah pendidikan yang berporos pada Yesus Kristus. Yesus dalam pelayanan-Nya tidak mengabaikan tugas mengajar. Penulis Injil Matius mencatat 9 kali kata mengajar yang menunjuk pada kegiatan Yesus. Injil Markus mencatat 15 kali, dan Lukas 8 kali. Maka mengajar itu merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus.
Tempat mengajar Yesus itu berfariasi, yaitu di bait Allah, di rumah ibadat (sinagoge), di pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan di tempat yang datar. Tempat tidak menjadi kendala Yesus melakukan tugas pendidikan. Salah satu tugas pendidikan itu yakni mengajar. Pemahaman ini sesuai dengan pandangan Clementus. Menurut Clementus, pendidikan adalah kata yang dipakai dengan cara yang bermacam-macam. Ada pendidikan dalam arti kata seorang yang sedang dibimbing dan diajar, pendidikan juga merangkum tindakan yang berhubungan dengan tugas membimbing dan mengajar.Selain itu pendidikan menyangkut proses bimbingan dan hal-hal apa saja yang diajarkan. Pendidikan yang diberikan Tuhan merupakan tindakan menyampaikan kebenaran yang akan menuntun seseorang secara benar kepada suatu relasi dengan Tuhan dan kepada usaha mengaplikasikan perilaku suci dalam kehidupan setiap orang.(Boehlke, 2002:106)

2. Pendidikan Agama Kristen di Keluarga

Menurut Elizabeth (2009:13) keluarga merupakan lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi untuk membentuk anak yang dikaruniakan Allah kepada setiap keluarga. Hal ini berarti Allah mendirikan keluarga agar anak belajar dari orang tua. Sebelum Allah membentuk jemaat atau Gereja, dan pemerintahan, Allah telah mentahbiskan pernikahan dan keluarga sebagai bangunan dasar dari suatu masyarakat. Keluarga menjadi tempat terbaik untuk menumbuhkan iman dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan anak (Elizabeth, 2009:13). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Kristen di keluarga memberi kontribusi positif terhadap pembentukan kerohanian anak sehingga anak dimampukan untuk menghadapi berbagai gerakan-gerakan yang membayakan imannya.
Penjelasan di atas menekankan bahwa pendidikan Kristen di keluarga Kristen itu sangat penting. Demikian pentingnya pendidikan Kristen di keluarga maka Horace Bushnell dalam Boehlke (1997:476) menyatakan rumah tannga Kristen yang didiami Roh anugerah Allah hendaknya menjadi gereja bagi masa kanak-kanak ..... Segalanya menghasilkan asuhan Kristen yang enak bagi anak. Dengan demikian, berlangsunglah jenis metode yang mendidik anak secara diam-diam dan tanpa disadari.
Bila dikatakan bahwa ada yang lebih berharga dari pada mengajar sebagaimana dalam kutipan di atas tidak bermaksud menyatakan bahwa mengajar itu tidak penting, mengajar itu penting tetapi mengajar harus diimbangi dengan didikan atau tuntunan yang disebut sebagai kehidupan yang baik, ketenangann iman, percaya akan kebenaran dalam kehidupan. Semuanya ini tidak hanya sekadar sebuah instruksi/mengajar tetapi menghidupi atau menerapkannya dalam keluarga.
Pendidikan Agama Kristen di keluarga dapat dilakukan oleh orang tua dengan cara memberi pengajaran seperti yang dikemukakan oleh John Mac Arthur dalam Elizabet (2009:15-17), yaitu: Orang tua Kristen dalam keluarga dapat mengajar anak-anaknya akan takut akan Tuhan karena takut akan Tuhan adalah dasar sejati dan hikmat yang dapat diajarkan kepada anak-anak (bnd. Ams.1:7, 9:10). Sukses mendidik anak dalam keluarga Kristen sebenarnya dimulai dengan menanamkan rasa takut akan Tuhan dalam diri anak; Orang tua Kristen dalam keluarga dapat mengajar anak untuk menjaga pikiran mereka. Ajaran menjaga pikiran itu sesuai dengan Amsal 4:23. Dengan demikian orang tua Kristen memiliki kewajiban mendidik anak dalam hal mampu membentuk pikiran anak-anak dengan firman Allah yang mengajarkan tentang kebenaran, kebaikan, kesetiaan, kejujuran, integritas, loyalitas, kasih, dan semua kebajikan yang lain yang patut dimiliki anak; Orang tua Kristen dalam keluarga patut mengajarkan anak untuk taat pada orang tua (bnd. Ams. 1:8). Orang tua memiliki kewajikban mendidik anak untuk taat sejak anak belajar mendengar suara orangtuanya. Orang tua mendidik anak dengan disiplin dan diberi hukuman dan peringatan atas kesalahan yang dilakukan anak. (bnd. Ams. 13:24); Orang tuan Kristen dalam keluarga dapat mendidik anak-anaknya untuk memilih teman mereka dengan bijaksana. Anak harus diajar untuk memilih teman pergaulan secara bijaksana sehingga anak tidak dipengaruhi dengan pergaulan buruk. Jangan membiarkan anak dikelilingi oleh tekanan dan teman sebanya yang salah. Orang tua harus membimbing anak untuk memilih teman pergaulan yang menopang anak dalam kelakuan-kelakuan yang baik (bnd. I Kor. 15:33); Orang tua Kristen dalam keluarga perlu mendidik anak untuk dapat mengendalikan nafsu. Nafsu yang dimaksud disini adalah nafsu kedagingan yaitu perbuatan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan seperti: egois, marah, malas, dendam dan lain-lain (bnd. II Tim. 2:22); Orang tua Kristen dalam keluarga perlu mendidik anak untuk kelak nanti mengasihi pasangan hidup; Orang tua Kristen perlu mendidik anak menjaga perkataan yaitu pembicaraan yang bermnfaat dan bukan perkataan yang melukai orang lain; Orang tua Kristen dapat mengajarkan anak untuk mengasihi sesama mereka. Ajarlah anak untuk menghargai kebaikan, kemurahan, dan belas kasihan (bnd. Gal. 5:22). Ajarlah anak untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya (bnd. Mat. 22:37-39). Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga dapat dilakukan melalui doa bersama sebelum dan pada waktu bangun tidur, mengadakan renungan malam dan pagi dalam ibadah keluarga. Nasehat-nasehat dari orang tua agar anaknya tetap hidup dalam karakter Kristiani dan tetap setia berpegang pada kepercayaan pada Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat semuanya merupakan bentuk pendidikan bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas menjadi jelas bahwa pendidikan Kristen yang dilakukan kepada setiap orang, baik di Gereja, Keluarga dan kelompok masyarakat serta sekolah dapat dilakukan melalui pembimbingan dan pengajaran. Ini berarti pendidikan Kristen adalah usaha memberi bimbingan dan mengajar kepada siswa agar mereka menjadi manusia yang dewasa atau hidup seturut kehendak Tuhan.

3. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Pendidikan Agama Krisaten di sekolah menurut pendidikan Agama Kristen dimaksud disini yakni teori dan konsep para pendidik Kristen. Para pendidik Kristen disini adalah pendidik Kristen yang ditemukan dalam beberapa literatur Pendidikan Kristen. Pembahasan ini tidak bermaksud membahas seluruh pendapat dari pendidik-pendidik Kristen yang ditemukan dalam literatur maupun penulis buku pendidikan Kristen. Dengan demikian maka penulis hanya mengambil beberapa pendapat dari pendidik-pendidik Agama Kristen tentang pandangan mereka akan pendidikan Agama Kristen di sekolah. Setalah menjelaskan bagian ini, penulis akan mengemukakan pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum Pendidikan Kristen atau sering disebut dengan Pendidikan Agama Kristen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Usaha di atas bermaksud untuk menemukan berbabagai pendapat tentang pendidikan Agama Kristen di sekolah dan pendidikan Agama Kristen di sekolah yang didasarkan pada kurikulum yang didalamnya telah ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar serta indikator-indikatornya. Dan apakah pendidikan Kristen di sekolah memiliki pengaruh yang kuat atas diri siswa di sekolah karena para siswa telah, sedang dan akan menghadapi berbagai pengaruh gerakan yang pada satu sisi dapat menggoyahkan iman, tetapi sisi yang lain dapat memperkaya. Salah satu gerekan yang mempengaruhi dunia pendidikan adalah Gerakan Zaman Baru.
Berdasarkan pemahaman demikian maka penting memahami Pendidikan Kristen yang diselenggarakan di sekolah berdasarkan pendapat-pendapat pendidik Kristen yang diambil dari beberapa literatur Kristen. Ada banyak pendidik Kristen, misalnya dalam buku Robert R. Boehlke Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK Jilid 1 dan 2 dikemukakan banyak pendidik Kristen yang memiliki kontribus besar dalam pendidikan Kristen, namun dalam penjelasan ini hanya mendeskripsikan pendapat-pendapat pendidik Kreisten yang langsung berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Berikut ini para pendidik Kristen tentang pendidikan Kristen di sekolah.
Menurut Iris V. Cully (1995:2) “sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak dari setiap generasi diajarkan tentang apa yang diharapkan dan dituntut oleh suatu kebudayaan”. dapat dilakukan melalui kegiatan mengajar dan memberi teladan (sikap hidup atau perilaku guru yang sesuai dengan ajaran Kristen). Keteladanan adalah cara mendidik melalui perilaku yang baik dari setiap pendidik Kristen atau guru di sekolah yang akan mempengaruhi peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan mengajar melibatkan pemberdayaan intelek individu untuk meningkatkan tubuh, pikiran dan jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa keteladanan tidak melibatkan pikiran dan jiwa. Pikiran sangat diperlukan dalam kehidupan karena dengan pikiran itulah kemudian setiap orang mengaplikasikan apa yang diketahuinya dalam perilaku hidupnya.
Berdasarkan paparan di atas menjadi jelas bahwa dalam pendidikan terdapat dua interaksi yaitu orang dewasa yang dalam konteks sekolah disebut guru dan orang belum dewasa yang dalam konteks sekolah formal disebut peserta didik. Dalam pendidikan Kristen di sekolah dibutuhkan peran guru-guru. Secara keyakinan, peserta didik membutuhkan guru-guru Kristen yang dapat memberi pengajaran dan keteladanan yang baik. Guru adalah mereka yang memiliki tekad dan kemauan tidak pernah berakhir untuk memastikan bahwa semua siswa mengambil kendali dari belajar mereka sendiri dan mencapai potensi maksimum mereka, sambil terus berusaha untuk 'mencapai dan mengajarkan' setiap siswa di bawah perawatan mereka. Guru Kristen mengajar dengan pandangan untuk membuat siswa berkembang menjadi individu yang yang lebih baik. Untuk memahami pokok-pokok pengajaran dalam pendidikan Kristen maka deskripsi berikut ini akan memaparkan pengajaran-pengajaran Kristen dalam berbagai teori tentang Pendidikan Kristen di sekolah. Menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar. Kedua ahli Pendidikan Kristen di atas dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen” menjelaskan tentang pendidikan Kristen atau istilah yang dipakai oleh kedua ahli ini yakni Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-sekolah. Kedua ahli ini menyatakan bahwa ada negara-negara lain yang bersikap toleran terhadap agama tetapi pemerintah tidak mengakomodir pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Ada pula negara-negara komunis seperti Cekoslovakia dan Hongaria, pemerintahnya mengizinkan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah negara, guru-guru dibiayai oleh negara (Homrighausen dan Enklaar, 1996:149). Sementara di Indonesia, kedua ahli di atas menyatakan: Ada pula negara seperti Indonesia, pemerintahnya bersifat demokratis, tidak mau menganakmaskan agama tertentu. Setiap agama mendapat kesempatan untuk mengajarkan pendidikan keagamaan kepada peserta didik sesuai dengann agamanya. Artinya pemerintah Indonesia mengizinkan pendidikan keagamaan di sekolah-sekolah dan membiayai gaji guru-guru agama. (Homrighausen dan Enklaar, 1996:150). Adanya Pendidikan Kristen atau pendidikan yang bernafaskan keyakinan Kristen di sekolah memberi faedah-faedah yang berarti. Menurut E. G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, faedah pendidikan keagamaan Kristen di sekolah yaitu: (1) Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi. (2) Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan keagamaan ada hubungannya (3) Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di sekolah. (4) Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat. (Homrighausen dan Enklaar, 1996:151-152). Selain itu, pemerintah telah memberi undang-undang Pendidikan Nasional. Pendidikan keagamaan mendapat tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menolong siswa dalam pembinaan mental dan spritualnya.
Dalam konteks pendidikan Agama Kristen di sekolah, seorang guru PAK adalah seorang pelayan firman Allah atau seorang penafsir isi Alkitab dan menerapkannya secara praktis kepada siswa. Kualitas Pendidikan Agama Kristen di sekolah berhubungan dengan kemampuan guru PAK membaca komentar atau tafsiran-tafsiran Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai Kristiani seperti kasih dengan beberapa indikator kasih sebagaimana dalam I Korintus 13:4. Indikator kasih itum yakni: Murah hati; Tidak cemburu; Tidak memegahkan diri dan tidak sombong; Tidak melakukan yang tidak sopan; Tidak mencari keuntungan diri sendiri; Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (tidak bersedia memaafkan orang yang bersalah padanya); Tidak bersukacita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran; Sabar menanggung segala sesuatu

B. KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan Agama Kristen di Keluarga dilaksanakan oleh keluarga yang didalamnya para orangtua berperan untuk mendidik anak sesuai dengan ajaran Alkitab. Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga tidak dilaksanakan dalam kurikulum tertulis sebagaimana yang ada di sekolah, dalam keluarga hanya ada Alkitab dan sejumlah pengalaman orangtua dalam hal nilai-nilai Kristiani yang dapat dipergunakan untuk mendidik dan mengajar anak dalam ajaran sehat (Pendidikan Agama Kristen) di keluarga. Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga juga didasarkan pada pembacaan dan renungan serta doa setiap malam dan pagi hari. Pendidikan demikian berpengaruh untuk pertumbuhan iman anak. Selain itu pendidikan Agama Kristen diteruskan dalam lingkup gereja dalam bentuk sekolah minggu dan katekisasi yang didasarkan pada kurikulum yang disusun gereja. Demikian pula Pendidikan Agama Kristen di sekolah yang dilaksanakan dengan proses yang berbeda di keluarga dan gereja. Di sekolah pendidikan agama Kristen diatur dalam kurikulum yang diatur secara sistematis seperti pengaturan: tujuan pembelajaran atau stnadar kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, strategi belajar mengajar, media, evaluasi yang dilakakan oleh seorang guru yang profesional. Ketiga setting pendidikan agama Kristen berkontribusi terhadap pembentukan iman peserta didik di sekolah.

C. HIPOTESIS

Jika Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan secara baik di keluarga, gereja dan sekolah maka anak akan bertumbuh secara baik dalam iman sesuai dengan ajaran Alkitab

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.