Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Monday, May 23, 2016

Contoh Bab II Kualitas Pendidikan Agama Kristen, Pujian dan Karakter

Postingan Berikut ini merupakan salah satu contoh kajian Teori dalam Bab II yang menggunakan metode penelitian kuantitatif. DIkatakan demikian karena dalam penelitian kuantitatif selalu ada kerangka berpikir dan hipotesis. Perumusan hipotesis dimaksudkan untuk menguji teori. Inilah ciri penelitian kuantitatif yaitu menguji teori, yang diutamakan dalam penelitian kuantitatif adalah hasil dan bukan proses. Beda dengan penelitian kualitatif yang mengutamakan proses. Selanjutnya perhatian contoh Bab II berikut ini.

Topik Penelitian ini diberi Judul: "Pengaruh Kualitas PAK, Puji-pujian Kristen Terhadap Pembentukan Karakter Unggul dalam diri peserta didik di SMP .........."

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Kualitas Pendidikan Agama Kristem
1.1. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Kristen
Saya beri contoh uraian tentang kualitas PAK

Kualitas Pendidikan Agama Kristen yang dimaksud disini yaitu proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berdaya merubah kehidupan peserta didik. Perubahan itu meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan demikian dapat disebut sebagai ketercapaian tujuan pengajaran Pendidikan Agama Kristen. Dengan kata lain, sejauh mana Pendidikan Agama Kristen berhasil mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Kristen maka diperlukan suatu proses yang melibatkan banyak pihak. Dalam sejarah perkembangan praktek Pendidikan Agama Kristen, menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar (1996) ada aliran atau kelompok pemikiran Kristen yang mengutamakan aspek pengajaran, dan aliran yang lain menekankan tentang aspek pengalaman keagamaan (1996:23). Aliran yang menekankan pengajaran atau pendidikan hendak membangun kepercayaan Kristen dalam diri siswa melalui penyampaian pengetahuan oleh seorang pendidik Kristen. Sedangkan aliran yang menekankan pengalaman rohani siswa lebih mengarahkan perhatian pada perkembangan diri siswa. Kelompok ini menekankan pendidikan Kristen pada pengalaman perorangan untuk menjadi pribadi-pribadi yang jujur dan luhur secara pribadi dalam sebuah masyarakat. (1996:23-24)

1.2. Kualitas Pendidikan Agama Kristen

2. Pujian-Pujian Kristen

Pengertian puji-pujian juga dapat dilakukan secara etimologi dengan memeriksa beberapa kata yang dipakai dalam Perjanjian Lama dan Baru tentang puji-pujian. Ada beberapa kata Ibrani dan Yunani yang dipakai dalam Alkitab untuk menjelaskan dengan indah aspek-aspek yang ada dalam puji-pujian. Kata-kata tersebut dijelaskan sebagai berikut. 2.1. Barak. Barak berarti berlutut atau bersujud, memberkati, menghormati, memuji (Hak. 5.2, Mzm. 72.11-15). Kata barak berbicara tentang penghormatan dan keinginan di hadapan Allah. Mengharapkan dengan iman untuk suatu jawaban. Dari ketujuh kata yang bearti `puji-pujian`, hanya barak inilah yang mengandung arti kesunyian. Dalam kata ini tak ada pernyataan tentang ekspresi atau ungkapan dengan suara (Mike dan Viv Hibbert, 2007:114).
2.2. Yadah, kata ini pada mulanya dihubungkan dengan perbuatan dan sikap raga yang menyertai pujian. Kata yadah dapat pula diartikan pernyataan atau ungkapan perasaan berterima kasih dalam puji-pujian. Bila dilihat dari akar katanya, kata itu berarti `mengulurkan tangan`, mengangkat tangan (2 Taw. 20.21, Mzm. 9.2, 28) Kata ini mengungkapkan suatu tindakan, bukan sesuatu yang pasif. Tindakan berupa puji-pujioan yang keluar dari dalam hati dengan ekspresi luar adalah mengangkat tangan sebagai pernyataan dari hati yang sedang terangkat. Puji-pujian dengan cara ini merupakan kekuatan yang sangat nyata bila digunakand alam pertempuran (2 Taw. 20.21) 2.3. Todah. Todah berarti bersyukur dan memuji atas sesuatu yang sedang Allah kerjakan. Korban puji-pujian yang dinyatakan dengan menngangkat tangan (Mzm. 50.23, 69:31, 107:22, Yes. 51:3). Hal ini adalah puji-pujian iman dalam tindakan dan menghormati Allah, seperti dinyatakan dalam Mzm 50.23, `Siapa yang mempersembahkan syukur (todah) sebagai korban, ia memuliakan Aku… ` Ia melihat kita menerima firman-Nya tanpa bertanya-tanya. Mempersembahkan korban tuji-pujian juga berarti kita sedang mempersembahkan korban puji-pujian yang telah dikuduskan. Sebagaimana halnya dengan para iman dalam Perjanjian Lama yang menguji atau memeriksa apakah setiap korban yang dipersembahkan itu murni, kitapun harus menguji hati kita dan mempersembahkan puji-pujian yang mengalir dari dalam hati yang murni dan bersih kepada Allah. (Mike dan Viv Hibbert, 2007:114-115).
2.4. Zamar, kata ini dihubungkan dengan memainkan atau menyanyikan nyanyian disertai musik. (Serapan pagi). Ini berarti puji-pujian yang dinyanyikan dengan diiringi oleh alat-alat music. Secara harfiah, zamar berarti memetik kecapi atau alat music yang menggunakan senar (Mzm. 47, 6-7) Dalam Mazmur 149.3 tertulis ` Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepadanya dengan rebana dan kecapi. (Mike dan Viv Hibbert, 2007:115).
2.5. Shabakh. Kata ini mengandung arti memuji, sorak kemenangan, memuliakan atau memegahkan, berteriak atau bersorak, berseru dengan nada suara yang keras (Mzm. 47.6-7 ). Ini tidak berarti bahwa mereka yang pendiam dan pemalu tidak harus melakukan tindakan ini. Kita semua harus memuji Tuhan dengan cara seperti ini, tanpa terkecuali. Cara ini masih tetap `layak` dan `benar` untuk masa sekarang. Allah menghendaki suara seperti itu dalam puji-pujian bukan karena Dia tidak dapat mendengar, tetapi karena keagungan dan kemuliaan-NYa. Ia layak menerima pujian kita yang gegap gempita. Perjanjian Baru juga menyatakan puji-pujian dengan suara yang keras (Luk. 2.13-14, 19,.37) (Mike dan Viv Hibbert, 2007:115)..
2.6. Halal, yang akar katanya berarti riuh, Halal berarti bercahaya, berbangga atau bermegah, bersukacita, memuji, bernyanyi, bersih dan jelas, memuji dengan penuh semangata dan gembira, bernyanyi dengan suara nyaring (1 Taw. 23.5). Di dalam Alkitab, kata halal biasa digunakan dalam kata `puji-pujian`. Kata tersebut berasal dari bentuk perintah – haleluya – yang berarti `pujilah Tuhan dengan kemegahan dan penuh sukacita, serta masyhurkan Dia dengan suara nyaring`.(Mike dan Viv Hibbert, 2007:115).
2.7. Tehillah. Kata ini berarti pujian pengagungan atau nyanyian kemuliaan- menyanyi dengan menyanjung ( Kel. 15. 11). Puji-pujian ini berbeda dengan ungkapan atau pernyataan puji-pujian yang lain. Dalam puji-pujian yang lain memerlukan iman kita. Sedangkan dalam tehillah mengandung arti Allah menanggapi iman kita. Secara harfiah, kata ini berarti Allah bersemayam dan duduk di atas takhta di tengah-tengah puji-pujian tehillah. Selanjutnya dalam Keluaran 15.11 kita melihat Allah bukan saja sebagai Bapa dan sahabat, melainkan mulia karena kekudusan-Nya, menakutkan karena perbuatan-Nya yang masyhur`. Kita melihat bahwa Allah kita aalah api yang menghanguskan (ibr. 12.29), dan Ia menghendaki penghormatan serta ketakutan yang saleh atau suci. Yang harus diberitahukan kepada gereja tidak hanya suatu pengertian tentang kebaikan dan kasih Allah saja, tetapi juga kekerasan Allah (Rom. 11.22) ia selalu menghargai iman dengan beberapa tanggapan pada saat kita menghampiri-Nya dalam iman. Kita mengetahui bahwa kehadiran-Nya adalah suatu kepastian. Jika Ia bersemayam adalam puji-pujian, tak ada jalan bagi kita untuk berpuas diri dengan semua kebesaran dan kebenaran kita sendiri, serta berbicara sembarangan tanpa berpikir terlebih dulu di hadapan-Nya. Dalam Mzm. 33.1 tertulis `… sebab memuji-muji itu layak bagi orang mujur`. Pada saat Allah bersemayam dalam puji-pijian kita, kita akan diubah menjadi serupa dengan Dia (mzm. 17.15) dan akan memancarkan wajah yang penuh dengan kemuliaan. 2 Taw. 20.22 mengisahkan bahwa dalam puji-pujian tehillah akan terjadi kemenangan dalam peperangan (lih. `Nyanyian Peperangan` pada bagian selanjutnya). Maz. 40.4 mengatakan bahwa puji-pujian tehillah akan mengakibatkan terjadinya pemberitaan Injil secara besar-besaran (Lih. Nyanyian Pemberitaan Injil). Maz. 65.2, `Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah`. Kadang-kadang kita tidak dapat `melompat` ke dalam ekspresi yang lain dalam penyembahan sampai kita mengalami kenyataan dari pujian ini serta pengetahuan tentang Allah.
2.8. Halal, yang akar katanya berarti riuh, Halal berarti bercahaya, berbangga atau bermegah, bersukacita, memuji, bernyanyi, bersih dan jelas, memuji dengan penuh semangata dan gembira, bernyanyi dengan suara nyaring (1 Taw. 23.5). Di dalam Alkitab, kata halal biasa digunakan dalam kata `puji-pujian`. Kata tersebut berasal dari bentuk perintah – haleluya – yang berarti `pujilah Tuhan dengan kemegahan dan penuh sukacita, serta masyhurkan Dia dengan suara nyaring`(Mike dan Viv Hibbert, 2007:116-117). 2.9. Eukhaisteo. Salah satu kata Yunani yang dapat dipakai untuk menterjemahkan puji-pujian. Kata ini secara harfiah,berarti 'mengucapkan terima kasih'. Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memuji lebih akrab dengan yang dipuji, ketimbang arti yang terkandung dalam kata formal eulogeo,yang berarti 'memberkati'. (Serapan pagi)
Jadi, berdasarkan kata-kata Ibrani dan Yunani tersebut di atas, puji-pujian adalah berlutut atau bersujud, memberkati, menghormati, memuji atau penghormatan dan keinginan di hadapan Allah yang dinyatakan dalam keheningan (Barak); perbuatan dan sikap raga yang menyertai pujian atau pernyataan atau ungkapan perasaan berterima kasih dalam puji-pujian yang dinytakan dengan cara `mengulurkan tangan`, mengangkat tangan, suatu tindakan, berupa puji-pujian yang keluar dari dalam hati dengan ekspresi luar adalah mengangkat tangan sebagai pernyataan dari hati yang sedang terangkat Yadah); bersyukur dan memuji atas sesuatu yang sedang Allah kerjakan (Todah); memainkan atau menyanyikan nyanyian diiringi music (Zamar); sorak kemenangan, memuliakan atau memegahkan, berteriak atau bersorak, berseru dengan nada suara yang keras Shabakh); riuh, bercahaya, berbangga atau bermegah, bersukacita, memuji, bernyanyi, bersih dan jelas, memuji dengan penuh semangat dan gembira, bernyanyi dengan suara nyaring (Halal ); pujian pengagungan atau nyanyian kemuliaan- menyanyi dengan menyanjung (Tehillah ); mengucapkan terimakaish (eukharisteō) kepada Tuhan atas Rahmat-Nya yang besar kepada manusia.

3. Pembentukan Karakter
2.1. Pengertian Pembentukan Karakter
2.2. Karakter
2.2.1. Karakter Kristen
2.2.2. Karakter Bangsa
dst

B. KERANGKA BERPIKIR

Keteladanan Guru PAK adalah sejumlah perilaku positif yang didasarkan pada ajaran Alkitab yang tercermin dalam perilaku guru yang dapat diteladani atau mempengaruhi peserta didik di sekolah. Keteladanan tersebut merupakan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri Guru PAK. Guru PAK sebagai pengajar isi Alkitab harus hidup sesuai dengan ajaran yang disampaikannya. Perilaku Guru PAK bersesuaian dengan kenyataan hidupnya sehari-hari, di sekolah, Gereja dan masyarakat. Jadi keteladanan yang ditunjukkan guru PAK meliputi keteladanan di sekolah yaitu sejumlah perilaku unggul yang dimiliki guru PAK ketika mengajar di kelas, misalnya masuk tepat waktu, menyelesaikan pelajaran tepat waktu, memberi penilaian secara adil dan perilaku unggul sejenisnya.

Pendidikan Agama Kristen yang diselenggarakan di sekolah harus berkualitas. Artinya memberi dampak pada peserta didik yaitu perubahan yang diharapkan dapat terjadi dalam diri siswa atau peserta didik yang mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Untuk mencapai maksud itu diperlukan rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen yang terukur, maksudnya dapat dicapai. Berbagai tujuan Pendidikan Agama Kristen telah dirumuskan oleh ahli-ahli Pendidik Kristen sepanjang zaman. Di Indonesia ada rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen yang dirumuskan oleh tim ahli Pendidikan Agama Kristen dan telah ditetapkan menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan Agama Kristen yang diberlakukan di sekolah-sekolah formal mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Agama Kristen tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di gereja dan keluarga. Semuanya memberi kontribusi bagi kualitas pengajaran Agama Kristen yaitu supaya siswa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagian ini dalam kurikulum Pendidikan Agama disebut dengan “Mengasihi Allah Tritunggal dan sesamanya.”

Kekristenan dalam perkembangannya selalu dikenal sebagai agama yang penuh puji-pujian. Kristen kaya dengan lagu-lagu, dan tidak ada agama lain yang menandingan kualitas puji-pujian dari warisan Kristen maupun syair-syair lagu yang tercipta dari waktu ke waktu. Puji-pujian Kristen dapat menyejukkan hati, mengandung unsur edukasi yang bertahan zaman. Melalui puji-pujian juga, orang Kristen mengusir setan dan melalui puji-pujian, orang Kristen dapat menata kehidupan rohaninya agar bertumbuh lebih baik dalam sifat-sifat mulia sesuai kehendak TUHAN.

Peserta didik atau siswa di sekolah adalah peribadi-pribadi yang membutuhkan bimbingan orang dewasa, seperti guru, orang tua, pendeta atau pengurus-pengurus Gereja atau pelayan-pelayan Gereja dan juga masyarakat. Berbagai lingkungan ini dapat membentuk perilaku siswa. Di Indonesia digalakan Pendidikan Karakter Bangsa yang dirumuskan dari nilai-nilai yang dikenal di Indonesia, salah satunya datang dari nilai Agama. Misalnya cinta Allah dan kebenaran merupakan rumusan pendidikan karakter yang diambil dari ajaran Agama. Selain Pendidikan karakter bangsa, peserta didik yang beragama kristen perlu dibentuk karakter Kristianinya. Pembentukan karakter kristiani dalam penelitian ini diambil dari I Korintus 13:4 yaitu bagaimana siswa terbentuk karakter dalam hal: sabar, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan karakter yang lain sebagaimana yang disebutkan dalam I Korintus 13:4. Berdasarkan I Korintus 13:4 apakah keteladanan guru PAK dan Kualitas pengajaran Agama Kristen di ……. Perubahan moral baik moral bangsa maupun moral sebagai orang Kristen mesti terbentuk dalam diri siswa-siswa. Pendidikan Agama Kristen memberi kontribusi untuk terbentuknya karakter positif siswa yang meliputi karakter bangsa dan Kristen.

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis yang diajukkan disini yakni: Diduga ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengaruh Pendidikan Agama Kristen, puji-pujian Kristen terhadap pembentukan karakter peserta didik di SMP Sampai disini

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.