Pemimpin Kristen sebagai pemimpin Pemberdaya
Kepemimpinan Kristen adalah sistem atau pola yang dianut dalam komunitas Kristen sesuai dengan nilai-nilai Kristen yang dibangun berdasarkan Alkitab. Alkitab bukanlah kitab kepemimpinan, namun ada prinsip-prinsip kemimpinan yang dirumuskan berdasarkan ajaran Alkitab. Dalam Alkitab terdapat banyak cerita tentang tokoh-tokoh yang sukses dalam kepemimpinannya. Ada pola yang dipakai dalam kepemimpinan. Untuk itulah dalam postingan ini dikemukakan beberapa pola pemimpin Kristen sebagai pemimpin pemberdaya. Pola-pola yang dimaksud diuraikan sebagai berikut.
1. Pemimpin pemberdaya adalah pemimpin pemberi motivasi bagi mereka yang membutuhkan
Hidup ini berlangsungan dalam dimensi sosiologis-teologis. Tidak ada manusia yang hidup tanpa membutuhkan orang lain. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial-religius. Ada kesadaran bahwa manusia saling membutuhkan. Dalam melaksanakan kepemimpin Kristen, ada realitas yang tidak dapat diabaikan yaitu adanya orang lain yang membutuhkan dorongan atau motivasi dari orang lain (Pemimpin) untuk mencapai kesuksesan.
Seorang pemimpim pemberdaya adalah pemimpin pemberi motivasi tanpa pamrih. Motivasinya bersifat altruis. Pemimpin pemberdaya selalu berusha untuk memimpin dengan fokus untuk memberdayakan bawahannya (orang yang dipimpinnya) ke tingkat kedudukan yang lebih tinggi. Selalu berusaha untuk memotivasi bawahan untuk mengoptimalkan potensi diri bawahannya.
2. Pemimpin pemberdaya adalah pemimpin yang memiliki kemampuan memberdayakan orang lain secara positif
Ada kecenderungan masa kini, seorang pemimpin Kristen yang sukses ketika berjumpa dengan orang-orang yang sukses dalam bidang tertentu maka ia akan memberdayakan mereka untuk lebih sukses. Namun ada pula yang memberdayakan orang sukses yang dijumpainya, atau orang sukses yang diperkenalkan oleh orang lain, selalu memberdayakan untuk keuntungan dirinya (memupuk sesuatu untuk diri dan keluaarganya). Seorang pemimpin pemberdaya adalah pemimpin yang memberdayakan orang sukses yang dijumpainya untuk tujuan positif, yaitu untuk kepentingan orang banyak dan bukan untuk dirinya dan keluarganya.
3. Pemimpin pemberdaya adalah pemimpin yang memiliki kemampuan memberdayakan bawahan yang gagal
Dalam melaksanakan kepemimpinan (kemampuan mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan yang telah ditetapkan), mustahil terwujud kesempurnaan dirinya dan bawahan yang dipimpin. Selalu ada kegagalan, khususnya pada bawahan. Dalam kepemimpinan seseorang, sering terjadi bahwa ada sikap yang berbeda terhadap bawahan yang gagal. Ada yang menghadapi bawahan yang gagal dengan ancaman, tetapi ada pula yang menghadapi bawahan yang gagal dengan pendekatan kemanusiaan, yaitu memberdayakan bawahan yang gagal. Dalam kepemimpinan Kristen haruslah disadari bahwa setiap orang bergerak dari kesalahan menuju kesempurnaan. TUHAN lah yang bekerja dari kesempurnaan ke kesempurnaan. Maka tidak salah direnungkan kebenaran ini: Belajar kebenaran dari kesalahan. Tetapi jangan berbuat gagal dan gagal dari hari ke hari. Thomas Alva Edison menjadi sebuah pelajaran terindah. Thomas gagal berkali-kali tetapi akhirnya ia menemukan keberhasilan. Keberhasilan ini terwujud karena kemampuan ibunya memberdayakan Thomas yang gagal dalam studi tetapi selalu menuntun secara baik di rumah.
4. Pemimpin pemberdaya adalah pemimpin yang memberdayakan pemimpin-pemimpin untuk memimpin
Apakah tugas yang urgen dari seorang pemimpin? Mungkin akan terdapat banyak jawaban. Namun dalam postingan ini, tugas seorang pemimpin dalam kepemimpinannya yaitu mengorganisir kekuatan dirinya dan orang lain yang ada bersamanya untuk memilih, menetapkan seseorang yang layak untuk menjadi pemimpin baru untuk meneruskan dan atau memimpin yang lain.
Dalam konteks pemimpin pemberdaya, seorang pemimpin pemberdaya adalah pemimpin yang memberdayakan orang lain untuk menjadi pemimpin. Bila ada dorongan dalam diri seseorang pemimpin untuk memberdayakan orang lain maka dia adalah pemimpin pemberdaya. Bila seorang pemimpin yang memimpin dalam waktu yang sangat lama dan tidak memberdayakan orang lain menggantikannya sebagai pemimpin maka dia bukanlah pemimpin pemberdaya.
Berdasarkan uraian pemimpin pemberdaya di atas, dirumuskan judul penelitian sbb:
Judul Skripsi, Tesis dan Disertasi Kepemimpinan Kristen
1. Pengaruh Memberdayakan pemimpin-pemimpin untuk memimpin, memberdayakan bawahan yang gagal, memberdayakan orang, memberi motivasi bagi orang yang membutuhkan terhadap Pelayanan Pertumbuhan Gereja
Rincian variabel:
Memberdayakan pemimpin-pemimpin untuk memimpin (X1)
Memberdayakan bawahan yang gagal (X2)
Memberdayakan orang lain (X3)
Memberi motivasi bagi orang yang membutuhkan (X4)
Pelayanan Pertumbuhan Gereja (Y)
Menerapkan Ajaran Kesempurnaan Bapa dalam Kepemimpinan Kristen
Kesempurnaan merupakan salah satu konsep atau variabel yang didambakan oleh setiap orang. Allah adalah sempurna, dan telah menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa dalam kesempurnaan yaitu tanpa dosa (kesempurnaan secara moral), kondisi kesempurnaan itu dapat disaksikan dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Akan tetapi kesempurnaan moral itu mengalami gangguan yaitu kegagalan manusia dalam dosa sebagaimana muncul dalam deskripsi Kejadian 3. Dalam perkembangannya, manusia yaitu Kain membunuh adiknya. Hal ini menunjukkan penyimpangan kesempurnaan. Seharusnya Kain mengasihi adiknya tetapi justru kain bertindak tidak sempurna. Kondisi demikian berkembang dalam kehidupan umat pilihan-Nya sampai datang-Nya Yesus Kristus.
Menurut Lorens Bagus sempurna memiliki beberapa pengertian yakni: (1) lengkap, (2) murni, (3) tidak ada kesalahan. Tidak memiliki kemungkinan untuk cacat atau tidak bercacat. Berdasarkan definisi ini, kata sempurna menunjukkan kualitas moral yaitu tanpa salah. Hal ini berarti sempurna adalah kondisi dimana tidak terjadi pelanggaran atau kesalahan dalam diri seseorang.
Salah satu teks dalam Perjanjian Baru yang menjadi perdebatan teologis yaitu Teks Matius 5:48. Teks ini telah menjadi diksusi para ahli, diskusi itu salah satunya adalah pokok yang bersifat teologis. Percakapan teologis berkisar pada doktrin “kesempurnaan Kristen” (Christian Perfection) yang diajarkan John Wesley, Victoria L. Campbell. Mereka menulis artikel berisi pembelaan terhadap doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan oleh Wesley. Menurut Campbell, Wesley mengajarkan bahwa kesempurnaan Kristen itu merupakan sebuah “sasaran” (goal) atau “tujuan akhir” (ends). Artinya, kesempurnaan Kristen menurut Wesley bukanlah sebuah status kekinian yang dapat dinikmati oleh orang percaya saat ini dan di sini, melainkan sebuah sasaran atau tujuan akhir yang menjadi orientasi dari seluruh kehidupan Kristiani.
Wesley mengajarkan tentang kesempurnaan sebagaimana yang dimaksud oleh Yesus tetapi dinilai oleh J. Sidlow Baxter bahwa ajaran kesempurnaan Kristen dari Wesley adalah tidak Alkitabiah dan tidak mungkin tercapai oleh oleh orang percaya dalam kehidupan ini.
Menurut Witherington, Wesley memang mengajarkan doktrin kesempurnaan Kristen yang bersifat progresif, bukan status kekinian, namun Wesley memang percaya bahwa progress menuju kesempurnaan Kristen itu dapat tercapai dalam hidup ini. Hal ini disebabkan Wesley mendefinisikan dosa secara terlalu sempit yaitu sebagai “perlawanan secara sengaja terhadap hukum-hukum moral yang telah tercatat dalam Alkitab”.
Kritik Witherington terhadap Wesley adalah bahwa Wesley tidak tepat dalam pendefinisiannya mengenai dosa, sementara Witherington sendiri tetap mengakomodasi inti doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan Wesley. Apa yang diperdebatkan itu ada dalam Matius 5:17-48; 1 Korintus 10:13; 1 Yohanes 1:8-10; 2:2; 3:6-9; dan 4:12, 17-18.
Namun apakah Matius 5:48, menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus mencapai suatu tingkat kehidupan yang sempurna di dalam segala aspeknya dalam hidup ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “sempurna” dalam teks ini?. Sempurna dalam hal apa? Inilah yang menjadi masalah penelitian
Baca Juga:
Baca juga Topik Kepemimpinan:
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.