Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Friday, May 27, 2016

Contoh Kajian Teori Bab II Tentang Pembelajaran Kontekstual

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Dalam dunia pendidikan berkembang berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran. Salah satunya yaitu pembelajaran kontekstual. Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pendekatan yang lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuan secara kontekstual yang berlangsung dalam bimbingan pendidik. Pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam konteks pemahaman yang demikian, CTL pada satu sisi menekankan ranah kognitif pada taraf yang lebih tinggi yaitu kemampuan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kenyataan hidup sehari-hari, pada sisi yang lain CTL menekankan kemampuan afektif dan psikomotorik, karena pembelajaran berpusatkan peserta didik pasti melibatkan tiga ranah (Elaine B. Ohnson, 2002:20)
Penggunaan pendekatan dalam proses pembelajaran sedemikian penting. Dikatakan demikian karena menurut W.James Popham dan Eva L. Baker, mengajar yang berhasil mencapai tujuan atau mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode atau pendekatan mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar (W.James Popham dan Eva L. Baker, 2005:141). Dalam hal ini tujuan mengajar adalah adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Dan untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan banyak pendekatan, salah satunya adalah CTL.
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual selalu mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk dapat mengaitkan pengetahuan sesuai situasi dan kondisi di mana ia berada. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Jadi, bila pendekatan pembelajaran kontekstual di atas dihubungkan dengan pembelajaran pendidikan Agama Kristen maka seorang Guru Pendidikan Agama Kristen berusaha untuk mengaitkan antara materi pelajaran Agama Kristen yang diajarkan kepada siswa dengan menghubungkannya pada situasi dan kondisi dunia nyata peserta didik serta memotivasi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan Pendidikan Agama Kristen yang dimilikinya dengan kehidupan sekarang. Dengan demikian usaha guru PAK dalam mendorong peserta didik untuk menemukan sendiri dan membentuk pengetahuannya merupakan suatu pendekatan pembelajaran kontekstual yang hendak memberdayakan potensi peserta didik menuju tujuan yang optimal. Perlu dipahami bahwa pembelajaran kontekstual yang sedang dilakukan dalam dunia pendidikan dibangun atas dasar filsafat konstruktivisme. Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.(Depdiknas, 2003:10-11). Pengetahuan yang dimaksud di atas bukanlah seperangkat fakta atau konsep yang siap untuk diambil, ditransfer dan diterima pesert didik, tetapi harus dikonstruksi (dibentuk ulang) oleh peserta didik. Oleh karena itu maka pembelajaran kontekstual dirancang sebagai pengalaman untuk dialami dan dilakukan sendiri oleh peserta didik seperti dalam dunia nyata. Peserta didik sendiri membangun pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Dengan demikian pembelajaran Agama Kristen menjadi lebih bermakna. Belajar terjadi dengan mengaitkan informasi baru terhadap konsep-konsep yang relevan dengan pemikiran sesorang. Artinya bahwa proses pembelajaran membentuk pemahaman peserta didik semakin dalam dan semakin kuat, karena selalu diuji dengan pengalaman baru. Dalan konteks seperti itu pembelajaran dapat terjadi dalam kolaborasi yang melibatkan kerjasama guru dengan peserta didik dan lingkungannya. Pengertian peserta didik muncul dari hubungan antara daya kemampuan dan situasi atau kondisi lingkungan yang menyenangkan, karena peserta didik sedapat mungkin membangun pengetahuannya dalam membangun proses pmbelajaran dengan dunia nyata. Konteks adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendoronga peserta didik untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan meyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa konteks belajar yang meliputi peserta didik yaitu: Konteks tujuan, artinya tujuan apa yang akan dicapai. Konteks isi, artinya materi apa yang akan dipelajari. Konteks sumber, artinya sumber belajar yang bagaimana yang dapat digunakan. Konteks target siswa, yaitu siapa siapa yang akan belajar. Konteks guru, yaitu bagaimana konteks guru yang mengajar. Konteks metode, yaitu strategi seperti apa yang diapakai dalam proses pembelajaran. Konteks hasil, yaitu cara mengukur hasil pembelajaran. Konteks kemapanan, yaitu kesiapan peserta didik untuk sebuah konsep atau pengetahuan baru. Konteks lingkungan, yaitu lingkungan yang bagaimana siswa belajar Berdasarkan penjelasan di atas, konteks dapat diartikan serangkaian keadaan dunia nyata peserta didik dan segala aspek yang berhubungan dengan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan demikian pembelajaran Agama Kristen yang dilakukan oleh Guru PAK akan memberi makna yang berdaya guna bagi peserta didik. Pendekatan pembelajaran kontekstual pada dasarnya adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan yang nantinya secara fleksibel dan kreatif dapat diterapkana dari satu permasalahan ke permasalahan lain, atau dari satu konteks ke konteks lain. Dengan kata lain peserta didik tidak berhenti pada satu titik persoalan dengan satu jawaban melainkan peserta didik dapat berkembang pada pemikiran yang lebih luas dan mendalam.
Menurut Depdiknas, dalam pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan, yaitu: Konstruktivisme (Constructivism); Menemukan (Inquiri); Bertanya (Questionong); Masyarakat belajar (Learning Community); Pemodelan (Modeling); Refleksi (Reflaction); Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Sebagai perbedaan dan perbandingan dalam pembelajaran contekstual, maka berikut ini dipaparkan perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh Prof. Dr. Sri Anita sbb:

No Tradisional CTL
1 Anak didik adalah penerima informasi secara pasif Anak didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
2 Anak didik belajar secara individu Anak didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3 Pembelajaran sangat abstrak Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan
4 Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
CTL Perilaku dibangun atas kesadaran diri 5 Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor Hadiah untuk perilaku baika adalah kepuasan diri
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut pada hukuman Seseorang tidak melakukan yang jelek karena sadar hal yang keliru dan merugikan
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural, rumus diterangkan sampai paham, kemudi Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif
9 Rumus atau konsep ada diluar diri anak didik, yang harus diteranagkan, diterima, dihafalkan dan dilatihkan Pemahaman konsep atau rumus dikembangkan atas dasar schemata yang sudah ada dalam diri anak didik
10 Rumus atau konsep adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan yaitu pemahaman salaah dan benar Pemahaman rumus itu relative berbed antara anak didik yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan schemata anak
11 Anak didik secara pasif menerima konsep atau kaiadah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran Anak diik menggunakan kemampuan berpikir kristis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan emmbawa schemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran
12 Pengetahuan adalah penangkapan serangkaian fakta, konsep atau hokum yang berada di luar diri manusia
Pengetahuan yang dimiliki manusia, dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara member arti dan memahami pengalamannya
13 Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan final
Pengetahua itu tidak bersifat stabil, selalu berkembang
14 Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran Anak didik diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran meeka masing-masing 15 Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman anak didik
Penghargaan terhadap pengalaman anak didik sangat diutamakan
16 Hasil belajar diukur hanya dengan tes
Hasil belajar diukur hanya dengan tesHasil belajar diukur dengan berbagai cara, yakni saat proses bekerja, hasil karya , penampilan, rekaman, tes, dan sebagainya
17 Pembelajaran hanya terjadi di kelas Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting
18 Sanksi adalah hunuman dari perilaku jelek Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
19 Perilaku baik berdasar dari motivasi ekstinsik (dari luar) Perilaku baik berdasar dari motivasi instrinsik (dalam diri)
20 Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukannya. Kebiasaan ini dilakukan dengan haiah yang menyenangkan Seseorang berperilaku baik karena dia yakini itulah yang baik dan bermanfaat

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

D. Penelitian yang Relevan

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.