BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah adalah perbedaan antara teori dan praktik, perbedaan antara yang tertulis (teori, Firman Tuhan) dengan yang dipraktekkan, perbedaan antara harapan dan kenyataan, hal-hal yang mengganggu dan untuk mendapat jawaban perlu diadakan sebuah penelitian.
Contoh pemaparan masalah berdasarkan rumusan atau teori tentang masalah sebagaimana yang dimaksudkan di atas, mari kita membuat contoh masalah penelitian. Lihat contoh berikut:
Dalam Kejadian 2:15, ditegaskan oleh firman Tuhan bahwa Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya dan menempatkan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa di taman Eden dengan tugas kerja yaitu ‘mengusahakan dan memelihara’. Dalam ayat ini, kerja merupakan bagian dari kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki untuk manusia bekerja. Dalam Alkitab diceritakan beberapa tokoh yang terlibat dalam perintah kerja, antara lain: Kain dan Habel. Habel bekerja sebagai gembala kambing domba, sedangkan Kain menjadi petani. Dua jenis kerja yang sama-sama mulia. Apa yang dikerjakan oleh Kain dan Habel merupakan implikasi dari perintah kepada Adam dan Hawa sebagaimana yang dinyatakan dalam Kejadian 2:15. Nuh setelah keluar dari Bahtera bekerja sebagai petani anggur. Penulis kitab Kejadian menyatakan bahwa Nuh adalah orang yang mula-mula membuat kebun anggur.
Dalam melaksanakan pekerjaan, ada yang sukses tetapi ada pula yang tidak sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan. Akibatnya hasil kerja juga tidak maksimal. Nuh berhasil dalam kerja dan menikmati hasil kerja, Yusuf pun berhasil dalam kerja ketika ia berada di Mesir, khususnya di rumah Potifar, seorang pegawai istana Fiarun, kepala pengawal raja. Yusuf selalu berhasil dalam pekerjaan yang dilakukannya (Kej. 39:2).
Keberhasilan dalam kerja sering dinilai dalam berbagai sudut pandang. Ada yang menyatakan bahwa orang yang sukses dalam kerja adalah orang yang diberkati Tuhan. Sementara yang lain menyatakan bahwa orang yang gagal dalam bekerja adalah orang yang tidak diberkati oleh Tuhan. Asumsinya bahwa bila Tuhan menyertai maka pekerjaan seseorang selalu berhasil. Sebaliknya bila Tuhan tidak menyertai seseorang maka orang tidak akan berhasil dalam kerja. Ada yang menyatakan bahwa agama tidak saja merupakan sesuatu yang terdekat dan terpokok dalam memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam mencapai kesuksesan kerja. Disini agama menjadi faktor pendorong kerja. Dalam konteks Agama Kristen, apakah Pendidikan Agama Kristen dapat memotivasi kerja, khususnya PAK yang memotivasi kerja?
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Kerja Menurut Iman Kristen?
2. Apakah semua pekerjaan adalah perintah Allah?
3. Apakah pekerjaan adalah bagian dari kehendak Tuhan?
4. Apakah Pendidikan Agama Kristen memotivasi kerja?
5. Apakah penyertaan Tuhan selalu membuat seseorang berhasil dalam kerja?
C. Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas Nampak bahwa ada banyak masalah yang perlu dicari jawaban melalui penelitian. Akan tetapi hal itu tidak dapat diakomodir secara menyeluruh dalam penelitian skripsi ini karena beberapa alasan, yakni keterbatasan daya, dana dan waktu, maka penelitian ini difokuskan pada Pendidikan Agama Kristen yang memotivasi kerja.
D. Perumusan Masalah
Bagaimana Pendidikan Agama Kristen dalam memotivasi kerja?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a) Melalui penelitian ini, peneliti makin dapat mendalami bagaimana pentingnya PAK dalam memotivasi kerja. Dengan demikian pengetahuan peneliti makin diperkaya.
b) Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang meneliti berikutnya khususnya yang berhubungan dengan PAK dalam memotivasi kerja.
c) Sebagai sumbangsih bahan literature kepustakaan diperpustakaan STT.
2. Secara Praktis
a) Dengan menggumuli karya tulis ini, peneliti dapat memahami mengenai makna PAK dalam memotivasi kerja. Dengan demikian, peneliti dapat belajar untuk mempraktekkannya ditengah-tengah pelayanan dan masyarakat
b) Dari hasil penelitian ini, dapat menolong para pembaca secara khusus mahasiswa STT untuk mendalami pentingnya PAK dalam memotivasi kerja
BAB II
KAJIAN TEORI MOTIVASI KERJA
A. Motivasi Kerja
Menurut E.P. Hutabarat, motivasi Kerja adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk raelakukan sesuatu. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seaeorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak disadari., atau "motivasi dapat didefmisikan sebagai segala sesuatu yang menyebabkan gerakan atau yang mendorong seseorang untuk bertindak Motivasi adalah energi manusia yang kemungkinan adalah sumber alam paling banyak dan paling kuat di muka bumi ini (1995:25).
Berdasrkan teori di atas dapat dikatakan bahwa dalam bekerja, setiap orang membutuhkan dorongan dalam bekerja. Dorongan atau motivasi itu berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Oleh karena itu maka motivasi kerja kerja adalah jantung kegiatan PAK. Pelaku Pendidikan Agama Kristen harus bekerja dan menjadi motivator kerja. Melalui kerja orang percaya mendapat rejeki, melalui rejeki orang percaya mengucap syukur kepada Tuhan.
Kerja merupakan Anugrah (Grace). Paulus memahami bahwa pekerjaannya adalah anugrah (charis, pemberian Tuhan). Pekerjaan yang diterima dari Tuhan menunjukan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Pekerjaan yang diberikan Tuhan merupakan suatu kehormatan yang perlu dijaga. Pekerjaan itu merupakan sesuatu yang bernilai. Apa yang sangat menyukakan hati (menggembirakan) ketika seseorang tahu bahwa pekerjaan adalah anugrah? Ketika seseorang tahu bahwa pekerjaan adalah anugrah maka perilakunya berubah. Orang percaya tidak boleh memandang remeh pekerjaan, tidak boleh asal-asalan dengan pekerjaan. Paulus memberi teladan kesungguhan bekerja. Perspektif Paulus tidak negatif terhadap pekerjaan. Perilaku Paulus juga tidak negatif. Paulus bekerja dengan perspektif positif dan perilaku positif.
Oleh karena kerja itu adalah perintah Tuhan maka orang percaya, khususnya pelaku Pendidikan Agama Kristen memotivasi kerja dengan mengajarkan sebuah etos kerja yang baik, yaitu kerja adalah rahmat. Oleh karena rahmat maka harus bekerja penuh syukur. kerja adalah amanat. Oleh karena kerja adalah amanat maka harus bekerja tuntas penuh integritas, kerja adalah panggilan. Oleh karena kerja adalah panggilan maka bekerja benar penuh tanggung jawab, kerja adalah aktualisasi. Oleh karena kerja adalah aktualisasi diri maka bekerja penuh semangat, kerja adalah ibadah. Oleh karena kerja adalah maka bekerja serius penuh kecintaan, kerja adalah seni. Oleh karena kerja adalah seni maka bekerja kreatif penuh sukacita, kerja adalah kehormatan. Oleh karena kerja adalah kehormatan maka perlu bekerja unggul penuh ketekukan, kerja adalah pelayanan. Oleh karena kerja adalah pelayanan maka bekerja sempurna penuh kerendahan hati (Nahum Sinamo).
Hal yang perlu dipertegas yaitu bahwa semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci. Alkitab mengatakan dalam Amsal 14:23, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan yang dikerjakan hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik. Secara tidak wajar seseorang telah membagi-bagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan seseorang seharusnya menjadi tempat melayani Tuhan Yesus. Tempat bekerja harus merupakan tempat ibadah dan tempat menaruh pelita (terang Kristus) untuk menjadi saksi.
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan kerja disebabkan karena Tuhan sumber berkat, berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan sumber berkat maka motivasi selanjutnya yakni hasil penyertaan Tuhan yaitu sukses bekerja. Sukses bekerja juga hanya terjadi dalam waktu dan tempat. Tuhanlah sumber berkat, penyertaan Tuhan memungkinkan sebuah keberhasilan dalam kerja, dan tempat kerja serta motivasi kerja dari pelaku PAK berkontribusi untuk kesuksesan kerja.
C. Hipotesis
Pendidikan Agama Kristen memiliki daya dorong karena isi pendidikan Agama Kristen adalah Alkitab yaitu dari Kejadian sampai Wahyu. Pendidikan Agama Kristen yang memotivasi kerja akan mempengaruhi sukses dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang digunakan
Menurut Ronny Kountur, metode penelitian adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Kaidah ilmiah yang dimaksud dalam definisi ini yaitu suatu penelitian ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, merumuskan dan menguji hipotesis atau menemukan teori serta membuat kesimpulan.(2007:7) Sedangkan Sugiyono mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam definisi ini ditekankan beberapa kata penting, yakni cara ilmiah yaitu kegiatan penelitian didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan bersifat dapat diterima akal sehingga terjangkau oleh penelaran manusia. Empiris berarti penelitian yang dilakukan melalui pengamatan indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2008:3)
Selanjutnya metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni penelitian kuantitatif
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian untuk penelitian kuantitatif dapat dilakukan di sekolah, perusahan, lembaga pemerintah, di jalan, rumah, gereja dan lain-lain. Dalam hal ini, situasi sosial penelitian skripsi/tesis/disertasi ini yaitu di ………...Penelitian ini dirancang dan dilakukan di ………….
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak …….. sampai …….. 201... yang diawali dengan pengajuan judul penelitian dan pengujian proposal penelitian dan penelitian lapangan secara kualitatif.
C. Teknik Pengumpulan Data
Lexy J. Moleong mengklasifikasi teknik penelitian atau pengumpulan data dalam beberapa kategori, yaitu (1) sumber data dan jenis data yang diperoleh melalui: (a) kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai. (b) sumber tertulis yang dibagi lagi menjadi data dari sumber buku, majalah ilmiah. sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. (c) Foto menghasilkan data deskriptif dengan kategori foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. Foto yang dimaksud disini yaitu foto tentang orang dan latar penelitian yang sesuai dengan variable yang diteliti. Latar penelitian dalam foto dapat diamati dengan teliti, foto juga dapat memberi gambaran tentang perjalanan sejarah orang yang ada didalamnya. Dari foto diketahui gambaran tentang posisi duduk di gereja, keadaan duduk santai, dan gembira ria, keadaan anggota gereja dan lain sebagainya. Foto digunakan untuk memahami bagaimana para subjek penelitian memandang duniannya.(1999:114)
Selanjutnya dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan melalui dua sumber utama, yaitu: Sumber sekunder atau data sekunder. Data sukender adalah data yang bersumber dari penelitian orang lain yang dibuat untuk tujuan yang berbeda. Data ini berupa fakta, table, gambar, dan lain-lain. Walaupun dibuat untuk maksud yang berbeda, data-data ini dapat dimanfaatkan peneliti lain untuk variable yang sedang diteliti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut
(1) wawancara,
(2) observasi,
(3) kuesioner.
Pengumpulan data sebagaimana yang dimaksud di atas membutuhkan peran peneliti. Menurut Ronny Kountur, peran peneliti yaitu (1) mengamati tetapi tidak berpartisipasi dalam kegiatan orang-orang yang diamati dan tidak teridentifikasi oleh mereka yang diamati. (2) pengamat mengamati dan tidak terlibat dalam aktivitas mereka yang diamati, namun ada diantara mereka sehingga dapat dikenali tetapi bisa juga tidak dikenali jika tidak diperhatikan. (3) sambil mengamati, pengamat berpartisipasi pada kegiatan orang yang diamati dan mereka juga mengetahui jika mereka sedang diamati. (4) sambil mengamati, pengamat berpartisipasi pada aktivitas mereka yang diamati, namun mereka tidak tahu sedang diamati.
Tehnik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah observasi participant, wawancara mendalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau trianggulasi. Selain itu data juga diperoleh melalui wawancara.. Prosedur wawancara yaitu pewawancara menyiapkan daftar pertanyaan sebelum wawancara dilakukan dan pertanyaan didasarkan atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, selain itu penulis memamaki wawancara tidak terstruktur yakni pewawancara dan yang diwawancarai berbicara dengan santai dan pertanyaan bisa muncul ketika sedang dalam pembicaraan.Tidak ada daftar pertanyaan yang harus diikuti dengan ketat.
D. Teknik analisa data
Analisis data kualitatif meliputi proses identifikasi apa yang menjadi perhatian dan apa yang merupakan persoalan. Proses identifikasi yang dimaksud di atas dilakukan dalam beberapa proses yaitu proses kategorisasi, proses prioritas, dan proses penentuan kelengkapan. Ketiga prose situ dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama. proses kategorisasi yaitu proses menyusun kembali catatan dari hasil observasi atau wawancara menjadi bentuk yang lebih sistematis. Laporan dibuat dalam beberapa kategorisasi yang sistematis. Untuk menentukan proses kategorisasi sistematis ini, diakui oleh peneliti bahwa tidak ada standar yang baku. Oleh karena itu diperlukan keahlian dan intuisi peneliti. Artinya semakin sering melakukan kategorisasi maka peneliti akan semakin mahir. Beberapa panduan dalam membuat kategori sasasi, yaitu perhatikan regularity. Regularity adalah hal-hal yang sering muncul. Hal-hal yang sering muncul ini dapat dijadikan sebagai suatu kategori. Setelah penentuan kategori, maka selanjutnya perlu diperiksa atau dicek secara sistematis (systematic checks) apakah benar apa yang dianggap sebagai suatu kategori dapat dianggap sungguh-sungguh benar sebagai suatu kategori. Pemeriksaan secara sistematis dilakukan dengan melihat hal-hal yang dianggap menjadi suatu kategori jika memiliki kesamaan dan berbeda kategori jika memiliki perbedaan. Kategori tersebut diusakan untuk tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Karena jika kategori terlalu luas maka tidak akan tampak apa yang menjadi perhatian (concern) dan persoalan (issue). Dan bila terlalu sempit akan kehilangan gambaran secara keseluruhan (Kountur, 2007:191-193)
Kedua. Proses prioritas yaitu bila terdapat banyak kategori maka perlu prioritas terhadap kategori mana yang dapat ditampilkan dan mana yang tidak perlu ditampilkan karena terlalu banyak kategori yang akan menyulitkan dalam interpretasi. Kategori-kategori yang diperioritaskan adalah: (1) kategori yang sering muncul, (2) oleh beberapa orang dianggap sebagai yang paling dapat dipercaya, (3) merupakan hal yang unik atau memiliki cirri khas tersendiri, (4) membuka peluang adanya kemungkinan penyelidikan lebih lanjut, dan (5) material atau berharga. (Kountur, 2007:191-193).
Ketiga. Proses penentuan kelengkapan yaitu bilamana atau kapan proses kategorisasi dianggap telah lengkap? Apakah jumlah kategori yang telah terkumpul sudah cukup? Atau, apakah kategori yang dikumpulkan telah menjawab semua perhatian (concerns) maupun persoalan (issues) yang diharapkan? (Kountur, 2007:191-193).
Jadi, analisis data yang dipakai yaitu dilakukan secara beruntun/bersama-sama, melalui proses analisis domain, taksonomi, kompensial, dan tema budaya (Sugiyono, 2004:401)